SEPHILE

By umiimasrifah

698 127 26

"Maksudmu, kamu direktur di perusahaan Gala Trisaka Hoshmunt?" tanya Elnara ketika mendengar laki-laki didepa... More

Blurb
Part 1 - Jalan Cerita Nara
Berlogika atau tidak waras?
Usaha menghindari Aylar
Terjebak?
Nara menghilang
Undangan acara makan
Tujuan Aylar dan Akara
Apa Nara menerima lamaran Aylar?
Jika nanti masa lalu mengubah ekspektasiku tentangmu
Kinar dan Akara dinner

Kenyataan Akara

39 9 0
By umiimasrifah

Nara memasang wajah manyun dan pandangannya masih lurus kedepan, dimana terbentang jalan yang sedang ia susuri bersama Aylar.

Ha? Aylar?

Ya, kini Nara sedang berada didalam mobil bersama Aylar. Entah darimana laki-laki itu tau posisi Nara, yang pasti setelah menelepon dan menyuruh perempuan itu untuk pergi dan menjauhi Akara, laki-laki itu meminta Nara untuk menunggunya. Dan alhasil sekarang Nara dipaksa untuk ikut dengannya, setelah perdebatan kecil dengan Akara yang berusaha mencegahnya membawa Nara.

"Aku udah menduga, kamu mengenaliku selama ini." Ucap Nara yang akhirnya tau bahwa selama ia bekerja ditempatnya Aylar, laki-laki itu sudah tau keberadaannya.

Aylar hanya diam, ia tidak menjawab ucapan Nara.

"Kenapa kamu jadi pelakor?" pertanyaan Aylar membuat hati Nara mencelos, apa laki-laki itu tidak memikirkan perasaannya Nara? Ucapannya seolah menuduh perempuan itu perebut suami orang.

"Kalo aku tau dia punya istri, aku nggak akan mendekatinya! Bisa nggak, memberitahuku dengan baik-baik, bukan menuduh seperti ini!" Ucap Nara jauh lebih ketus, ia tidak terima dirinya dituduh seperti itu.

Aylar menghembuskan nafas kasar, dia mengusap wajahnya dan sedikit melirik kearah Nara. "Maaf."

Kini Nara yang tidak menanggapi ucapan Aylar, ia memilih memalingkan wajah dan menatap pinggir jalan dari kaca sebelah kirinya.

Seandainya dia tau Akara sudah menikah, Nara juga tidak akan mau menjalani hubungan lagi dengan laki-laki itu.

Seseorang yang membuatnya sedikit demi sedikit memulihkan rasa percaya, ternyata menjatuhkan kepercayaannya pada tebing yang paling dasar.

Nara menahan airmatanya untuk tidak menguar, ia tidak mau Aylar melihatnya sebagai perempuan yang lemah.

"Nangis saja, jangan ditahan." Ucap Aylar yang membuat Nara tidak bisa menahan airmatanya lagi, semakin ia dikasihani, semakin tidak tertahan airmatanya.

Perempuan itu menelungkupkan kedua tangannya menutupi wajah, menangis sejadi-jadinya disana. Ia masih tidak menyangka, orang yang selama ini disayanginya berulang kali menyakiti.

"Dia laki-laki yang pernah kamu ceritain?" tanya Aylar, sesuai dengan info yang diterima, Nara dan Akara menjalin hubungan cukup lama namun renggang beberapa bulan ini. Persis seperti yang diceritakan oleh Nara saat masih berkomunikasi dengan Aylar lewat aplikasi dating.

Namun saat renggangnya hubungan itu, ternyata Akara memilih menikahi mantan pacarnya dulu saat masih SMA. Dan entah angin apa yang membuat laki-laki itu datang lagi dikehidupan Nara dengan membawa cerita bohong.

"Jadi selama ini dia membohongimu," Ucap Aylar.

"Kamu juga!" Sahut Nara, ia merasa bodoh karena tidak tau Aylar sudah mengenalinya selama ini, sedangkan ia berusaha bersembunyi.

"Maaf.. Itu caraku biar bisa tetep dekat denganmu." Jawab Aylar. "Kamu lapar? kita mampir beli makan ya." Aylar berusaha mengalihkan pembicaraan agar perempuan itu tidak terfokus dengan rasa sedihnya.

"Iya," Jawab Nara, ia bukan perempuan yang mau berpuasa hanya karena patah hati. "Aku mau makan bebek sinjay."

"Dimana?" tanya Aylar, ia pernah mendengar makanan itu, kalau tidak salah asalnya dari Madura.

"Di angkringan arah ke petrokimia." Jawab Nara, bebek sinjay dengan sambal pedas mungkin bisa mengobati sakit hatinya.

"Angkringan?" tanya Aylar.

"Iya, kenapa?" tanya balik Nara.

"Nggak, yaudah kita kesana."

Aylar pun melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Ia akan melakukan apapun supaya Nara sedikit membaik, bahkan jika ia harus makan di angkringan, yang notabenenya tidak pernah ia kunjungi.

***

Akara menghempaskan tubuhnya di ranjang, ia mengingat kejadian tadi saat di danau. Ketika dengan tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka dan membongkar rahasia yang selama ini berusaha ia sembunyikan dari Nara.

Rahasia bahwa ia sudah menikah. Dan seperti yang diketahui Nara, perempuan yang ia nikahi adalah mantan pacarnya sewaktu SMA bernama Kinar.

"Maaas," Seorang perempuan masuk kedalam kamar dan membuyarkan lamunan Akara. "Mas sudah pulang.."

Akara bangun dan mengambil posisi duduk disudut ranjang, ia menampilkan senyum yang dibuat-buatnya.

"Mas capek banget yaaa?" tanyanya sembari mulai memijat pundak laki-laki itu.

Akara berbalik, menolak secara halus istrinya agar tidak memijatinya. Ia menatap mata perempuan itu dengan sangat dalam.

"Kinar," Akara tidak lepas dari menatap perempuan itu.

"Iya mas?" perempuan itu balik menatap Akara, tatapannya penuh rasa sayang, seolah tidak ada laki-laki lain yang ia cintai.

"Seandainya selama ini mas mencintai perempuan lain, bagaimana?" tanya Akara yang langsung membuat hati Kinar mencelos. Rasanya sangat menyakitkan mendapatkan pertanyaan itu dari suaminya.

"Aku nggak bisa ngelarang perasaanmu untuk siapa, Mas.. Tapi aku mohon jangan tunjukkan itu didepanku.. Aku mengerti kita menikah karna kesalahanku, tapi tolong berusahalah untuk mencintai aku." Kinar meneteskan airmatanya, hidup dengan laki-laki yang tidak bisa mencintainya adalah hal yang sangat amat menyakitkan.

Kinar tau siapa perempuan yang Akara maksud, dan ia tau jika suaminya itu masih berusaha mendekati perempuan itu. Namun Kinar tidak bisa melakukan apapun, ia takut malah Akara akan meninggalkannya.

"Seandainya, aku menikahi perempuan itu, apa kamu ikhlas?" tanya Akara yang perkataannya seolah petir disiang hari bagi Kinar.

Dadanya tiba-tiba terasa nyeri. Kinar berusaha menahan airmatanya agar tidak menguar. "Harus sebegitunya kah, Mas? Apa mas nggak bisa hanya mencintaiku?" tanya Kinar.

Akara terdiam, ia lalu menunduk dan beranjak begitu saja. Melewati Kinar yang akhirnya menumpahkan tangis. Ditahannya tangis agar tak terdengar. Ternyata sesakit ini menangis tak bersuara.

***

Nara turun dari mobil dan menuju salah satu stan angkringan yang berjejer didekat trotoar. Ia menuju stan bebek sinjay, yang diikuti oleh Aylar dibelakangnya.

"Bebek sinjay nya 2, es jeruk 2 ya, Mas.." Pesan Nara.

"Oke, Mbak." Jawab penjualnya tanpa melihat Nara karena saking sibuknya menggoreng bebek, hari ini pembeli terbilang banyak tidak seperti biasanya.

Nara kembali menghampiri Aylar yang sedang duduk, ia terlihat sudah siap menyantap makanan dengan dua lengan kemejanya digulung sampai sesiku, dan kancing kemejanya dilepas satu.

"Sudah?" tanya Aylar sembari mengambil jas yang tadinya ada disampingnya duduk, agar tidak ditempati orang lain.

Nara menempati duduk yang sudah disiapkan Aylar tadi. "Sudah, makasih ya Pak." Jawabnya, setidaknya ia menunda kesedihannya sebentar untuk makan bebek kesukaannya.

"Sepertinya kamu sudah membaik, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Aylar.

"Eh?" Nara sadar, sebentar lagi Aylar pasti akan bertanya kenapa dia menghilang.

"Apa karna kita sekantor, jadi kamu menghindar?" tanya Aylar langsung to the point.

"Bukan gitu," Nara tidak bisa cara menjelaskannya.

"Terus kenapa?" Aylar masih menyudutkannya, dia lupa kalau Nara baru saja menangis tersedu-sedu di mobilnya.

"Kita bukan cuma sekantor, Bapak. Tapi kamu itu atasanku. Aku gak mau dianggap ngedeketin bos supaya gimana-gimana ya." Nara menjelaskan secara apa adanya, karena perkataan dan tatapan laki-laki itu yang penuh intimidasi.

"Ya, apa salahnya. Kita cuma berteman, nggak ada yang salah dong." Ucap Aylar.

Teman? cuma teman?

Nara bingung dengan hatinya sendiri. Harusnya hatinya biasa saja saat Aylar mengatakan kalau hubungan mereka hanya teman. Tapi kenapa terasa nyeri?

Ah nyeri ini karena sisa tadi dengan Akara, ya betul. Bukan karena Aylar mengatakan kalau mereka hanya teman.

"Ya juga sih." Jawab Nara.

"Jadi mulai sekarang, jangan menghindar lagi." Ucap Aylar menutup percakapan itu karena bebek sinjay pesanan mereka sudah datang.

Sedangkan Nara yang masih malas berdebat dan perutnya sedang lapar tidak memperpanjang masalah tersebut, ia hanya mengiyakan ucapan laki-laki itu.

"Besok pulang kerja ikut aku." Ucap Aylar sangat telaten menuang beberapa macam sambal dipiringnya.

Nara curiga laki-laki itu sering mampir juga diangkringan.

"Kemana?" tanya Nara.

"Aku traktir makan." Jawab Aylar.

"Lah kenapa nggak sekarang aja, bebek sinjay nya kamu teraktir bapak." Ucap Nara.

"Nggak mau, pokoknya besok."



Continue Reading

You'll Also Like

212K 29.5K 29
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...
303K 777 4
bocil diharap menjauh
142K 6.6K 29
π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________πŸ•³οΈ____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...
200K 12.6K 57
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...