storiette; enhypen√

sandalnyanct

1.5K 206 1

Enhypen short story lokal vers! Oke guys, sebelum baca, perhatikan format berikut; 1. Purple for Jungwon 2... Еще

Purple;-Chapter02-
Purple;-Chapter03:end-
[2.1] Blue;-Chapter01-
Blue;-Chapter02-
Blue;-Chapter03:end-
[3.1] Black;-Chapter01-
Black;-Chapter02-
Black;-Chapter03-
Black;-Chapter04-
Black;-Chapter05:end-
[4.1] Green;-Chapter01-
[5.1] White;-Chapter01-
Green;-Chapter02-
White;-Chapter02-
Green;-Chapter03-
White;-Chapter03-
Green;-Chapter04:end-
White;-Chapter04-
White;-Chapter05-
White;-Chapter06:end-

[1.1] Purple;-Chapter01-

257 18 0
sandalnyanct

Yang Jungwon as Septa

You as Jesna

Jo from &Team as Jidan


***

Jesna mengaduk-aduk jus alpukat pesanannya menggunakan sedotan, sejak tadi gadis itu terus-terusan mencuri pandang ke sosok yang duduk dihadapannya dengan terhalang meja caffe.

Itu Septa, pacarnya yang sejak tadi sibuk memainkan hpnya. Jesna meminum jusnya walau sudah tidak minat lagi, pikirannya kemana-mana, tatapannya menatap intens Septa yang saat ini memakai kaos berwarna putih. Pacarnya itu duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, raut wajahnya sejak tadi tidak berubah, datar.

Ya emang kalau dipikir-pikir lagi, kapan sih seorang Septa Edistian Pradipta tersenyum? Ngga pernah.

Tidak tau apa yang Septa lakukan dengan ponselnya itu, Jesna tidak tau dan tidak mau mencari tau. Mau chatting-an sama selingkuhannya pun Jesna tidak perduli dengan apa yang dilakukan oleh pacarnya itu.

Gadis itu lebih memilih terlarut dalam pikirannya sendiri.

Jesna menghela nafas perlahan, merangkai kembali kata-kata yang ingin ia ucapkan pada Septa. Padahal, sebelum mereka bertemu dalam rangka merayakan anniversary mereka yang ke 3 tahun ini, Jesna sudah mempersiapkan diri.

Tapi, kenapa setibanya ia dihadapan Septa, kata-kata yang sudah tersusun rapi di otaknya itu malah menghilang seperti ini! Padahal kata-kata yang sudah dia rangkai itu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

"Ta"

"Hm."

"Ta?"

"Hm?"

"Septa!"

"Hmm?"

"Septaaa ih! Bisa dengerin aku dulu ngga sih?"

Jesna mengepalkan tangannya ketika Septa tidak mengalihkan perhatiannya dari ponsel itu. Responnya pun hanya berdehem, seperti biasanya. Gadis itu mengigit bibirnya pelan sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku mau ngomong. Ini penting." gumam gadis itu pelan.

"Apa sayang?" jawab cowok itu datar, masih tidak terlalu peduli dengan Jesna.

Jesna kesal sebenarnya. Apa sih yang dilakukan cowok itu dengan ponselnya sampai tidak bisa menoleh kearahnya barang sedikitpun?!

Jesna menahan nafasnya sejenak, berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Apapun yang terjadi, dia harus mengatakan hal ini pada Septa.

"Ayo udahan."

Bisa Jesna lihat, jempol Septa yang tadinya sibuk mengetik di layar ponselnya itu langsung terhenti. Cowok itu kini mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja.

Jesna memalingkan wajahnya ketika Septa menatapnya intens. Raut wajahnya yang emang pada dasarnya dingin makin dingin. Gadis itu hanya bisa terdiam dan meremat pakaian bawahnya sebagai pelampiasan rasa takut ketika ditatap Septa seperti ini.

Jesna memang takut pada Septa sebenarnya.

Dibalik wajah imut dan manis milik cowok dihadapannya ini tak membuat rasa takut Jesna berkurang.

Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jari-jari, menatap datar pacarnya yang terlihat tidak nyaman. Septa memang terlihat ganteng saat ini, ralat-cowok satu itu memang selalu ganteng apapun kondisinya, buktinya saja para cewek yang ada disekitar mereka kerap kali melirik kearah Septa, bahkan tak jarang yang diam-diam memfoto cowok berkulit putih pucat itu.

"Putus maksud kamu?" tanya cowok itu.

Jesna diam, enggan merespon pertanyaan yang Septa lontarkan dengan nada bercanda, cowok itu juga terkekeh kecil. Septa mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mencubit pelan pipi kanan pacarnya yang tengah tertunduk.

"Bercandamu lucu, sayang"

Jesna mengigit bibir bawahnya lebih kuat. Tak lama gadis itu menggeleng pelan, lalu mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap Septa yang masih menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh peringatan, walau kedua sudut bibirnya menyunggingkan senyum.

Septa terlihat seram jika seperti ini. Kedua matanya menyorot tajam dan datar, tapi bibirnya menyunggingkan senyum manis yang membuat kedua pipinya menampilkan lesung pipi yang biasanya dimainkan oleh Jesna.

"Aku ngga bercanda, kita putus. Mulai sekarang, kita ngga ada hubungan apa-apa. Aku permisi"

Jesna langsung berdiri tanpa banyak kata. Gadis itu meninggalkan sejumlah uang diatas meja untuk membayar pesanannya, lalu pergi begitu saja meninggalkan Septa yang masih terdiam dengan kedua mata yang terus menyorot tajam kearahnya.

Cowok itu tersenyum miring ketika melihat gadisnya itu menghampiri seorang cowok yang tengah bersandar pada sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari caffe.

"Oh. Udah berani selingkuh terang-terangan ya? Kita lihat aja, sayang"

Kedua rahang cowok itu mengeras dengan tangan kanannya yang mengepal erat sampai urat tangannya menonjol.

***

"Lo serius putusin Septa?"

Jesna tidak mendengarkan sahabatnya yang terus saja menanyakan hal yang sama. Gadis itu lebih memilih sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Clarissa yang masih cerewet bertanya hal yang serupa.

"Je ih! Jawab kenapa sih? Di grup kelas heboh pada bicarain lo sama Septa yang tiba-tiba putus. Sebenernya kalian itu kenapa? Perasaan kemarin-kemarin masih oke oke aja deh, malahan kemarin kalian baru ngerayain aniv ke 3 tahun kan?"

Jesna menghela nafas perlahan. Ternyata putusnya hubungannya dengan si ketua kelas itu bisa membuat heboh kelas seperti ini. Padahal Jesna mengira putusnya dia dan Septa tidak akan ditanggapi serius oleh teman sekelas mereka.

Maksudnya tuh, seharusnya kan respon mereka oh yaudah gitu loh. Kenapa bisa seheboh ini. Sejak semalam, sejak ia memutuskan Septa tanpa alasan, room chat-nya mendadak dipenuhi pertanyaan dari teman-teman sekelasnya, terutama dari sahabatnya dan juga sahabatnya Septa.

Dia terus mendapat spam chat sampai hpnya sedikit ngelag.

Pertanyaan mereka intinya sama, kenapa ia memutuskan Septa begitu saja tanpa alasan. Sebenarnya itu maklum, sebab sebelumnya ia dan Septa tidak ada masalah apapun.

"Yaa.. udah ngga cocok aja" jawab Jesna cuek, males jawab sebenernya.

Cuma kalau ngga dijawab, Clarissa ini bakal nanya terus sampai dapet jawabannya, gimana Jesna ngga kesal.
Gadis itu tidak ingin membahas hal ini walau dengan sahabatnya sekalipun.

Clarissa mendelik, menatap sahabatnya tidak percaya. Jesna dan Septa bukanlah pasangan yang hobi menebar keuwuan serta membuat jomblowan jomblowati meng-iri, keduanya ini B aja waktu berduaan juga.

Benar-benar biasa aja walau pacaran satu kelas. Sebenarnya juga, daripada sebagai pasangan kekasih, Septa dan Jesna malah terlihat seperti bestie yang apa-apa selalu klop dan nyambung. Makanya hubungan mereka bisa bertahan sampai 3 tahun kemarin. Berantem juga jarang banget.

Clarissa aja sampai lupa kapan terakhir kali Jesna curhat ke dia waktu sahabatnya itu lagi berantem sama Septa. Sekalinya berantem pun, cuma masalah sepele. Kaya bocil lagi kemusuhan sama temennya.

Seingatnya Clarissa, mereka berantem hanya karena Septa yang memaksa Jesna ikut nge-gym, sedangkan Jesna yang pada dasarnya hobi rebahan itu menolak mentah-mentah. Mereka debat dan berakhir Jesna yang ngambek sama mas pacar.

Selama 3 tahun hubungan keduanya juga tidak ada drama perselingkuhan ataupun orang ketiga. Septa terlalu dingin dan judes ke cewek lain selain teman sekelasnya, serta Jesna yang seorang kpopers lebih memilih ngehaluin idolnya daripada ngelirik cowok lain.

Clarissa menggeleng pelan ketika teringat jika Jesna pernah seharian tidak mengabari Septa gegara nonton drama yang dimainkan oleh bias nya yang bikin mereka berantem walau ngga lama.

Memang seharmonis sekaligus sedatar itu hubungan mereka, sebelum akhirnya berakhir tanpa kejelasan seperti ini. Carissa dan pacarnya-alias Haris yang juga sahabatnya Septa- terus saja menebak-nebak alasan apa yang kira-kira paling logis menjadi alasan dibalik kandasnya hubungan Septa dan Jesna.

Kalau dipikir-pikir lagi, awal Septa nembak Jesna juga sedikit tidak jelas sih, Clarissa aja kalo inget mau ngakak guling-guling.

Awalnya itu, Septa menembak Jesna bukan karena kehendaknya sendiri, tapi karena hukuman dari panitia waktu mereka mpls kelas 10 dulu.

Ngga ada kata-kata manis, cokelat bunga boneka serta semacamnya, sebab selain itu dadakan dan sebuah hukuman, juga karena Septa yang telat waktu itu, waktu menyatakan perasaannya pun, Septa hanya menatap Jesna datar sambil bilang,

'ayo jadian'

Dan Jesna sendiri yang waktu itu juga dihukum karena ngga bawa atribut mpls, dengan cepat jawab 'yok'. Tanpa pikir panjang gadis itu segera menerima Septa. Tidak peduli itu hanya sebuah hukuman atau apa, yang penting dia segera duduk dan berteduh, karena demi apapun cuaca saat itu tengah panas-panasnya.

Alasan itu sempat membuat Clarissa dan Haris speechless.

Tapi gitu gitu, anehnya bisa bertahan sampai mereka kelas XII. Clarissa ngga habis pikir. Dan saat ini, keduanya juga mengakhiri hubungan ini dengan ketidakjelasan begitu?

Benar-benar gila.

"Je, katanya lo selingkuh, itu bener? Seorang Septa lo selingkuhin? Lo waras kan bestie?"

Pertanyaan Clarissa itu langsung membuat Jesna mengalihkan perhatiannya ke sahabatnya yang tengah berbisik-bisik padanya.

"Siapa yang ngomong gitu?" tanya Jesna balik, dingin.

Clarissa menggelengkan kepalanya pelan.

"Gue cuma denger desas-desus, makanya nanya ke lo bener apa enggaknya. Soalnya kemarin malem ada yang lihat lo ciuman sama cowok di mobil, tapi bukan Septa. Mana ada yang ngirim foto lo waktu sama cowok lain lagi"

Clarissa menjeda kalimatnya sejenak, menatap ekspresi wajah sahabatnya yang berubah.

"Lo tau ngga Je, lo diomongin sama fansnya Septa. Mereka ngatain lo ngga bersyukur banget bisa pacaran sama Septa"

Jesna menatap Clarissa dengan tatapan mata yang sulit diartikan lalu memalingkan wajahnya sebelum akhirnya menghela nafas berat. Tidak ingin memikirkan apa yang menurut orang-orang katanya.

"Gue ngga peduli orang lain ngomongin apa.." jawab gadis itu cuek, sudah lelah membahas hal ini.

Semalam fans Septa memang memborbardir nya dengan mengirimkan banyak chat yang berisi umpatan dan makian. Mereka mengatai hal yang tidak-tidak pada nya yang sudah memutuskan Septa sepihak.

Jesna melirik seiisi kelas. Untungnya semuanya sibuk pada urusannya sendiri, termasuk Clarissa. Septa pun tidak ada. Dia belum masuk. Jesna tidak ingin ambil pusing.

"Kalian belum tau aja siapa itu Septa sebenernya" gumam gadis itu lirih.

Продолжить чтение

Вам также понравится

117K 9.5K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
65.1K 13.6K 151
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
39K 2.6K 11
«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nya» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru 🔞
1M 81.5K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...