Putus berbayar

Lulathana द्वारा

31.5K 5K 703

Bermula ketika pacar temannya diam-diam nge-chat atau cowok yang PDKT-in temannya berujung nembak ke dia, Bia... अधिक

Perhatian!
Putus Berbayar
1. Mission Accomplished
2. Beauty Privilege
4. Two Brothers
5. New Teacher
6. Notebook
7. Introvert
8. Amnesia?
9. Interogasi
10. Target
11. Yang Sebenarnya Terjadi
12. Pelarian
13. Hukuman
14. Intimidasi
15. Benci
16. Janji

3. Say Sorry

3.2K 551 65
Lulathana द्वारा

Kelas 12 MIA-4 berada di lantai paling atas. Posisinya ada di tengah, dekat tangga dan akses mudah untuk lihat ke arah lapangan di bawah sana. Maka tak heran jika depan kelasnya sering dijadikan tempat nongkrong anak-anak kelas lain. Khususnya yang mencari view bagus atau ngincar adek kelas di bawah sana.

"Pagi Bi," sapa Leon yang duduk di samping Firly. Dia terlihat cengengesan sementara tangannya menggenggam erat tangan Firly.

"Wah Fir, mulai jelalatan tuh," ucap Bia yang diiringi tawa. Dulu mungkin dia akan panik, takut disalah pahami. Namun, karena sekarang sebagian besar anak cewek sudah tahu profesinya, mereka tak menganggap Bia ancaman lagi.

"Iya butuh yang fresh-fresh nih," canda Leon yang langsung mendapatkan geplakan dari Firly. Cowok itu hanya tergelak kian keras.

"Mau jadi yang kedua nggak, Bi. Galaknya udah mirip-mirip istri tua nih," ucap Leon seraya merangkul Firly gemas. Membuat cewek itu memekik-mekik kesal.

Bia hanya terkekeh kecil kemudian memasuki kelasnya. Leon dan Firly terkenal sebagai couple goals. Dari awal pacaran hubungan mereka sangat sehat. Setiap hari pasti terlihat bahagia. Kalau lihat mereka kadang Bia iri, maksudnya seandainya punya pacar Bia mau yang sifatnya sepengertian Leon, se-effort Leon--bukan Leonnya ya.

"Wah cerah banget nih mukanya, udah tau kita dapet 2 Say Sorry ya?" tanya Kintan, teman sebangku sekaligus sahabat dekat Bia.

"Enggak, happy aja sih," jawab Bia seraya duduk dan menyimpan tasnya. "Gue belum liat e-mail. SS dari siapa?"

SS atau Say Sorry adalah sebutan untuk adanya order pada 'bisnis' Bia. Karena rame, Bia memang mempekerjakan Kintan sebagai adminnya. Dia yang bertugas menghadapi klien sebelum diskusi dengan Bia secara langsung.

"Satu dari luar, satu dari sekolah kita."

"Dari sekolah kita? Siapa?" tanya Bia. Karena orang dekat, sepertinya yang lebih mudah untuk dijalankan.

"Firly."

Raut cerah Bia seketika luntur, terganti dengan mulut yang sedikit menganga. Tangannya pun secara refleks menunjuk ke arah luar untuk memastikan apa yang barusan dirinya dengar.

"Iya, Firly yang itu."

Bia menutup mulutnya agar tidak mengumpat. Bibirnya yang memuji pasangan itu bahkan masih basah.

oOo

"Sumpah nggak habis pikir gue, Tan. Leon kurang apa coba?"

Bia memasukkan potongan bakso ke dalam mulutnya. Giginya mengunyah sementata kepalanya menggeleng-geleng tidak percaya. Bahkan sampai waktu istirahat pun dia masih memikirkan itu.

"Kita 'kan liat luarnya, siapa tau mungkin aslinya Leon nggak sebaik itu."

Bia berdecak tidak terima.  "Tapi lo tau 'kan Leon itu baik banget, maksudnya entah ke gue atau yang lainnya. Meskipun tanpa memikirkan hubungan dia sama Firly, gue segan lah buat jadiin dia target. Gila aja."

Kintan meminum lemon tea-nya dengan santai. "Baru kali ini gue liat lo nggak bersemangat dapet SS bahkan misuh-misuh."

"Ya karena ini tuh nggak bisa gue lakuin. Gue nggak bisa rusak nama Leon."

Kintan menghela napas. "Iya-iya gue tolak SS-nya, nggak usah cemberut, jelek lo," ucapnya lalu mulai menggerakkan sendok lagi

"Gue selalu cantik dalam kondisi apa pun. Bahkan saat tidur mangap dan ngiler pun gue tetep cantik."

Bibir Kintan merapat dengan mata yang kini menatap lurus. "Iya-iya anjir, lo selalu cantik!" pekiknya dengan kesal.

Masalahnya Kintan pernah lihat Bia tidur dengan mulut terbuka juga ngiler. Waktu itu mereka habis penjelajahan kemah, tenaga diperas habis hingga akhirnya Bia tumbang begitu saja. Di posisi seperti itu pun, memang benar Bia tetap cantik.

Salah satu teman cewek mereka yang tidak begitu menyukai Bia memotret itu dan menyebarkannya di grup. Namun, bukannya ditertawakan, Bia malah banjir pujian. Dari situ mungkin alasan kenapa Bia membahas ngiler saja masih dengan cara yang penuh percaya diri.

Dasar makhluk cantik!

"Gue udah beres," ucap Kintan seraya berdiri. Bukan dia gedeg karena bahasan Bia, tapi setelah melihat jam tangannya, ada hal lain yang harus segera Kintan kerjakan.

"Gue juga udah." Bia ikut berdiri, ia hendak mengamit tangan Kintan.

"Gue mau simpan laporan dulu ke ruang OSIS," terang Kintan yang bermaksud penolakan.

"Yaudah gue temenin." Bia kembali hendak mengamit tangan Kintan.

"Habis itu gue ada kumpulan Teater."

Bia menghela napas. "Sibuk banget," keluhnya dengan wajah cemberut.

"Demi perusahaan," ucap Kintan menepuk-nepuk bahu Bia sebelum berlalu.

Kintan memang aktif di banyak organisasi. Tentunya untuk melebarkan circle-nya agar ia bisa mudah menawarkan jasa mereka. Mengingat ini hanya harus diketahui cewek, promosinya dengan cara door to door.

"Dadah ...." Bia melambai pada Kintan yang pergi lebih dulu itu.

"Mau balik Bi? Nggak pesen lagi aja? Gue traktir," ucap Izal, temen sekelas Bia yang kebetulan duduk di meja sampingnya.

"Nggak deh, thanks," jawab Bia dengan senyuman. Ia pun berlalu untuk meninggalkan area kantin.

Bia memilih berjalan ke arah sayap kiri. Meski sedikit jauh, tapi karena di sana merupakan jajaran lab, hanya sedikit orang yang mungkin dirinya temui. Memang senang banyak yang menyapa, tapi kalau harus terus beramah tamah, Bia takut dirinya tidak tua-tua.

He he, jokes Bia garing ya?

Bukan, maksudnya Bia ini termasuk introvert. Meskipun tidak benci, tapi terlalu banyak berinteraksi dengan orang-orang membuatnya sangat lelah. Bia memang sering bergonta-ganti kepribadian. Mulai dari cewek mamba, cewek kue, cewek childish, bahkan sampai cewek senja. Semuanya tentu demi menyesuaikan dengan tipe dari targetnya, biar cowok itu mudah jatuh pada Bia.
Plus-nya Bia jadi berpengetahuan luas tentang kepribadian manusia, minusnya Bia sampai lupa kepribadian dirinya sendiri itu seperti apa. Selain intovert tadi, Bia tidak tahu lagi sifat yang 'benar-benar dirinya' itu yang mana.

"Itu bukannya Kakak-Kakak yang tadi ya?" gumam Bia begitu melihat pria berjeans dan kemeja hitam. Dia terlihat kebingungan.

"Nyari apa, Kak?" tanya Bia yang sedikit membuat pria itu terlonjak.

"Oh, ruangan Pak Aldo," jawab pria itu.

Bia mengangguk-angguk. "Kakak lewatin taman itu, ujung koridor sana Kakak belok kiri. Ada lorong kecil lalu ...." Bia menjeda penjelasannya. "Ikut aku aja deh, ternyata ribet kalo dijelasin," ucap Bia yang diikuti senyum ramah. Efek projek Arga kemarin yang punya tipe cewek friendly, super pengertian, dan berhati malaikat. Karena biasanya Bia susah senyum terhadap orang yang belum pernah kenal sebelumnya.

Pria di depan Bia mengangguk. Ada senyum kecil di bibirnya. Lalu kemudian tatapannya sedikit turun.

Mata Bia menyipit mengikuti arah yang pria itu lihat. Tangannya pun perlahan menyilang menutupi dadanya.

"Ah sorry, aku bukan maksudnya nggak sopan, aku cuma liat nametag kamu bukan yang lain. Maaf," papar pria itu dengan wajah menunduk dalam juga telinga yang membias merah.

"Tapi kalau kamu merasa aku keterlaluan kami bisa pukul--"

"Yihana Sabria."

Pria itu mendongak dengan raut kaget. Bia sih juga, sedikit. Tarikan dari hati malaikat tenyata lumayan kuat. Bia hanya berdoa semua di SS selanjutnya tidak ada cowok yang punya tipe cewek psycho.

"Nama aku Yihana Sabria. Emang agak aneh didenger sih."

Pria itu menggeleng. Dirinya terkaget karena cewek di depannya tidak mempermasalahkan ketidaksopanannya terlalu jauh--meski dari awal dirinya juga tidak berniat kurang ajar.

"Yaudah, yuk Kak." Bia pun berjalan di depannya. Menapaki rute yang baru tadi dirinya jelaskan sebagian.

Bia melangkah dengan pembawaan yang anggun, tapi juga memberikan kesan yang cerah. Riang dan tidak kaku. Ada yang bilang sifat bisa berubah-ubah, tapi kebiasaan dalam gerakan fisik, tidak.

"Yihana?"

Bia berhenti lalu menoleh ke belakang. "Ya?"

Untuk beberapa saat mereka hanya bertatapan.

"Makasih," ucap pria itu yang tidak terkesan seperti apa yang dirinya ingin katakan saat memanggil tadi.

Bia tersenyum dan mengangguk sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

oOo


"Bi, ayo dong Bi, please. Mau ya?" Firly memegang tangan Bia, menahan cewek itu untuk tidak pergi ke mana-mana.

"Fir nggak mau sumpah. Ya kalo lo mau putus lo aja yang ngomong. Kalo Leon orangnya sumpah gue nggak tega," tolak Bia untuk ke sekian kalinya

"Gue nggak bisa," ucap Firly dengan wajah yang memelas

"Pokoknya terserah deh, gue nggak mau ikut campur." Bia melangkah lagi, tapi kali ini Firly memblokir jalannya dengan merentangkan tangan di depan Bia.

"Gue udah ada cowok," aku Firly yang seketika membuat Bia menganga. Bia yang sudah sering melihat kelicikan kaum cewek pun dibuat kaget bukan main. Firly ini bisa dibilang sahabat dekat kedua Bia setelah Kintan. Bia tahu sifat dia seperti apa. Tidak setia benar-benar bukan seorang Firly.

"Fir!"

Firly memejamkan mata. "Bi, lo tau 'kan gue sama Leon itu nggak bakal direstui. Kita juga udah kelas 12, gue rasa udah cukup main-mainnya."

"Lo anggap lo sama Leon selama ini main-main?" Bia menggeleng-geleng. Benar-benar tak habis pikir.

"Ya terus apa namanya buat hubungan yang udah jelas nggak bakal berakhir bersama?" Firly menggigit bibirnya, matanya terlihat berkaca-kaca.

"Meskipun keluarga gue nggak benci Leon, tapi kalo buat sama-sama selamanya mereka nggak setuju. Bahkan mereka udah ngenalin gue sama cowok padahal guenya juga masih sekolah. Saking mereka nggak mau kalo gue sama Leon makin jauh dan susah lepasnya," papar Firly dengan raut bingung.

Bia memegang keningnya seraya menghela napas kasar. "Gila tau nggak. 2 taun loh ini. Kalo emang udah tau ending-nya, kenapa malah sama-sama selama itu?"

"Awalnya gue cuma iseng nerima Leon, tapi perasaan yang tumbuh siapa yang bisa nyangka, Bi."

Bia menggaruk alisnya. "Perasaan-perasaan. Terus lo ada perasaan gitu sama cowok yang dikenalin keluarga lo itu?"

"Ada--maksud gue, gue bakal berusaha."

Bia menggeleng-geleng. Ini tidak bisa dicerna oleh akalnya. Firly bertahan dengan Leon karena perasaannya tumbuh, lalu dia meninggalkan Leon dengan alasan tidak mau perasaannya semakin tumbuh. Wah, dunia perpacaran memang segila ini ya. Bia jadi ingin mengata-ngatai.

Firly meraih datangan Bia lalu menangkupnya di depan dada. "Gue nggak sanggup kalo harus bilang ke Leon langsung. Bi, deketin Leon ya?"

oOo

Hai.

Aku mulai aktif sosmed lagi, yang punya ig dan tiktok, boleh intipin @lulathana biasanya aku spillin dikit-dikit tentang cerita aku di sana.

28 April 2023

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

Me Between You ameliadew द्वारा

किशोर उपन्यास

5.4K 2.2K 43
Holly Moon mengidolakan Nicholas Dirgantara, kapten klub basket di sekolahnya. Tapi karena terlalu sering menonton pertandingan basket Nicholas, Hol...
209K 23.9K 51
Nuansa Dwinasti Salim (Nuan) tidak pernah berpikir akan menjalani kehidupan sebagai istri seorang Rimba Allarick Thomas (Rimba). Karena keputusan geg...
358K 11.3K 16
[16+] - COMPLETED Sonya Ayudia Prameswari baru saja selesai tersandung kasus obat-obatan terlarang yang diduga dikonsumsinya tanpa seizin dokter, na...
6.8K 868 30
Lea merasa hidupnya semakin kacau ketika Sajune mulai memperlihatkan sikap obsesifnya begitu saja, persahabatan yang mereka jalin setelah sekian lama...