ɴᴏ ʀᴇɢʀᴇᴛ (ʜᴇᴇsᴜɴ) √

By chocodorie

32.5K 2.7K 189

Disaat semua tokoh karakter wattpad dijodohkan oleh Dosen mereka, CEO mereka, tetangga mereka sendiri. Kenapa... More

No Regret. 1
No Regret. 2
No Regret. 3
No Regret. 4
No Regret. 5
No Regret. 6
No Regret. 7
No Regret. 8
No Regret. 9
No Regret. 10
No Regret. 11
No Regret. End
Birthday present
Red Aster

No Regret. 12

1.4K 142 14
By chocodorie

Tidur Sunoo terganggu ketika sebuah tangan merogoh mencari sesuatu di balik baju piyama nya, Sunoo terbangun dan hampir mendesah ketika Heeseung memainkan bulatan gundukannya. Pria itu dengan mudah membawa tubuh istrinya mendekat, menciumi tengkuk dan bahu Sunoo yang terlihat akibat kancing piyama yang entah sejak kapan terlepas. Tangan lain Heeseung mengusap perut buncit itu, terkekeh karena Ddeonu merespon Ayahnya di pagi buta.

"Tidur lagi sayang, masih jam setengah 6"

Sunoo mengerjap, merinding ketika mendengar suara khas baru bangun Heeseung. "Mas ga ke kantor?"

"Mas udah ambil cuti, sayang. Mas mau seharian di rumah sama adek"

"Awal banget, emang udah selesai urusannya"

Heeseung mendusel ke tengkuk Sunoo, meletakkan wajahnya diantara pipi dan bahu itu. "Sudah beres semua, mas pikir bakal butuh waktu yang lama. Berkat bantuan Papa juga"

Ini random, Heeseung kepikiran Jay yang kayaknya ga bakal leluasa dia sekarang. Dimana tangan Heeseung mulai menelisik hal intim lainnya, Jay pasti kesusahan karena shooting itu. Lalu bagaimana nasib dirinya jika dia dan Sunoo mulai shooting dengan bayi mereka.

"Sekarang ada shooting lagi?"

Sunoo menggeleng. "Shooting nya cuman rabu sama kamis"

Heeseung berhembus lega, setidaknya hari libur masih menjadi hari libur dan tanpa shooting. Heeseung mulai mengecupi Sunoo, memutar tubuh istrinya dengan perlahan. Menurunkan tubuhnya untuk menyusu, Sunoo menghela. Ini masalahnya, bagaimana jika Ddeonu sudah lahir. Apa ga rebutan sama Ayahnya.

Tapi kasian juga mas Hee yang jarang banget begituan sama Sunoo, apalagi sudah hamil besar gini. Hasratnya hanya bisa disalurkan lewat sentuhan intim biasa, sebenarnya Sunoo sedikit khawatir. Karena liat di sinetron tu keknya para suami bakalan ogah sama istri mereka pas lagi hamil, Sunoo juga kadang mendadak nangis karena lihat pantulan dirinya di cermin yang jelek banget.

Sunoo jadi terlihat gemukan, nafsu makannya meningkat sih akhir-akhir ini. Harus bisa balikin proporsi tubuhnya setelah lahiran, tapi tetap saja Heeseung bilang dia malah tambah seksi.

Seksi darimananya, Heeseung bilang dia suka pas lihat Sunoo sering pake baju kurang bahan pas hamil. Nafsu suaminya juga jadi lebih lebih pas Sunoo hamil, aneh tapi Sunoo mensyukuri hal itu.

Dia jadi teringat sesuatu.

"Mas besok kalo aku udah di rumah sakit, terus sama susternya mas di suruh stimulasi puting supaya cepat kontraksi mas mau ga?"

Heeseung menghentikan kegiatan nya. "Mau mau aja"

Sunoo tertawa. "Tapi itu di depan susternya langsung, di ajarin mas nya besok. Ga malu?"

"Ga lah, pd aja. Lagian ngapain di ajarin, mas handal gini"

"Deh si paling handal"

"Tapi kamu mengakui kan?" Alis itu naik turun menggoda Sunoo, tangannya tak luput meremas gundukan itu.

"Iya iya, urusan begitu mas paling bisa"

Heeseung senang, dia menyempurnakan posisinya. Menangkup wajah Sunoo untuk dia pandangi, pipi berisi itu kenyal dia toel toel. Makin lama makin gemes sama istrinya, dia ga tau aja kalau Sunoo juga sekarang lagi gemas sama Heeseung. Mata bambi yang membulat sempurna itu terlihat penuh binar, Sunoo mengecup pucuk hidung Heeseung sekilas.

"Mas, aku masak ya" Ijin nya.

Heeseung menggeleng. "Ga boleh"

"Ih ayolah, sekali aja"

"No, mas ga mau kamu repot sayang" Heeseung meraih pergelangan tangan Sunoo dan menunjukkan bekas luka kecil di jari telunjuknya. "Nih lihat, mas ga mau ada luka lain lagi"

Sunoo mendengus. "Padahal lukanya kecil banget, dan itu pun karena adek kaget waktu itu"

Heeseung di sogok, dia menyembunyikan ekspresi salting nya. Sunoo nyebut dirinya adek ke dia, ini buat Heeseung deg degan parah.

"Boleh ya mas, sekali aja. Adek bosen makan di luar, adek mau masakin mas. Eung?"

Ga bisa ga bisa, Heeseung harus tegas. "Mas bilang ga boleh ya ga boleh, adek. Mas khawatir, kita ga bakal tau apa yang terjadi. Mas ga mau kamu capek, apalagi luka kena pisau"

"Kan ada mas, ayo temenin adek masak. Aku minta tolong mas deh untuk bagian ngiris ngiris nanti, emang mas ga mau lagi makan masakannya Sunoo?"

Udah mentok, kalo di cegat lagi pasti ngambek. "Ok, mas temenin. Mau apa lagi, bilang dari sekarang"

"Emm, kita jalan jalan gimana. Di sekitar komplek sini aja, jalan kaki"

"Nanti adek capek"

"Ga capek, adek pingin banget jalan kaki" Ngidamnya Sunoo ini agak lain ya.

"Terus, mau apa?"

"Mau liat mas main basket sama anak anak di lapangan ujung"

"Siap, jadi tuan putri mau masak sekarang. Ayuk cuci muka terus sikat gigi" Dengan perlahan, membantu Sunoo untuk bangun dari posisi rebahan nya. Saling merangkul menuju kamar mandi, juga saling menjahili dengan busa pasta gigi.

***


Ngide banget bawa bontrot buat mereka jalan jalan nanti, Heeseung ga mau biarin Sunoo jajan sembarangan sih. Dia juga yang buat, sandwich daging sama potongan buah apel dan anggur. Sayur-sayuran yang sekiranya Sunoo mau makan, dan ga lupa bawa minum yang banyak.

Dia minta asisten barunya datang, yaitu Jisung. Untuk mengikuti mereka dengan mobil, jaga jaga kalo Sunoo mendadak lelah berjalan.

Sunoo mendongak lucu saat Heeseung memakainya jaket dengan kupluk beruang pada Sunoo, seakan meminta penjelasan mengapa harus repot persiapan ini itu padahal cuman jalan jalan mengelilingi komplek.

"Di luar dingin, ga boleh masuk angin"

Sunoo mengangguk nurut, semua udah siap. Heeseung menautkan jemari keduanya, mulai berjalan. Sepanjang perjalanan mereka sering disapa tetangga, anak anak kecil yang akrab dengan Sunoo. Juga bibi penjual odeng yang menjadi langganan Sunoo.

"Ambil satu nak, gratis untuk hari ini" Bibi itu antusias bertemu Sunoo, memberikan kuah hangat juga untuk Sunoo.

"Terimakasih, bibi"

Senang lihat Sunoo banyak di sukai orang, tapi memang anaknya yang supel abis. Heeseung nyangka nya Sunoo ga bakal mau tegur sapa sama tetangga, gimana ga berpikir begitu kalau Sunoo ga lagi kerja betah banget rebahannya.

"Mas mau?"

Heeseung menggeleng. "Adek aja yang habisin"

"Ayo balon nya, mas boleh dong beliin adeknya balon" Tawar bapak bapak pedagang mainan yang langsung di kasih side eyes sama Heeseung, dibilang adeknya dong.

Sunoo udah ngakak aja nanggepinnya, ini sering terjadi. Yang bilang Sunoo anaknya Heeseung lah, keponakannya lah, nah sekarang disangka adiknya. Bukan wajah Heeseung yang tua, tapi tampilan Sunoo yang kayak anak anak. Lagian perut melendung nya kok bisa langsung ga kelihatan pas Sunoo pake jaket.

"Mas mau balon" Sunoo terpana sama balon yang ada kelap kelip nya, terus ada balon lain lagi berbentuk karakter rubah di dalamnya.

Heeseung menghela, pingin banget teriak bilang Sunoo ini istrinya tapi lama lama segan juga. "Yaudah pak, beli balonnya satu"

Bapaknya ngasih balonnya dulu ke Sunoo. " Ini ya adek manis" Ucapnya dengan nada uncle mutu di upil ipil.

"25 aja mas"

"Eh?! Mahal banget pak"

"Ya mahal dong, balonnya ada lampunya. Tahan sebulanan itu mas, saya susah buatnya. Butuh eprot"

"Eprot eprot" Bukannya pelit, tapi itu cuman balon dan mainan anak-anak. Gimana kalau ada emak emak yang protes sama harganya, mana anaknya nangis ngebet pingin beli balon.

Heeseung melirik Sunoo yang sudah bermain dengan balon itu, kayaknya bocah yang kini jadi istrinya itu lupa kalo dia lagi hamil.

"Yaudah beli satu lagi pak"

"Dih, malah nagih beli" Julid bet, pantes dagangannya sepi. Ups!.

"Iya, biar kalo pemadaman balon bapak yang buat sepenuh eprot ini ada gunanya" Mampus balik di julidin Heeseung.

Heeseung dan Sunoo segera berlalu, kemudian ga lama ada bocil dengan jas formalnya yang naik sepeda gayung tersenyum lebar menunjukkan lembaran merah ke bapak itu.

"Pak beli balonnya 4 ya"

"Buset"

Jisung jisung, disuruh bawa mobil malah bawa sepeda gayung. Siap siap kena semprot bos, inilah kenapa anak belum cukup umur dan sudah dipastikan jadi pewaris tunggal harusnya menganggur aja di rumah.

Kalau bukan karena kemauan sahabatnya, Heeseung ga bakal mau terima anak temannya ini kerja sama dia.

***


"Semangat mas!" Teriak Sunoo yang duduk dibawah pohon rindang, beralas selimut yang Heeseung bawa. Suaminya tersenyum senang kearahnya, coba kalo Sunoo lahirnya ga lama dari Heeseung. Pasti dulu istrinya ini sering lihat dia main basket, atau mungkin judulnya akan berubah dari No Regret jadi My husband si kapten basket.

Eits jangan salah, dulu pas semasa SMA Heeseung ini sangat populer. Tanya aja Bomie, dia tau gimana rasanya di julidin satu sekolah karena dekat dengan si ACE.

Sunoo membuka bekalnya, menggigit sandwich daging itu. Enak, mas Heeseung apa sih yang ga bisa dia lakuin.

Ddeonu mendadak melakukan pergerakan di dalam sana yang membuat Sunoo terkejut.

"Kenapa sayang, ini Bunda lagi makan nak" Ucapnya lucu sembari mengelus perutnya, menarik ringisan gemas seseorang dengan balonnya di balik pohon.

"Bentar lagi Bunda udah ke rumah sakit, jangan rewel ya. Kalo udah waktunya keluar ya keluar, tolong kerja sama nya Tuan Muda Lee" Sunoo tersenyum, penasaran bagaimana anaknya setelah besar nanti. Menerawang di masa depan, apa semuanya akan baik baik saja.

Sunoo tak sabar jika suatu saat Ddeonu bicara begini.
"Bunda, kos kaki adek mana?"
"Bunda, adek lupa bilang kalo besok disuruh bawa kembang tujuh rupa ke sekolah"
"Bunda, adek main ya"
"Bunda, adek mau eskrim, boleh?"

Belum lagi jika Heeseung membutuhkannya.

"Sayang, tolong dasi mas dong"
"Adek baju mas udah belom?"
"Adek sayang, mas mau dong dibuatin bekal juga kayak Ddeonu"

Wah, pipi Sunoo merah parah. Hal yang dinanti itu membuat jantungnya berdebar, yang awalnya ngira cerita ini bakal sampai di situ saja. Ternyata masih ada banyak lagi hal yang dinanti, sehat dalam keadaan hamil besar saja Sunoo sudah sangat bersyukur.

"E-eh, my balon" Sunoo kelabakan ketika balonnya mendadak tereret angin kencang, dengan sigap seseorang datang mengambilkan.

"Jisung? Ngapain disini?" Pria yang dipanggil cengengesan sembari kasih balik balon Sunoo. "Itu kamu beli balonnya bisa empat gitu astaga pake apa?"

"Tadi di suruh Pak bos ngikut kesini, liat ada yang jual balon jadi aku beli aja semua"

Sunoo menggeleng keheranan. "Sini duduk, mau sandwich ga?"

Jisung mengangguk agresif, segera duduk dan dengan senang hati memakan sandwich itu. Sunoo membukakan sebotol air untuk Jisung, ternyata ada yang lebih bocah dari Sunoo. Umurnya diatas satu tahun dari Sunoo, tapi Jisung kayaknya masih perlu main. Sunoo ada temennya nonton pororo, kebetulan keduanya maniak monokorobo.

"Nanti habis selesai makan langsung pulang aja, istirahat"

"Tapi pak bos-"

"Udah gapapa, nanti tolong bawa barang barang ini aja taruh di rumah ya"

"Siap bu bos"

Heeseung kembali dengan keringat di tubuhnya, dia tak mau semakin mengotori diri. Heeseung selesai bermain, menghampiri Sunoo dan tidur di paha wanita kesayangan nya itu. Jisung sudah pergi dan meninggalkan satu balon untuk Sunoo, jadi wanita itu punya 3 balon sekarang.

***


Sore datang dengan cepat, keduanya berjalan pulang. Cuacanya bagus, anginnya tak terlalu kencang dan suasana komplek yang sepi membawa perasaan hati yang tenang.

Heeseung merutuki Jisung, bocah itu pasti sudah leha leha di rumah. Bisa bisanya ketahuan Sunoo dan diijinkan pulang, mana tadi kata istrinya Jisung datang dengan sepedah gayung. Ga tau lagi, rasanya percuma marahin anak itu. Yang ada Heeseung akan lelah.

Mendadak aroma menggugah dari tteokbokki dari warung tenda tak jauh dari mereka menarik perhatian Sunoo, bawaan bayi, Sunoo yang tangannya tertaut tangan Heeseung langsung berjalan ke pusat aroma.

"Mas mau ini, yang pedes banget"

Heeseung mengangguk. "Bi pesan seporsi yang pedasnya sedang"

"Eh, yang pedes banget. Bibi kasih level iblis ya"

"Siap nona"

"Adek nanti kalo kepedesan gimana"

"Enggak, ini Ddeonu yang minta" Sunoo memasang puppy eyes sembari mengelus perutnya. "Nanti kalau Ddeonu nya ngences karena ga di turutin gimana"

Ok, Heeseung ngalah lagi. Sunoo masih kuat jalan jalan sehabis makan seporsi tteokbokki pedas, mana katanya ga pedas sama sekali. Heeseung nyobain sekali udah mau pingsan aja rasanya, mereka lanjut main main di taman sebentar.

Dan akhirnya langit menunjukkan eksistensi kerlap kerlip benda kecil kecil macam ketombe itu, Heeseung mempererat tautan jemarinya. Dibalik lelahnya hari ini, ada rasa senang melihat istrinya sangat menikmati hari dengan terus tersenyum itu.

Ini manis, hanya ada mereka berdua di jalanan ini dengan di temani balon penuh lampu penuh eprot.

Bintang di langit masing-masing berpendar, cahayanya melebihi lampu jalan. Rasanya masih ga nyangka bisa menghabiskan hidup dengan Sunoo, wanita itu memeluk erat dirinya, membalas ciumannya, tersenyum tanpa henti secantik bulan penuh diatas sana. Heeseung selalu mengingat semua hari bersama Sunoo, wanita itu menerima dan mengisi kekosongan nya.

Heeseung menoleh pada bintang, dia rasa bintang akan cemburu karena baginya ada yang lebih bersinar dari bintang.

Heeseung memperlambat langkahnya, langkah keduanya jadi selaras sekarang. Lucu.

Heeseung mengingat pertemuan keduanya, pertama kali di persimpangan jalan. Saat itu gadis kecil Sunoo tak tau cara menghentikan ramainya jalan dengan tombol traffic light. Heeseung membantunya menyebrangi jalan, keduanya berpisah begitu saja hingga Heeseung mengetahui satu fakta mengejutkan.

Gadis itu adalah anak dari senior dan sahabatnya.

Mereka bertemu lagi saat gadis itu baru memasuki bangku SMP, kehadiran Heeseung membuat Sunoo berpikir bahwa pria dewasa ini akan menjadi pasangan hidup baru mamanya. Tidak begitu, keadaan Bomie terlalu terpuruk. Heeseung membantu sahabatnya untuk lepas dari kesedihan, dia menginap, membawa Bomie liburan untuk menghibur diri kesana kemari, dan juga memperhatikan Sunoo.

Heeseung di maki habis habisan oleh Bomie saat jujur dia menyukai anak sahabatnya itu, dia juga merasa bersalah karena menaruh perasaan pada gadis yang umurnya jauh di bawahnya.

Tapi lihatly sekarang, setelah cerita panjang dan penuh rintangan. Semesta merestui cintanya.

"Mas, kita ke kuburan Ayah sebelum lahiran ya"

"Besok?"

Anggukan kecil menjadi balasan.

"Ok, sekarang ratu harus cepat sampai di istana. Jadi hamba harus gendong ratu" Pergerakan mendadak itu membuat Sunoo terpekik, beberapa langkah lagi untuk sampai di rumah. Suara tawa keduanya masih terdengar, bulan menanti sesuatu berharga hadir di antara keduanya.

***

Follow "an ig yuk
Ig ku : blue_dorie
DM aja udah pasti aku follback
Kita bisa ngebacot tentang wp disana, ye kan.

Continue Reading

You'll Also Like

32.3K 3.9K 22
90 hari permainan bodoh, dibuat oleh Gavi untuk Kajevrian. start [251122] jaywon local au bxb! DLDR!
3.6M 53.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
222K 286 1
⚠ INI TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK ANDA YANG TIDAK MENYUKAI HUBUNGAN SESAMA JENIS ATAU HOMOPHOBIC , JADI DARI PADA MENYEBAR KEBENCIAN LEBIH BAIK JAN...
76.7K 7.6K 25
dua orang yg selalu bertengkar layaknya Tom & Jerry dan tak pernah akur ini berakhir dalam sebuah cerita romantis. homophobic? jalan lurus nah disitu...