Part 1 - Jalan Cerita Nara

79 14 4
                                    

"Aku cuma butuh kejelasan dari hubungan kita, Mas. Biar kita bisa jalan kedepan, aku nggak masalah kalo memang hubungan ini nggak lanjut. Tapi tolong beri kepastian." Nara menemui seseorang yang sekarang sedang melatih pramuka di sekolah SD.

Elnara Sefa Aiman, ia sedang berada ditahap ingin mengakhiri semua yang membuatnya terbebani. Mulai dari pekerjaan yang menurutnya sangat toxic, juga hubungannya yang tidak ada kejelasan dari laki-laki bernama Akara Emir Hadad.

Mereka pernah menjalin hubungan selama 3 tahun, namun Akara meminta break dengan waktu yang belum ia tentukan. Semua itu karena Nara yang sulit memberi kabar dan tidak seperhatian dulu lagi. Meski perempuan itu sudah menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena kesibukannya dipekerjaan, tetap tidak membuat laki-laki itu untuk mengerti. Hingga ketika ia berada dititik paling terendah, laki-laki itu benar-benar tidak ada untuk menenangkannya.

Sampai pada akhirnya dengan keyakinan yang bulat, perempuan itu tidak akan lagi menunggu dan akan mengakhiri hubungan itu. Nara berjalan dengan tegap menghampiri Akara, dan menatap mata laki-laki itu tanpa ragu.

Akara yang masih terkejut dengan kedatangan Nara, tidak bisa berkata apapun.

"Mas, ini minumnya.. Aku tadi cari pentol yang biasanya, ternyata nggak ada. Nanti aja ya kita cari berdua..." Suara itu muncul dari balik tubuh Nara dan melewatinya.

Nara tersenyum melihat pemandangan yang terjadi didepan matanya, ia tidak terkejut sama sekali. Sejak laki-laki itu meminta break, Nara sudah berpresepsi segala macam, mulai dari Akara sudah punya perempuan lain hingga orang tuanya yang tidak setuju dengan hubungan mereka. Dan Nara sudah merelakan itu semua.

"Makasih untuk jawabannya ya, Mas. Jangan khawatir, kita tetep jadi teman baik kok.. Makasih juga dengan kepergianmu memotivasiku untuk keluar dari semua masalah ini, dengan bantuan keluargaku, TANPA KAMU." Ucap Nara sembari berbalik meninggalkan Akara dan perempuan yang ia tau adalah mantan laki-laki itu sebelum Nara.

"Nara, tunggu.. bentar." Akara berusaha menahan perempuan itu. "Kamu salah paham, biar aku jelasin dulu." Kejadian klise yang biasa terjadi disinetron dan film-film, ucapannya pun sama persis. Apa Akara sering menonton adegan seperti ini dan sekarang ia sedang mempraktekkannya?

Nara berhenti, namun bukan untuk mendengarkan penjelasan laki-laki itu. "Nggak apa-apa, Mas. Kamu tenang aja, nggak akan ada yang berubah kok. Kita tetep teman.. Sudah ya, aku balik, Assalamualaikum." Nara memasang wajah yang tenang, ia menepuk lengan Akara dan dengan tersenyum perempuan itu pergi, tidak lagi menghiraukan Akara yang berusaha menahannya.

***

"Darimana saja kamu?" Pertanyaan itu berasal dari chat seseorang yang ia kenalnya dari aplikasi dating online.

Saat masalahnya terjadi, seseorang itu ia abaikan. Banyak pesan dari laki-laki itu, mulai dari menanyakan kabar hingga mengucapkan semua selamat dari pagi ke malam, dan balik ke pagi lagi.

Sembari rebahan dikamar, ia mulai membalas pesan seseorang itu, dan ternyata ia dicecar segala pertanyaan. Nara tidak pernah menemukan laki-laki seperti itu, apalagi di aplikasi dating online. Kebanyakan mereka para penggunannya akan bersikap biasa saja jika salah satunya menghilang, dan akan mencari yang lain di aplikasi tersebut. Namun tidak dengan satu orang ini.

"Maaf, aku sedang banyak masalah akhir-akhir ini." Jawab Nara menjelaskannya secara singkat.

"Apa kamu perlu bantuanku?" Seseorang itu menawarinya bantuan, padahal mereka hanya sekedar kenal saja.

"Makasih ya, tapi Alhamdulillah sudah selesai. Tenaaang, setelah ini aku free, bisa balas pesanmu setiap hari. Hahaha." Balas Nara.

Mereka bertukar pesan sampai lupa waktu, hingga ibunya Nara mengingatkan bahwa ia harus segera tidur karena besok Nara mulai bekerja ditempat kerja yang baru.

Yah, setelah sekian lama akhirnya fase itu terjadi. Nara keluar dari tempat kerjanya yang lama, yang menurutnya begitu toxic, mulai dari beban kerja, gaji, hingga dengan lingkungan kerjanya. Setelah resign dari tempat itu, Nara harus mencari kerja, ia tidak ingin memberatkan ibunya yang mempunyai warung dengan penghasilan tidak menentu.

"Aku tidur dulu ya, sampai jumpa besok kalo kita nggak sama-sama repot. Hehehe." Ucap Nara langsung meletakkan ponselnya di nakas dan segera tidur. Ia termasuk orang yang mudah tidur, jika memejamkan mata sebentar saja, jiwanya sudah berpindah kealam mimpi.

Padahal Nara belum tau apa balasan dari laki-laki itu.

***

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan ini Elnara yang akan menjadi tim Administrasi, posisinya sebagai Staff Accounting." Jelas HRD memperkenalkan Nara pada beberapa karyawan yang jumlahnya sekitar 10 orang tersebut.

"Selamat pagi," Nara menundukkan kepalanya sebagai bagian dari sopan santun.

"Oh ya, Nara.. Nanti kamu saya ajak berkeliling. Saya perkenalkan kamu dengan staff yang lain dan Manager Accounting sebagai atasan kamu langsung. Untuk Pak Aylar sebagai direktur, nanti kalo sudah pulang dari dinas luar negerinya saya kenalkan ya." Ucap kepala HRD yang baik dan humble sekali, begitupun dengan staff yang lain.

***

"Naraaa, kamu dimana? Aku dideket rumahmu nih. Bisa ketemu? Ngopi atau makan gitu." Pesan itu berasal dari seseorang yang ia kenalnya dari aplikasi dating online.

Setelah mengakhiri percakapan kemarin malam, laki-laki itu kembali mengirim pesan dan tiba-tiba mengabari kalau ia ada didekat rumah Nara dan ingin bertemu.

"Loh bukannya kamu ada di luar kota ya? Kok sekarang tiba-tiba dideket sini?" Nara sedikit syok dengan berita itu, ia masih dalam perjalanan pulang dan sedang mampir di minimarket untuk membeli minum. Ia jadi takut dengan laki-laki yang dikenalnya lewat sosial media tersebut. Kenapa sangat agresif dan posesif sekali sih.

"Bisa aku telepon?" tanya laki-laki itu, namun belum juga dijawab oleh Nara, ia sudah menelepon perempuan itu melalui aplikasi tersebut.

Nara yang amat-sangat terkejut hampir melempar ponselnya, ia mengambil duduk didepan minimarket dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" Nara menjawab panggilan itu.

"Halo, Nara." Suaranyaaaaa, yang pertama kali didengar Nara sangat sendu dan membuat candu.

Nara langsung beristighfar, "Astaghfirullah," Ia menjauhkan ponselnya sembari memegangi dadanya. "Aku hampir aja kena hipnotis, orang ini jangan-jangan nggak bener. Pasti dia mau sesuatu dari aku ini. Yakin aku." Nara langsung mematikan panggilan tersebut tanpa persetujuan dari laki-laki itu.

"Kenapa dimatiin?  Aku cuma pengen kita ketemu, mumpung aku lagi dideket rumah kamu." Laki-laki itu masih berusaha menghubungi Nara, membuat perempuan itu semakin takut. Ia pun tidak menghiraukannya, mematikan ponsel lalu segera menuju motor untuk pulang ke rumah.

Saat ia hendak memakai helmnya, seseorang dari belakang memanggil. "Nara."

Suara itu sama persis dengan yang didengarnya tadi ditelepon. Perempuan itu semakin bergidik ngeri. Apalagi saat seseorang itu memegang pundaknya. Nara segera bersholawat, mengucap kalimat-kalimat thoyyibah agar tidak terpengaruh dengan hipnotis. Menurutnya.

***

SEPHILEWhere stories live. Discover now