Figuran Wife [Republish]

Por imtinkerlose

740K 69.1K 5.1K

Transmigration Story. Cheryl Aubie, gadis yang baru saja lulus SMA itu tiba-tiba saja terbangun dalam raga an... Mais

Prolog
01. Dunia Novel?
02. I'm Sorry
04. Kencan?
05. Alasan
06. Bertemu
07. Still Be Mine
08. Cupcake
09. Tidur Bareng
10. Miss You
11. Makin Sayang
12. Pemulung dan Pemilik barang bekas
13. Don't leave Me
14. Bayangan Menyakitkan
15. Roti Sobek
16. Gosip
17. Unknown Number
18. Yang Pertama
19. Perasaan Egois
20. Yakin
21. A Challenge
22. Cerita Syakira
23. Sisi Sagara yang Lain
24. Kebohongan dan Rasa bersalah
25. Tujuan yang kini Tercapai
26. Selalu Sagara
27. Permintaan

03. Memulai Semuanya

39.7K 3.3K 37
Por imtinkerlose

Hi, Wellcome back!

Baca part ini jam berapa? Jangan lupa tinggalkan jejak! Vote dan komen kalian sangat berharga untuk author. Thank you!

Happy reading <3
Enjoy!

***

Chapter 3. Memulai semuanya

Meski sempat takut perasaan Sagara sudah tidak lagi ada seperti kisah novel 'My Love' saat Sagara tidak memberikan respon apapun tentang pernyataannya, Ziva tetap tidak akan menyerah. Siang itu, Ziva sudah rapi dengan tangan yang menggandeng paper bag berisi bekal makan siang untuk Sagara.

Perempuan itu terlihat cantik dengan white blouse yang di padukan rok berwarna kuning pastel berukuran selutut. Beruntung perutnya belum membesar karena usia kandungan Ziva baru memasuki awal bulan kedua. Jadi ia masih terlihat pantas dengan setelan yang ia pakai saat ini.

Saat ini Ziva sedang berada dalam perjalan menuju kantor Sagara. Dia menggunakan taksi online karena mereka hanya memiliki satu mobil. Ziva tersenyum sambil menatap paper bag yang ada di pangkuannya. Dia yakin Sagara akan menyukainya karena meskipun sikap Sagara cukup acuh padanya pagi tadi, Sagara tidak akan bisa menolak pemberiannya.

Dia jadi teringat scene novel Ziva dan Sagara. Sagara selalu ada saat Ziva menangis, menghibur perempuan itu dengan caranya sendiri, walaupun di bumbui nada jutek dan wajah judes. Dibanding momen peran utama, Cheryl lebih suka momen Ziva dan Sagara dalam novel. Dimana Ziva yang selalu mengeluh dengan sikap Sagara yang tak semanis Altair dan juga kesal karena Sagara lebih suka meledeknya jelek ketika menangis.

Ziva langsung membayar sang driver setelah sampai di depan gedung tempat Sagara bekerja. Perempuan itu sempat merapikan pakaiannya sebelum berjalan masuk. Ziva menghampiri seorang resepsionis untuk menanyakan Sagara sedang sibuk atau tidak karena Ziva tidak mengabari Sagara terlebih dahulu berniat membuat surprise.

Karena sekarang jam makan siang, semua yang bekerja di kantor itu dalam keadaan bebas dari pekerjaan. Ziva mengucapkan terimakasih sebelum berjalan kembali untuk menemui Sagara.

Ziva berjalan sambil sesekali membalas sapaan dari karyawan yang dia lewati. Memang beberapa dari mereka sudah mengenal Ziva sebagai istri Sagara. Tatkala sampai di depan ruangan Sagara, Ziva menghela napas saat tiba-tiba rasa gugup menyerangnya. Entah kenapa setiap kali ingin bertemu Sagara Ziva suka gugup. Apalagi nanti kalau satu kamar ya? Eh? Lho?

Merasa kalau sekarang sekarang waktu bebas dan Sagara pasti sedang santai, Ziva memutuskan untuk membuka pintu ruangan itu langsung tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Saat pintu terbuka lebar, senyum Ziva yang selebar pintu terbuka itu, hilang dalam satu kedipan mata saat melihat Sagara sedang berpelukan dengan seorang perempuan dengan posisi Sagara yang memeluk pinggangnya sementara kedua tangan perempuan itu berteger mesra di pundaknya.

Dan detik yang sama, Ziva benar-benar tertampar dengan kenyataan bahwa perasaan Sagara tak lagi ada untuknya. Tanpa bisa di cegah, air mata Ziva lolos begitu saja membasahi pipinya.

"Lho? Ada Mbak Ziva?"

Ucapan itu berhasil menyadarkan dua orang tersebut. Pelukan secara cepat terlepas begitu saja. Baik Sagara maupun perempuan itu yang merupakan sekertaris Sagara bernama Intan, langsung menoleh ke arah sumber suara. Sagara terlihat terkejut dengan kedatangan Ziva. Cowok itu menatap Ziva yang nampak terkejut dengan kehadiran Alan yang merupakan ketua divisi Pemasaran. Alan cukup dekat dengan Sagara juga diluar pekerjaan.

"E-eh, Alan ya?" sapa Ziva gugup. Dia segera menghapus air matanya agar Alan tak melihatnya.

"Iya, Mbak. Maaf, kenapa cuma berdiri disini? Nggak samperin Pak Sagara?" tanya Alan heran.

"H-hah? U-udah kok, ini saya mau balik." jawab Ziva bohong. "Kalau gitu saya pergi dulu," lanjutnya lalu pergi dengan tergesa dari sana.

Sementara Sagara, dia mengumpat kasar sebelum berlari untuk mengejar Ziva. Sial! Perempuan itu pasti salah paham atas apa yang telah dia lihat.

"Lho, Pak? Mau kemana? Saya mau ngasih--"

"Nanti," sela Sagara ketika melewati Alan. Sementara Alan terlihat menggaruk kepalanya bingung dengan situasi yang terjadi sambil menatap Sagara yang berlari dengan tergesa-gesa. Dia lalu menatap Intan yang terlihat diam di tempatnya dengan wajah tak enak.

"Kenapa tuh?" tanya Alan pada Intan namun Intan tak menjawab.

***

Ziva berjalan cepat dengan wajah yang sudah penuh air mata, tidak peduli dengan tatapan bingung orang-orang yang melayang padanya. Dadanya sesak, dia ingin menangis hingga sesenggukan di rumah setelah sampai. Dia terlalu percaya diri karena karakter Sagara yang dibuat mencintainya, namun dia lupa kalau semua kisah dari novel 'My Love' telah berakhir. Yang artinya peran Sagara yang mencintai Ziva sepenuh hati telah usai beramaan dengan lembaran terakhir yang ia baca.

"Ziva!"

Ziva mempercepat langkahnya tanpa mau menoleh saat mendengar suara yang begitu dia kenali, menyerukan namanya. Namun, secepat apapun Ziva berjalan, langkahnya tetap kalah dengan Sagara. Tubuhnya terhayung ke belakang karena Sagara berhasil menarik lengannya, tepat di bawah halte dekat kantor itu.

"Lepas." desis Ziva tanpa menatap Sagara. Dia berusaha melepaskan cekalan Sagara namun tidak bisa.

"Ziva, lo salah paham. Dengerin gue dulu ya?" ujar Sagara lembut, berusaha menenangkan Ziva.

"Gue mau pulang," Ziva tidak mau mendengarkan, karena semuanya sudah jelas menurutnya. Sagara tidak lagi mencintainya dan telah menemukan penggantinya.

"Hei, lo tenang dulu. Ini nggak seperti yang lo pikirin." ujar Sagara. Dia berusaha untuk membuat Ziva menatapnya karena Ziva terus menunduk sambil mencoba melepaskan cekalannya. "Ziva, liat gue. Gue bakal jelasin semuanya, ini---"

"Nggak perlu," Ziva menyela dengan nada tenang. Dia mendongak menatap Sagara dengan keadaan wajah yang sudah berair. Dan itu membuat hati Sagara terluka di detik yang sama. "Nggak perlu jelasin apapun ke gue. Gue paham kok. Gue juga mau narik ucapan gue pagi tadi. Gue sadar, kalo gue terlambat buat buka pintu hati gue sementara lo aja udah menemukan tempat di hati orang lain,"

Sagara menggeleng tegas. "Nggak! Ziva please, listen to me. Gue nggak sengaja meluk Intan. Dia hampir aja jatoh karena injak kopi yang nggak sengaja gue tumpahin. Percaya sama gue. Gue nggak akan mengkhianati lo,"

Ziva menatap Sagara yang nampak menatapnya sendu. Mata sipit yang selalu menyorot datar ke arahnya itu kini terlihat frustasi. Seakan dia sudah mengatakan yang sebenarnya sementara dia bingung ingin menjelaskan apa lagi agar dirinya pecaya.

Ziva tersenyum tipis. "Wajar kok kalau lo mau cari yang lain. Gue juga nggak pantes buat lo, gue udah kotor karena ngandung anak dari laki-laki lain, gue--"

Ucapan Ziva terpotong karena Sagara langsung menariknya ke dalam pelukan erat. Ziva nampak tersentak karena terkejut sementara Sagara terlihat menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ziva dengan pelukan yang semakin erat seolah meminta Ziva untuk tidak meninggalkannya. Tidak peduli dengan Ziva yang tidak suka jika dia menyentuhnya.

"Nggak, nggak mau. Gue cuma mau lo. Please percaya sama gue," kata Sagara lirih.

Ziva tertegun mendengar pernyataan Sagara. Rasa bersalah langsung menyelusup ke hatinya saat Sagara terus bergumam kata maaf. Ziva baru sadar kalau dia sudah egois karena telah membuat Sagara seperti ini, sementara dia tidak ingat apa yang telah ia lakukan pada Sagara selama ini.

"I-ya, gue percaya. Udah, ya? K-kita di liatin orang-orang,"

***

"Lo bawa apa?" tanya Sagara ketika melihat Ziva nampak membuka paper bag yang dia bawa.

"Gue bawa makan siang buat lo." jawab Ziva sambil mengeluarkan beberapa Tupperware berisi makan siang buatannya. "Ini spesial karena gue yang buat sendiri," lanjutnya. Dia menyusunnya di meja kerja Sagara.

Sagara memperhatikan Zivaa duduk di sebelahnya. Rasanya benar-benar seperti mimpi untuk Sagara, ketika melihat Ziva yang bisanya menatap Sagara enggan, kini selalu tersenyum manis dan berbinar saat melihat kehadirannya. Tatapan yang persis Ziva layangkan saat melihat Altair.

Sagara jadi ingat perkataan Ziva pagi tadi. Benarkah gadis itu akan membuka hatinya untuk Sagara? Sekali lagi, Sagara merasa ini semua seperti mimpi. Apakah ini berkah karena Sagara menemani Ziva yang sedang demam sepanjang malam sehingga saat terbangun di pagi harinya Ziva mulai merubah sikapnya pada Sagara?

Sagara belum menjawab pernyataan Ziva. Dia sebenarnya terlalu terkejut. Ziva tiba-tiba saja jadi berbeda padanya dan mengatakan bahwa dia akan membuka hatinya untuk Sagara. Jika ditanya Sagara senang atau tidak, maka jawabannya adalah senang. Ini yang dia tunggu-tunggu selama mengetahui Ziva malah menyukai Altair, sahabat kecil perempuan itu.

"Ayo cobain," kata Ziva menyodorkan sendok pada Sagara.

"Enak nggak?" tanya Sagara bercanda.

"Enak dong! Gue jamin lo pasti suka!" kata Ziva menggebu-gebu. Ziva menatap Sagara yang mulai melahap makanannya, menunggu cowok itu memberi penilaian. "Gimana, enak?"

"Lumayan," jawab Sagara enteng. Wajahnya terlihat acuh kembali, membuat Ziva mengerucutkan bibirnya.

"Kok lumayan sih?! Harusnya lo jawab enak banget!" decak Ziva kesal. Entah kenapa dia jadi mudah terbawa perasaan seperti ini. Cheryl bukanlah seseorang yang perasa, dia tidak mudah menangis, kesal ataupun sedih. Apa mungkin ini bawaan ibu hamil?

"Kenapa? Gue ngomong jujur kok," balas Sagara tidak peka. Dia menaikkan satu alisnya menatap Ziva yang terlihat kesal di tempatnya.

Ziva mendengkus. Tadi saja Sagara terlihat sangat bucin pada Ziva, sekarang malah terlihat seperti seseorang yang tak pernah menyukai perempuan itu.

"Iya udah, iya. Lain kali gue belajar lagi," kata Ziva ketus.

Sagara diam-diam tersenyum geli. Wajah kesal Ziva terlihat menggemaskan menurutnya. Namun, dia berdeham saat Ziva menoleh padanya, untuk menghilangkan senyuman itu. Cowok itu kembali makan sambil mengumpat dalam hati ketika mengingat kejadian yang cukup drama di halte tadi.

Dia jadi geli sendiri saat mengingat kata-kata yang ia lontarkan seolah memohon agar Ziva tidak meninggalkannya. Itu bukan dirinya sekali. Dibanding terlihat mencintai, Sagara lebih suka Ziva merasakan perasaan Sagara pada Ziva.

Namun, itu bergerak dengan sendirinya. Dia juga sebenarnya takut di tinggalkan Ziva. Jujur saja Sagara benar-benar menyayangi Ziva. Ziva yang pertama kali membuat Sagara berdebar hanya dengan melihat senyum manis perempuan itu yang bukan di tunjukan untuknya. Ziva juga yang membuat Sagara sesak dan kesal tanpa alasan saat melihat perempuan itu menangis. Dan Ziva juga yang membuat Sagara tidak nyaman saat perempuan itu dekat dengan laki-laki lain, atau menatap penuh cinta pada laki-laki lain selain dirinya.

"Tadi naik apa kesini nya? Kenapa nggak telpon gue?" tanya Sagara seraya menyuap nasi ke mulutnya.

"Naik taksi online terus biar surprise gitu, hehe." Ziva terkekeh sambil menggaruk kepalanya, dia lantas menunjukkan ekspresi sedih tatkala melihat Sagara mendengkus. "Kenapa? Lo nggak seneng ya kalau gue datang ke sini?"

Sagara menggeleng, terlihat tenang walaupun Ziva sudah menunjukkan raut sedih. "Nggak gitu. Gue cuma nggak mau lo kecapekan. Nanti kalo lo kecapekan baby jadi sedih," katanya santai.

Namun, Sagara tidak tahu perkataannya barusan berpengaruh besar terhadap perasaan Ziva. Perempuan itu menatap Sagara dengan perasaan yang tersentuh. "Sagara... Thank you," katanya dengan mata berkaca-kaca, membuat Sagara menatapnya bingung.

"For what?"

Ziva mencoba untuk tersenyum walaupun dia ingin menangis kencang. Merasa benar-benar beruntung di berikan sosok Sagara dalam hidupnya. "Lo udah mau nerima gue dan baby,"

Sagara diam memperhatikan Ziva yang mulai menangis tanpa suara. Tangan kekarnya bergerak mengusap lembut air mata yang mengalir membasahi pipi perempuan itu. "Nggak ada alasan buat gue nggak mau nerima baby. Dia suci, dia terlalu murni buat di jadiin alasan keegoisan karena cuma pengen milikin lo,"

"Dan juga... Gue sayang sama lo. Gue nggak bisa liat lo menderita, Ziva."

Kali ini, Ziva kehilangan kata-kata melihat bagaimana tulusnya cowok di hadapannya ini. Perempuan itu hanya bisa menatap Sagara sendu, merasa senang sekaligus menyesal akan sikap Ziva selama ini pada cowok setulus Sagara.

"Itu artinya, lo mau memulai semuanya dari awal bareng gue?"

Sagara mengangguk. "Iya,"

Setelah menjawab demikian, Tubuh Sagara terhayung karena Ziva yang tak kuasa untuk tidak memeluknya dengan erat.

-- To Be Continued --

See you next chapter!
-luv

4 April 2023.

Continuar a ler

Também vai Gostar

318K 17K 48
Pertemuan itu takdir. Pertemuan itu terjadi karena pertikaian. Pertemuan yang melibatkan dua dunia yang berbeda. Pertemuan antara seorang gadis lemah...
57.8K 3K 60
/yang ga suka cewe menye menye mending skip ! ¡ (⁠。⁠☬⁠0⁠☬⁠。⁠) Clarisa Mirellia merupakan seorang gadis yang hidup di kekaisaran Razzela Aqursyi, keka...
nana harem Por ajel

Outros géneros

226K 3.6K 12
suka suka saya.
45.9K 833 2
( up ulang ) [ Follow dulu sebelum membaca ] Nazeea Mahendra, atau biasa di kenal dengan nama Zee-- dia terlahir kembali. Istri yang selalu mengacuhk...