SELEKSI ALAM 2 [END ✓]

By Diliaannisa

306 251 146

Meski tim mereka sudah terpisah, 977, 1001, 1005, dan 1020 tetap melanjutkan misi mereka untuk menyelidiki mi... More

PROLOG
BAB 2. 1005
BAB 3. 1020
Bab 4. 977 (Jevin)
Bab 5. 1016 (Ana)
BAB 6. 1005
BAB 7. 1020
Bab 8. 977 (Jevin)
BAB 9. 1016 (Ana)
BAB 10. 1005
BAB 11. 1020
BAB 12. 977 (Jevin)
BAB 13. 1016 (Ana)
BAB 14. 1005
BAB 15. 1020
BAB 16. 977 (Jevin)
Epilog

BAB 1. 1016 (Ana)

22 18 40
By Diliaannisa

Entah beruntung atau sial, kini aku berada di pulau ajaib. Bak mimpi di siang bolong, semua hal yang kulihat sulit dipercaya oleh akal. Rasanya seperti terjebak di dunia fantasi yang mana ilmu sihir tengah berkembang dengan pesat.

Beruntung karena aku dijanjikan kehidupan yang nyaman di tempat seindah ini, sialnya aku tidak akan pernah bisa keluar dari sini selamanya. Yah, sebut saja aku dipenjara di tempat idaman semua manusia. Sendirian di tempat asing, tanpa keluarga dan teman adalah tebusannya.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku terkagum-kagum dengan pulau aneh yang akan aku tinggali. Setahun sebelumnya, tepatnya saat aku resmi menjadi murid Wonderland Academy, aku dan teman-teman sekelasku dibawa ke pulau misterius bernama Pulau Surga. Tadinya kupikir kami akan sekolah di tengah hutan, mengingat orang tuaku pernah mengatakan sekolah ini sejenis sekolah yang melatih kemampuan bertahan hidup di alam bebas. Ternyata kenyataannya jauh di luar dugaan.

Pulau indah yang memiliki empat musim abadi, dihuni semua jenis flora dan fauna, terlebih lagi binatang buas dinyatakan bersahabat dengan manusia alias jinak. Pulau ajaib itu adalah sekolah sekaligus asrama para murid Wonderland Academy. Tanpa bangunan dan fasilitas belajar. Sistem belajarnya adalah praktik, begitu juga ujiannya.

Hanya ada enam mata pelajaran, semuanya sangat berguna untuk melatih kemampuan bertahan hidup. Mata pelajaran yang paling aku kuasai adalah Mengolah Makanan, aku pandai dan teliti memilih bahan makanan yang aman dan sehat. Jangan kira mencari bahan makanan dari alam itu mudah, harus pintar memilih makanan yang tidak mengandung racun dan memahami kandungan vitaminnya.

Terkagum-kagum dengan alamnya, tidak menutupi kenyataan bahwa aku cukup kesulitan bertahan hidup di sana. Tidak mengenal siapa pun, lingkungan yang unik, kehidupan yang berat, pelajarannya pun sangat berbeda dengan pelajaran di sekolah pada umumnya. Beruntung aku mudah berbaur, di hari pertama aku sudah menjadi ketua geng para murid perempuan, kecuali satu murid perempuan yang suka membuatku sebal.

Tidak banyak murid yang bisa sekolah di Wonderland Academy, hanya sepuluh murid per angkatan, itu pun akan terus berkurang satu murid per tahun saat ujian. Bahkan setiap kelas dipisah per wilayah. Sepi, pasti, tapi aku suka membuat onar demi mengusir rasa sepi dan melepas penat, terlebih lagi aku butuh pelampiasan dari rasa kesalku karena orang tuaku tega mengirimku ke sekolah aneh ini. Jujur saja, aku merasa dibuang. Akan lebih baik sekolah asrama dengan peraturan ketat, dibanding dikirim ke sekolah di pulau misterius seperti ini, tidak ada celah untuk kabur.

Ada satu hal yang paling tidak aku mengerti tentang sekolah ini, proses seleksi murid saat ujian akhir, namanya Seleksi Alam. Satu murid per angkatan menghilang, tidak ada yang tahu kemana hilangnya dan apa sebabnya. Bukan para guru pelakunya, karena dari pihak guru pun juga ada korban. Alam yang disalahkan, lebih mudah dibayangkan sebagai tumbal, karena katanya pulau ini hanya bisa menampung 34 manusia, dan harus menyeleksi empat manusia pertahun demi menjaga keseimbangannya.

Entah harus senang atau sedih, akulah yang terpilih sebagai murid yang diseleksi oleh alam. Hanya perlu waktu setahun, Aku bisa terbebas dari sekolah dan pulau aneh itu. Bodo amatlah tentang kenyataan tidak bisa pulang ke rumahku lagi, lebih baik aku tinggal sendiri di tempat asing yang menawarkan kehidupan yang nyaman dibanding tinggal bersama keluarga yang tidak pernah menganggap diriku ada. Aku benci suasana rumahku, aku benci kehidupanku yang dulu, dan sekarang aku akan memulai hidup yang baru.

Matahari berada di puncak langit saat aku sampai di Pulau Impian. Setelah melewati jalan rahasia yang cukup menguras energi, aku disuguhi pemandangan indah di puncak gunung. Putih, hamparan awan berhasil menutupi pemandangan di bawah sana. Hanya langit biru yang bisa kulihat, dengan sinar matahari yang berhasil membuat mataku sulit terbuka. Terik, tapi tidak terasa panas, dalam kondisi normal pasti cuaca sepanas ini sudah membuatku mandi keringat.

Sejurus kemudian muncul gumpalan awan yang bergerak ke arahku, berhenti tepat di depan kakiku. Rasa penasaran membuatku menjerumuskan kakiku ke dalam awan itu, ternyata ada lantai keras yang bisa kuinjak, tadinya kukira kakiku akan tembus. Saat tanganku asyik meraih awan tersebut untuk merasakan teksturnya, muncul sebuah kursi setinggi lututku, baru sedetik aku duduk, awannya bergerak. Ternyata ini adalah kendaraan ajaib, alat transportasi para penghuni Pulau Impian. Tak hanya kursi yang muncul sendiri, kini aku disuguhi makanan dan minuman yang entah muncul dari mana, serta televisi canggih yang langsung menayangkan film sesuai seleraku seakan bisa membaca pikiranku.

Perjalanan kali ini cukup singkat, aku diantar ke sebuah bangunan terapung yang tidak terlalu besar. Bangunan ini memiliki dua lantai, hanya ada satu ruangan tertutup dan satu ruangan terbuka di setiap lantainya. Ajaibnya, ruangan tertutup di setiap lantai bisa berubah sesuai kebutuhan. Saat kita perlu kamar, ruangan otomatis memunculkan kasur, saat ingin makan, ruangan ini seketika menghadirkan meja, kursi, serta makanan lezat. Tidak heran, karena aku sedang berada di dunia fantasi bernama Pulau Impian. Justru aneh rasanya kalau tidak ada keajaiban di sekitarku.

Sendirian, tadinya kukira akan tetap begitu. Ternyata ada satu orang lagi yang sampai ke tempat ini, sama sepertiku dia juga mengendarai awan. Mungkin awan itu satu-satunya alat transportasi di sini. Gadis cantik berambut panjang yang mengenakan gaun selutut lengan pendek dengan motif bunga berwarna merah muda berhasil menarik perhatianku. Entah kenapa aku familiar dengan matanya, padahal aku tidak kenal dengan kakak kelasku karena kelas kami berada di wilayah yang berbeda.

"Nomor induk siswa 1003, namaku Sica. Siapa namamu?" sapanya ramah dilengkapi senyuman manis yang membuatnya terlihat sangat cantik.

"1016, nama asliku Ana. Kamu korban seleksi alam kelas dua, ya?" Hanya basa-basi, karena saat dia menyebut nomor induknya, sudah pasti dia juga korban seleksi alam sama sepertiku.

Oh iya, cara para murid Wonderland Academy saling memanggil adalah dengan nomor induk siswa, karena kamu dilarang memberitahu identitas diri kepada siapa pun. Namun, saat kami sudah lulus dari sekolah ini atau menjadi korban seleksi alam, maka kami sudah boleh memanggil dengan nama kami. Tidakkah kamu rasa Wonderland Academy menyimpan banyak misteri? Lupakan, toh, sekarang aku sudah bebas.

"Iyap, tapi meski aku seniormu, kamu boleh memanggilku dengan nama saja, biar lebih akrab. Senang mengenalmu," jawabnya santai sambil mengulurkan tangan.

"Senang bertemu denganmu juga, semoga kedepannya kita bisa berteman akrab." Aku harus rajin menambah relasi di tempat asing ini karena aku benci kesepian. Aku juga sudah bertekad untuk tidak membuat masalah di sini, agar aku bisa hidup tenang.

Tak kalah anggun dari Sica, seragamku juga sudah berganti menjadi gaun panjang tanpa lengan, warna biru malam dengan taburan gliter putih, menghadirkan nuansa langit malam yang indah. Rambut pendek sebahu tertata rapi dengan jepit rambut berbentuk bulan sabit. Jika saja 1011 melihat penampilanku yang sekarang, mungkin dia tidak akan bisa mengalihkan pandangannya ke gadis lain, sayangnya aku harus menunggu tiga tahun lagi untuk bisa bertemu dengannya, dia akan menyusulku ke sini setelah menyelesaikan tugasnya sebagai murid sekaligus mata-mata di Pulau Surga.

Tak berselang lama, dua korban seleksi alam lainnya juga datang ke tempat ini, barulah datang seseorang yang ditugaskan untuk menjadi pemandu kami. Dia menjelaskan tentang Pulau Impian kepada kami. Termasuk rumah cerdas yang sekarang kami tempati. Ruangan di rumah ini bisa berubah otomatis sesuai keperluan penghuninya, tanpa perlu mengucapkan sepatah katapun, katanya rumah ini bisa membaca pikiran.

Segala keajaiban yang ada di Pulau Impian bukanlah dipengaruhi oleh kekuatan sihir, melainkan hasil dari penemuan para ilmuwan. Semakin canggih tekhnologinya, maka semakin ajaib pula hasilnya. Meski saat ini terasa di luar nalar, katanya kelak kami akan terbiasa dengan semua ini saat terjun langsung dalam proses pembuatannya. Wah, semoga aku tidak salah dengar, terjun langsung dalam proses pembuatan benda-benda ajaib? Sungguh menakjubkan.

Setelah makan malam, kami diminta untuk segera beristirahat. Ruang makan seketika berubah menjadi kamar, aku dan Sica akan tidur di sini. Sedangkan ruangan di lantai atas akan menjadi kamar untuk dua korban seleksi alam lainnya, yaitu Leo dan Yudhi. Saat aku bertanya apakah kami berempat akan tinggal bersama, pemandu kami menjawab bahwa ini hanya untuk sementara. Besok kami akan dipertemukan dengan keluarga kami, lalu kami bisa memilih akan tetap tinggal di sini atau tinggal bersama keluarga kami.

Keluarga yang dimaksud bukanlah orang tua kami, melainkan saudara dari orang tua kami yang sebelumnya menjadi korban seleksi alam sama seperti kami, sehingga mereka juga terjebak di pulau ini. Katanya, kelak kami juga akan bertemu dengan keponakan kami yang akan jadi korban seleksi alam selanjutnya, dan berpisah dengan anak kandung kami karena dia harus tinggal bersama saudara kami yang tidak menjadi korban seleksi alam. Begitulah seterusnya dari generasi ke generasi. Entah apa tujuan memisahkan orang tua dan anak kandung, lalu malah harus hidup bersama keponakan, aku tidak ingin tahu karena aku justru berterima kasih dengan aturan ini yang sudah membebaskanku dari keluarga yang tidak peduli padaku.

Matahari belum muncul ketika kami dibangunkan oleh alarm otomatis yang tidak bisa dimatikan, berbeda dari jam weker, alarm di rumah ini tidak terlihat sehingga kami tidak bisa mematikannya untuk tidur kembali. Alarmnya hanya mati jika semua orang di rumah ini sudah bangun, mau tidak mau kami terpaksa bangkit dari tempat tidur.

Baru saja aku bangkit dari tempat tidur, ruangan ini seketika berubah menjadi ruang santai. Tadinya aku ingin segera menuju kamar mandi, bergegas menyiapkan diri untuk menjadi bintang utama pada acara penyambutan penghuni baru Pulau Impian, tapi mataku mendapati Sica sedang berdiri di teras, dia tidak sendiri, ada seseorang yang baru saja pergi saat menyadari aku sedang memperhatikan mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
533K 87.6K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 549K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...