Bima Sakti

By bundalidiii

18.7K 1.8K 187

[ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA ] Galang adalah korban dari pembantaian satu keluarga 8 tahun silam. Dirinya... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Cast
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
maaf

Bab 13

427 58 7
By bundalidiii

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Bima sedang duduk santai di kursi taman sambil menikmati sebotol minuman dingin pemberian Mahesa. Mereka terlihat menikmati pemandangan taman yang diselimuti oleh semilir angin.

"Gue sering gini sama Marsya, kita liatin anak kecil main-main." Ucap Mahesa lalu meneguk minumannya.

"Kalo Bima gimana? Apa kenangan indah yang lo inget?" Tanya Mahesa dengan memandang Bima.

"Gak ada, gue benci anak kecil dan semua yang berbau anak-anak. Mereka harusnya gak ketemu gue, lo tau sendiri kalo tangan gue udah bunuh banyak orang." Jawab Bima.

"Tapi lo bukan bunuh dengan sengaja." Sangkal Mahesa.

"Kalo kita ketemu di situasi berbeda, apa masih bisa lo ngomong gitu? Lo masih kaget waktu liat gue bunuh orang bahkan sampe sekarang." Ucap Bima lalu tersenyum.

Mahesa kikuk, ia tak bisa menjawab lagi. Jujur selama ini saat menemani Bima mengeksekusi korban, dia masih saja kelakuan dan terkejut. Bima pernah memperingati jika Mahesa takut tunggu saja fi luar tapi di tolak oleh Mahesa. Ia tak mau jika Bima lepas kendali dan membunuh dengan cara diluar rencana. Selama beberapa tahun bekerjasama dengan Bima, Mahesa paham jika anak itu memiliki sifat yang sulit diduga. Kadang Bima bisa menjadi sangat sabar atau tempramen.

"Ekhm! Jadi lo ketemu dimana yayasan ayah lo dipindahkan?" Tanya Mahesa mencoba untuk mengalihkan topik.

"Iya, gue butuh bantuan lo untuk itu." Jawab Bima.

"Pulau Carnavero, itu dekat sama desa Jati. Dulu nama pulau itu adalah pulau mati karena gak berpenghuni, tapi tiba-tiba ada orang yang beli dan di situ yayasan dibangun. Orang yang beli pulau itu adalah Andri Sriwijaya, tapi atas nama Jiko. Kepemilikan pulau itu jatuh ke Jiko. Entah apa yang bikin dia sebodoh itu ngasih pulau ke anjing yang ditelantarkan itu. Yang jelas, gue butuh akses ke sana." Jelas Bima.

"Bukannya pulau itu cuman bisa di akses sama kapal yang berasal dari pulau itu juga? Cuman kapal itu aja karena keamanan di pulau itu ketat bahkan kata temen gue di sana ada semacam bom buat meledakkan kapal asing di sekitar pulau." Jawab Mahesa.

"Aneh kan? Itu cuman pulau, sebenernya yayasan itu beroperasi di bidang apa?" Ucap Bima dengan senyum tipis.

"Oke, gue bakal coba nyari akses buat kita masuk ke pulau itu." Bima mengangguk setuju.

Setelahnya mereka pun terdiam cukup lama, keduanya menikmati kesejukan sore hari di taman tersebut. Mahesa tersadar saat melihat es krim tak jauh dari tempatnya duduk, ia langsung berpamitan dengan Bima untuk membeli es krim tersebut lalu pergi.

"JANGAN DIPUKUL!" Tiba-tiba teriakan anak laki-laki terdengar di telinga Bima.

Ia mencari keberadaan suara itu dan menemukan 2 anak laki-laki tengah bertengkar. Mereka terlihat saling memukul, tak ada yang mau memisahkan kedua anak itu. Mereka yang dekat dengan anak tersebut memilih untuk fokus pada ponselnya bahkan ada juga yang mem video kejadian tersebut.

"Ponsel merusak segalanya." Bima yang sudah tak tahan dengan teriakan anak tersebut langsung berjalan menuju mereka dan berniat memisahkan keduanya. Saat tangan Bima menyentuh salah satu anak, tiba-tiba ada tangan lainnya yang menyentuh anak di depannya. Bima menatap orang itu sejenak lalu berdecak kesal.

"Kalian gak boleh saling pukul ya? Kakak gak suka liatnya, anak-anak harusnya main yang aman-aman aja. Kenapa kalian saling pukul? Ada yang salah?" Tanya laki-laki tersebut.

"Aku gak sengaja jatohin es krim dia kak, katanya kalo buat salah harus di cambuk." Jawab anak laki-laki di depan Bima.

"Kata ayah emang gitu." Tambah anak laki-laki yang sedang dipegang Bima.

Bima menatap anak itu lalu berjongkok untuk mensejajarkan tingginya. Ia membalik tubuh anak itu agar menatap ke dirinya. Bima memperhatikan setiap detail mulai dari ujung rambut sampai kaki anak itu, pandangannya terhenti saat melihat pergelangan anak itu. Bima menarik tangan kanan anak tadi lalu sedikit menaikkan lengan baju anak tersebut.

"Ayah kamu, dia monster." Ucap Bima lalu menatap anak tersebut.

"Monster?" Tanya anak itu.

"Lebih buruk dari monster, jadi kamu gak boleh ngikutin jejak ayah kamu yang suka nyambuk. Manusia pasti pernah berbuat salah, tapi setiap kesalahan gak harus di selesaikan dengan kekerasan. Temen kamu udah bilang minta maaf belum?" Tanya balik Bima.

"Udah kak, aku mau kok beliin dia es krim lagi." Ucap anak lainnya.

"Bagus, dia mau bertanggungjawab sama kesalahannya. Berarti gak perlu kamu cambuk gitu, lain kali kalo temen kamu mau bertanggungjawab atas kesalahan mereka ke kamu itu udah cukup. Mereka udah menebus kesalahan mereka tanpa kekerasan." Jelas Bima. Tak lama setelah Bima menyelesaikan kalimatnya, Mahesa datang dengan membawa dua eskrim di tangan kanan dan kirinya. Bima yang melihat itu pun langsung mengambil es krim tersebut lalu diberikan ke kedua anak tadi. Mereka terlihat senang lalu mengucapkan terimakasih pada Bima dan pergi. Mahesa sebenarnya kesal, tapi ia paham situasi dan membiarkan es krim tersebut di bawa oleh kedua anak tadi.

"Nanti gue traktir es krim." Ucap Bima lalu beranjak pergi.

Saat ingin melangkahkan kaki, tangannya di tahan oleh seseorang di belakangnya. Ekspresi wajah Bima menjadi datar lagi, ia berbalik lalu menatap orang itu. Mahesa yang melihat itupun bingung sekaligus terkejut.

"Gue Arga, kita belum kenalan secara resmi kan?" Ucap Arga dengan senyuman.

"Gue udah bilang kalo gue gak suka sama orang yang sok kenal, lo mau gue bunuh?" Tanya Bima.

"Lo gak bisa bunuh gue di depan publik." Jawab Arga.

"Siapa orang gila ini?" Bisik Mahesa sambil menatap Arga.

Bima menatap Arga datar, ia melihat sekeliling lalu memijat keningnya. Mahesa yang melihat gerak gerik Bima makin bingung, ia tak paham dengan situasi saat ini.

"Lo tertarik sama gue?" Tanya Bima.

"Iya, gue tertarik sama lo." Jawab Arga dengan cepat.

Mahesa menganga tak percaya, ia menatap Arga dan Bima secara bergantian.

"Dan gue sama sekali gak tertarik sama lo dan keluarga lo. Jangan cari tau tentang gue, kalo kita ketemu lagi gue pastiin lo mati di tangan gue detik itu juga." Ucap Bima lalu pergi diikuti Mahesa.

Arga terus menatap Bima dengan raut wajah yang sulit diartikan. Ia terus menarik nafas tapi tetap tersenyum seolah tak menghiraukan perkataan laki-laki itu barusan.

®®®

Kevin kini sedang memandangi kota lewat tembok kaca di ruang kerjanya. Tibalah Vino dengan membawa sebuah berkas lalu berdiri di samping Kevin dengan raut wajah yang datar.

"Presiden ingin mencabut donasinya di yayasan pak, beliau takut jika berita tentang yayasan beberapa hari lalu bisa membuatnya turun jabatan." Ucap Vino.

"Kita bisa buat apa kan? Kalo dia mencabut donasi otomatis dia melanggar perjanjian, kamu tahu kita harus bagaimana." Jawab Kevin tanpa menoleh ke Vino.

"Penjagaan di istana negara sangat ketat mana bisa kita-"

"-siapa bilang di istana negara? Kita bisa melakukan di rumahnya atau pada keluarganya." Kali ini Kevin menatap Vino dengan sarkas.

"Anda akan membunuh keluarga presiden?" Tanya Vino sambil menatap mata Kevin.

"Kalo saya bisa akan saya lakukan." Jawab Kevin.

Vino hanya bisa diam begitupun dengan Kevin yang terus menatapnya sambil tersenyum. Mereka tak berbicara cukup lama hingga Vino mengucapkan kalimat yang terus ingin dia ucapan sedari dulu.

"Bahkan anda membunuh anak anda sendiri pak, demi yayasan." Ucap Vino tak tahan lagi.

Kevin makin melebarkan senyumnya lalu mendorong tubuh Vino ke meja kerjanya hingga Vino terjatuh. Saat mencoba untuk duduk, Kevin langsung mencekik leher Vino dengan sorot mata yang penuh amarah.

"Bukannya kamu harus tau batasan Vino? Saya kesal dengan kamu sekarang." Ucap Kevin sambil mencekik leher Vino.

"Saya minta maaf pak." Ucap Vino.

Kevin melepaskan cekikannya lalu duduk di sofa. Ia mengambil kopi yang tersedia di meja lalu meminumnya tanpa melihat ke arah Vino yang kini tengah berusaha untuk berdiri setelah tubuhnya dibanting lumayan keras tadi.

"Ah, atau kita bunuh saja dia? Adik dari pengacara itu, akan semeriah apa media saat mayat dia ditemukan di istana negara." Ucap Kevin sambil tersenyum.

"Tapi apakah anda yakin?" Tanya Vino yang kini sudah berdiri tegak menghadap Kevin.

"Kenapa tidak yakin? Kita hanya perlu memodifikasi cctv di istana negara." Jawab Kevin terlihat percaya diri.

"Dampaknya bagi negara pak." Ucap Vino.

Kevin hanya tersenyum pada Vino, ia kembali menikmati kopinya. Vino hanya memperhatikan Kevin, ia langsung mengambil tab di meja.

"Jika hari ini, saya harus menyuruh siapa?" Tanya Vino.

"Bima." Jari Vino yang sejak tadi menscrool layar tab tiba-tiba terhenti saat Kevin mengucapkan nama Bima.

"Saya memberi dia jatah libur selama 1 minggu, tidak akan ada kecurigaan nantinya. Suruh dia bermain rapih, dan jangan lupa ajak Jorji." Jelas Kevin.

Vino mengangguk paham, ia mengambil ponsel lalu menghubungi Jorji.

®®®

Lian duduk di ranjangnya dengan menundukkan kepala. Suasana di kamar rawat itu terlihat tegang, Neva dan Saga melipat kedua tangannya di dada sambil melihat ke arah Lian. Mereka bertiga terlihat saling diam untuk waktu yang cukup lama.

"Sorry ya, gue agak trauma soalnya." Ucap Lian masih menunduk.

Neva menghela nafas lalu menggenggam tangan Lian, "orang terdekat emang gampang nyakitin, tapi gak semua orang terdekat bisa nyakitin." Ucapnya dengan menatap Lian.

"Kalo gitu gue bakal makan seblak ini buat nunjukin kalo gak ada racun di dalem nya." Saga membuka bungkus plastik yang berisi mangkok plastik di dalamnya. Ia membuka tutup mangkok tersebut lalu mengambil sumpit dan memakan seblak tersebut satu suapan.

"Gue gak papa kan." Ucap Saga sambil membentangkan tangannya.

Lian mengangguk, ia melihat Saga dan Neva secara bergantian lalu memeluk Neva yang posisinya lebih dekat. Ia menangis di pelukan Neva sambil meminta maaf, Neva terus mengelus punggung Lian sambil mengucapakan kata penenang.

Sementara itu, Jorji dan Bima kini keluar dari mobil. Setelah mendapat telpon dari Vino, Jorji bergegas untuk menemui Bima dan pergi ke tempat yang telah di tentukan. Mereka saat ini berdiri di depan sebuah gedung kontruksi. Jorji berjalan diikuti oleh Bima masuk ke dalam gedung. Mereka terus berjalan sampai menemukan sebuah ruangan penuh dengan plastik.

Bima melihat sekitarnya, ia segera mengeluarkan sarung tangan hitam dari dalam sakunya lalu memakainya. Jorji melirik ke arah Bima lalu mengikutinya. Mereka pun akhirnya masuk ke dalan ruangan tersebut dan menemukan seorang laki-laki yang tengah diikat oleh rantai.

"Jadi dia targetnya." Lirih Jorji yang diberi anggukan oleh Bima.

"Apakah hari ini?" Ucap laki-laki itu lalu menampakkan wajahnya yang sedang tersenyum ke arah mereka berdua.

"Dia?" Ucap Bima dengan memandang wajah laki-laki itu bingung. Berbeda dengan Bima, laki-laki itu malah menatap Bima dengan senyuman yang semakin lebar.

"Lo mirip sama dia." Ucap laki-laki itu.

Jorji segera menodongkan pistolnya ke arah laki-laki tersebut. Ia melirik ke arah Bima sebentar lalu kembali fokus pada laki-laki di depannya. Bima menggelengkan kepalanya lalu ikut menodongkan pistolnya.

"Rasanya seperti Deja vu bukan?" Laki-laki itu menatap Bima.

Bima mengerutkan dahinya, ia menatap laki-laki itu bingung begitupun dengan Jorji. Tak lama setelahnya, mereka berdua menarik pelatuk pistol lalu menembak laki-laki itu. Bima berhasil mengenai bagian kepala, sementara Jorji berhasil mengenai bagian dada laki-laki tersebut. Tak memakan waktu lama, tubuh laki-laki itu ambruk. Darah segar mengalir keluar dari tubuh laki-laki tersebut.

Jorji segera menghampiri laki-laki itu lalu melepaskan rantai yang terikat di tangan dan kaki laki-laki tersebut. Bima hanya melihat dari kejauhan, ia memandangi sekitar ruangan lalu mengetuk 2 kali earpiece di telinganya.

"Lacak lokasi gue." Lirih Bima lalu menyusul Jorji untuk membantunya.

"Hanya sampai sini saja lo terlibat Bima." Ucap Jorji menepis tangan Bima.

"Tapi gue ditugasi ikut buang mayat ini ke istana negara." Jawab Bima.

"Terlalu bahaya." Jorji menghentikan pergerakannya saat Bima berdiri. Ia menatap Bima begitupun sebaliknya.

"Kalo lo nolak, gue bisa apa kan? Jadi tugas gue udah selesai, gue harus ke mana buat jalan pulang?" Tanya Bima.

®®®

Denis terlihat sedang sibuk menulis beberapa materi di kelasnya. Ia saat ini seorang diri di sana tanpa orang sama sekali. Mata Denis yang tadinya fokus pada buku kini teralih ke layar ponselnya. Ia mengambil ponselnya lalu mengangkat telepon.

"Dia benar Galang." Denis tersenyum.

"Presentasi kecocokan?" Tanya Denis.

"100% karena dia bukan orang yang kembar tapi dia benar-benar Galang." Senyuman Denis semakin lebar.

Ia langsung menata buku di mejanya lalu mematikan panggilan tersebut sesegera mungkin. Saat semuanya sudah masuk ke dalam tas, ia langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan kelas. Saat di perjalanan menuju lift, Denis di hadang oleh seorang laki-laki berpakaian jas hitam yang menggunakan kacamata dan melipat tangan menghadap ke arah Denis.

"Siapa?" Tanya Denis.

"Gimana kuliahnya? Lo pasti bangga banget dapetin semua ini dari Kevin Sanjaya." Ucap laki-laki itu.

"Udah seharusnya kan? Kalo lo iri, lo harusnya salahin tuhan. Salahin tuhan karena buat lo lahir bukan dari keluarga Sanjaya." Jawab Denis dengan senyuman mengejek.

"Mana ada gue iri, terlahir di keluarga lo adalah hal yang paling nakutin sepanjang hidup. Karena lo sama seperti mereka, sama-sama pembunuh." Laki-laki itu lantas mengeluarkan pistol lalu mengarahkan pistol tersebut ke arah Denis.

"Apa bedanya sama lo?" Tanya Denis setenang mungkin, tangannya meraba saku jaketnya guna mengambil ponsel.

Laki-laki itu terlihat tersenyum lalu menembak ke atas, Denis terkejut setengah mati. Ia langsung menutup kedua telinganya lalu berjongkok. Laki-laki itu berlari menuju Denis lalu menarik kerah baju Denis. Tembakan tadi tidak merusak apapun karena tidak ada peluru sama sekali. Denis menatap laki-laki itu takut.

"Gue bukan pembunuh." Ucap Laki-laki itu lalu menarik tubuh Denis ke arah tembok kaca yang langsung menghadap ke arah taman fakultas.

"Terjun dari sini rasanya gimana Denis?" Tanya laki-laki itu, Denis tak bisa melawan laki-laki itu karena terus melihat ke arah belakang. Ia memiliki phobia dengan ketinggian. Saat berhadapan langsung dengan ketinggian seperti ini, ia mendadak lemas tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.

"Jadi mau nyoba?" Ucap laki-laki berkacamata itu lalu menarik tubuh Denis lalu mendorongnya lagi ke arah tembok kaca tersebut hingga pecah. Tubuh Denis jatuh ke bawah diikuti oleh pecahan kaca yang menggores pipinya.

Bugh!

Seorang wanita terlihat sedang asik duduk di kursi taman mendengar sesuatu seperti ada yang terjatuh. Ia segera berdiri dan mencari keberadaan suara tersebut, matanya melotot saat melihat tubuh Denis yang kini tergeletak di rerumputan dekat tanaman bunga.

Ia segera berteriak untuk mencari pertolongan. Karena tidak ada yang datang, ia berniat untuk pergi ke luar gedung mencari seseorang. Sebelum benar-benar pergi, wanita itu menatap ke arah atas tempat Denis terjatuh. Ia hanya menatap lalu segera pergi.

BERSAMBUNG


Hey selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir dan batin ya. Aku Bundalidiii dan semua cast Bima Sakti mengucapkan "Minal Aidzin Walfaidzin" Semuanya.

Aku juga turut berdukacita pada seluruh Aroha di dunia tentang berita duka alm. Moonbin.
Jujur aku juga kaget dan nangis seharian karena baru 1 bulan ngebiasin moonbin.

Pokoknya kalian kalo ada penyakit atau apapun cerita aja ya, dan buat kalian juga jangan lupa buka mata ke org sekitar. Sekiann, selamat membaca🤗🤗

Continue Reading

You'll Also Like

61.9K 8.3K 64
>MaiTake Omegaverse< and other couple ⚠Alur santai⚠ •Chapter 1-15: Childhood •Chapter 16-44: Toman Formed •Chapter 45-56: Moebius Arc •Chapter 57-?:...
35.1K 3K 23
âťťmengantarkanmu kembali ke masa laluâťž ft. jisung nct first book.
126K 13.4K 34
Kalok luu suka, vote nya jangan sampe ketinggalan. Neken bintang gak bakal mutusin urat nadi luu! ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ Haechan tak secerah ketika b...
668 109 8
Terkadang hidup terlalu kejam untuk di jalani. Cover By. @Mama_malika