I Love My President Though He...

Av MadeInEarthh

103K 5.5K 899

SELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA... Mer

Sinopsis
Prolog
He Is Psycho 1 : Aku Ini Sosiopat
She Is Psycho 2 : Suatu Hari Di Pagi Hari
He Is Psycho 3 : Hati Nurani
She Is Psycho 4 : Alberto
He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?
She Is Psycho 6 : Samuel Hanya Milikku
He Is Psycho 7 : Sebenarnya, Siapa?
She Is Psycho 8 : Ayah Samuel
He Is Psycho 9 : Senapan
She Is Psycho 10 : Galaxy Wilkinson Philips
He Is Psycho 11 : Keluarga Besar Wilkinson
She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1
He Is Psycho 13 : Membunuhnya
She Is Psycho 14 : Permen Kapas
She Is Psycho 15 : Bunuh Saja
He Is Psycho 16 : Nafelly Gila
She Is Psycho 17 : Selamat Tinggal ....
He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong
She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu
He Is Psycho 20 : Dia Tidak Membencimu
ALVA ADA DI DREAME DAN INNOVEL!!
She Is Psycho 21 : Ada Yang Ditutupi
He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....
She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto
He Is Psycho 24 : David
She Is Psycho 25 : Jangan Pergi
He Is Psycho 26 : Paman
She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali
He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson
She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu
He Is Psycho 30 : Tidak Boleh Mati
He Is Psycho 32 : Keluarga Sultan
Giveaway

She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut

241 9 3
Av MadeInEarthh

Pada saat masuk ke dalam kamar di mana Nafelly dirawat, Samuel mendapati bahwa Nafelly sedang duduk di atas kasur sambil tetap memainkan ponselnya, mencoba memanggil Alberto dengan mendial nomor ponsel pria itu terus menerus. Infus tidak lagi dipasang, diganti dengan perban yang masih terlihat sedikit bercak darah di sana. Nafelly benar-benar menggila. Memang biasanya Nafelly itu gila, namun sekarang dia lebih tidak waras karena ketidakhadiran Alberto.

Tidak ada lagi pawang untuk Nafelly. Tidak ada lagi yang bisa menghilangkan ketidakwarasan Nafelly.

Samuel menghela napas panjang. Nafelly segera menyadarinya dan menoleh, menatap Samuel dengan pandangan tidak fokus. Samuel masih diam, namun segera tersentak saat Nafelly buru-buru berdiri dan berlari ke arah Samuel seperti zombie.

"Apa yang-" Samuel mundur selangkah, benar-benar ketakutan melihat wajah histeris Nafelly.

Namun Nafelly segera meraihnya, menyentak tubuh Samuel dan berteriak di depan wajah Samuel. "Alberto?! Alberto di mana?!"

Samuel diam, menatap Nafelly dengan raut wajah takut dan bingung ingin menjelaskan apa. Karena pasalnya, Samuel hanya dapat menemukan mobil orang-orang yang membawa Alberto, dan juga CCTV kejadian jatuhnya Alberto. Namun jika Samuel jujur melaporkan hal ini, Nafelly pasti akan lebih histeris daripada sekarang. Apalagi jika Samuel berkata bahwa kamera CCTV benar-benar menangkap keseluruhan wujud Alberto.

Samuel benar-benar tidak berani untuk menontonnya. Namun Nafelly berbeda. Seperti yang Alberto bilang, Nafelly masih sangat kecil. Dia hanya percaya apa yang dilihatnya langsung, tidak akan bisa mempercayai apa yang dikatakan orang lain.

Jadi, Samuel mencoba meredakan ekspresi tidak tenangnya dan berkata pada Nafelly. "Sejauh ini, kita baru menemukan mobil yang digunakan mereka untuk membawa tubuh Alberto. Kita hanya tinggal mencari tahu mobil itu milik siapa, dan akan segera menemukan Alberto setelah pelakunya terlacak."

Namun, Samuel tidak bisa menahan sinar kesedihannya saat dadanya berdesir menyakitkan. [Tapi mungkin, keadaan Alberto bukanlah keadaan yang kita harapkan, batinnya melanjutkan.] batinnya.

Seperti yang Samuel duga, Nafelly tidak bisa langsung percaya. Dia segera mengguncang tubuh Alberto dan berkata, "Aku harus melihatnya! Mobil itu! Di mana mobil itu?! Kau tidak bohong padaku, kan?! Mobilnya benar-benar ada, kan?!"

Samuel menghela napas panjang. Dia meredakan ekspresinya, mencoba santai dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Hey, bukankah kau mencintaiku?"

"Apa yang kau katakan dengan tiba-tiba?!" Nafelly malah merasa kesal dan memukul tangan Samuel dengan kencang. "Apa kau main-main denganku?! Sangat tidak lucu dalam keadaan seperti ini!!"

Samuel memaksakan dirinya untuk terkekeh pelan. "Kau seharusnya tahu. Jika aku bisa sesantai ini, berarti keadaan Alberto baik-baik saja." [Kuharap ....]

"Sungguh?! Kau tidak berbohong padaku, kan?!" sentak Nafelly sambil mencengkeram kerah pakaian Samuel.

Samuel melepaskan tangan Nafelly yang berada di kerahnya. "Terserah jika kau tidak percaya padaku. Kau cari tahu sendiri saja." Samuel berbalik, bertingkah seolah-olah dia merasa kesal dengan ketidakpercayaan Nafelly.

Nafelly buru-buru menyentuh tangan Samuel, menahan pria itu agar tidak pergi, "Aku tidak bilang kalau aku tidak percaya!"

Samuel berbalik, menatap Nafelly dengan senyum miring. "Tapi ucapanmu dan tingkahmu memperlihatkan segalanya."

"Aku hanya ingin bukti! Buktikan padaku kalau Alberto-"

"Aku akan membawamu melihat mobilnya. Bukankah aku sudah bilang?"

"Kau tidak bilang! Kau hanya bertanya tentang perasaanku padamu!"

"Oh ya? Kau hanya tidak mau mendengarku."

"Berhentilah cari ribut denganku! Kembalikan saja Alberto padaku!"

"Bagaimana aku bisa mengembalikannya? Aku tidak membawanya denganku."

"Lalu kenapa kau tidak membawanya?! Kau selalu membawanya ke mana-mana!"

"Aku akan pergi jika kau bertingkah menyebalkan terus padaku."

"Baiklah, aku akan tenang!" Nafelly makin mencengkeram tangan Samuel, memelototi Samuel dengan pandangan tajam. "Kau akan kuhabisi jika berkata omong kosong padaku!"

Samuel mendengus pada Nafelly. "Kau benar-benar tidak percaya padaku."

Nafelly kali ini tidak merengek. Tetap menatap Samuel dengan pandangan tajam. "Kalau begitu, bawa aku ke mobilnya sekarang!"

Samuel menghela napas panjang. Agak kesal dengan kelakuan manja Nafelly. Dia mengetuk kepala Nafelly dengan pigura yang berada di tangannya. "Kau tidak melihat jam berapa sekarang? Aku sudah sangat mengantuk."

Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali saat melihat dua benda di tangan Samuel dan kain-kain di tangan Samuel yang lain. Nafelly mengedipkan matanya berkali-kali, membawa kain itu di tangannya dan menatapnya lamat. "Ini ... mirip dengan selimutku."

Nafelly masih ingat hari di mana Alberto memberikannya selimut. Alberto tidak memiliki selimut tambahan di rumahnya. Jadi, Nafelly menggunakan selimut Alberto di kamarnya. Alberto tersenyum lembut dan berkata bahwa selimut itu adalah selimut yang sangat sering digunakannya semenjak kecil. Selimut itu sangat hangat dan memiliki bahan yang awet dan benar-benar hangat. Setelah itu, Alberto berjanji membelikannya selimut yang baru. Yang warnanya sesuai dengan umur Nafelly.

Namun, Alberto bahkan belum membelikannya setelah Nafelly berada berbulan-bulan dengannya. Itu karena Alberto membelinya saat dia berada di pedesaan pesisir pantai. Alberto menjanjikan selimut beserta jalan-jalan di pantai, pada Nafelly. Mereka berencana untuk pergi saat cuaca mulai hangat. Namun, Alberto tidak menepati janjinya.

Dia pembohong.

Mata Nafelly kembali berkaca-kaca. Samuel menyadari hal itu dan segera memeluk tubuh Nafelly yang mulai bergetar. Saat ini, di situasi di mana mereka berdua adalah yang paling dekat dan yang paling kehilangan Alberto, Samuel dan Nafelly sama-sama dipaksa untuk kembali menjalani hidup mereka seperti biasa. Alberto entah berada di mana dan dalam keadaan seperti apa.

Kenangan-kenangan indah yang dibuat Alberto malah menjadi kenangan yang paling menyakitkan jika diingat. Samuel memejamkan matanya, membuang napas perlahan untuk meredakan perasaan ngilu di dadanya. Namun semakin Samuel menghela napas, semakin rasa sakit itu timbul dan terasa semakin ngilu.

Samuel akhirnya mengeratkan pelukannya pada Nafelly, dan menyadari bahwa tubuh Nafelly sangat kecil. Benar-benar kecil daripada kelihatannya. Seperti anak yang tidak diberi makan dan kekurangan gizi. Mungkin, karena itu Alberto benar-benar bersimpati pada Nafelly.

... Nafelly masih sangat kecil ....

Saat Alberto ada di sampingnya, Samuel benar-benar mengabaikan ucapan simpati Alberto. Namun saat Alberto tidak ada, Samuel menyadari kata-kata berarti yang keluar dari mulut Alberto.

Samuel menghela napas panjang dan menepuk punggung Nafelly dengan lembut. Menenangkan Nafelly sementara dirinya sendiri masih merasakan perasaan gelisah dan tidak ada yang menenangkannya sama sekali.

***

Nafelly sudah kembali ke kamarnya, sementara Samuel beralih ke ruang tamu dan menunggu ayahnya pulang. Kata-kata David masih terngiang-ngiang di kepalanya. Bahwa sponsor Alberto adalah Felix.

Bagaimana pun, Felix sangat mencurigakan. Samuel mengenal Felix sejak dirinya masih sangat kecil. Dia tahu bagaimana Felix bermasalah dengan Felly, dan bagaimana taktik Felix saat mencoba mendapatkan Felly atau menjauhkan Felly kembali. Felix memiliki banyak taktik dan tidak mungkin dia tidak membuat seseorang jadi mata-matanya. Apalagi, saat Galaxy memutuskan jadi artis, Samuel memegang beberapa perusahaan yang membuat Felix tentunya harus waspada.

Alberto memang sering menceritakan tentang masalah Samuel pada Felix. Tidak jarang Alberto diinterogasi saat menyembunyikan masalah Samuel, namun Samuel tidak pernah mengira bahwa Alberto adalah mata-mata Felix. Dia pernah curiga, namun setelahnya, Samuel merasa bahwa Alberto tidak berbahaya. Malah, Samuel yang selalu merepotkan Alberto di setiap kesempatan.

Beberapa jam Samuel menunggu, dan Felix sampai di rumah ketika jam sudah menunjukkan tengah malam. Samuel merasa aneh dengan kejadian ini. Setelah menikah, Felix tidak pernah pulang malam. Apalagi tengah malam. Namun, bertepatan dengan hilangnya Alberto, Felix juga ikut sibuk.

Pintu terbuka, dan Samuel segera berdiri, melempar data-data dari pamannya ke arah Felix, membuat lembaran data itu jatuh ke lantai.

Disambut dengan sedemikian kasarnya, Felix mengerutkan alisnya, menundukkan kepalanya dan melihat kata-kata yang terpampang di sana. "Bukankah ini program kegiatan sponsorku?"

"Lebih tepatnya, program sponsormu yang dikirim dengan nama rahasia, pada Alberto." Samuel menjawab pertanyaan Felix dengan dingin.

Felix mendengus geli, seolah ucapan Samuel adalah ucapan main-main. Dia melepaskan mantelnya dengan santai. "Kau pikir hanya Alberto saja yang kusponsori secara rahasia?"

"Tidak. Tapi sangat jarang kau menempatkan seseorang di sisiku dengan riwayat sponsor darimu."

"Bagaimana dengan Doris-"

"Kau mensponsorinya secara terbuka." Samuel memotong ucapan Felix. "Kau bahkan membuatnya terkenal di sekolahnya karena disponsori secara pribadi olehmu. Namun Alberto, lebih daripada pribadi, kau memberikannya secara rahasia dan dengan dana yang sangat banyak. Biasanya, sponsor hanya berlaku untuk memasukkan seseorang ke kampus dan membiayai uang semesternya. Namun, kau benar-benar membiayai segalanya. Asrama, makan siang kafetaria, praktikum, dan bahkan biaya yang diperlukan Alberto untuk kompetisi."

"Tapi Alberto selalu memenangkan kompetisinya."

"BAJINGAN! APA KAU BERMAIN-MAIN DENGANKU?!" Samuel tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia segera menerjang Felix, mencengkeram kerah ayahnya sendiri dan menatap tajam pada ayahnya.

Felix tertawa pelan melihat kemarahan anaknya. "Jika kau melakukan ini di Indonesia, kau akan dikatai anak durhaka-"

BUGH!!

Felix terlempar ke lantai saat Samuel memukul wajahnya. Dia menyentuh sudut bibirnya dan melihat darah saat melihat tangannya kembali. Felix tertawa pelan. "Kau bahkan tidak melakukan ini pada David."

Samuel mengeraskan rahangnya melihat ayah kandungnya tidak menjawab Samuel dengan serius. Felix selalu berpikir segalanya tidak penting. Begitu pula dengan kemarahan atau kesedihan Samuel. Felix hanya akan berbicara asal, membuat orang lain marah dan setelahnya akan kembali tersenyum lebar seperti biasa.

Samuel masih terengah-engah atas kemarahannya. "David tidak menyembunyikan kebenciannya atau pun tindakannya pada Alberto. Dia selalu terbuka. Tidak sepertimu."

Felix terdiam sejenak. Masih pada posisinya jatuh di lantai dan menatap kertas-kertas yang berserakan di sekitarnya. "Apa itu tiga tahun?" tanya Felix kemudian.

"Apa?"

"Atau lima tahun?"

Samuel mengedipkan matanya berkali-kali. "Apa yang kau-"

"Sepertinya tiga setengah tahun, karena Alberto sangat pintar," kata Felix kemudian. Dia menatap Samuel, mendongak pada anaknya yang membuatnya tergeletak di lantai. "Hanya itu saja. Aku tidak ikut campur dalam hidupnya lagi. Kau memilihnya sebagai asisten pribadimu, lalu menaikkan statusnya menjadi ketua staff sekretaris sekaligus asisten pribadimu yang tetap. Apa itu campur tanganku juga?"

Samuel mengerutkan alisnya dan mulai berpikir tentang apa yang ditanyakan oleh Felix.

Itu semua kehendak Samuel.

Samuel lah yang menempatkan Alberto di sisinya.

Felix menghela napas panjang, menundukkan kepalanya, dan berdiri. Kakinya mulai melangkah, dan saat tubuhnya sejajar dengan Samuel, Felix berkata, "Sebelum memukul ayah kandungmu sendiri, lebih baik kau berpikir panjang lebih dulu."

Samuel menelan ludahnya dengan susah payah. Felix sudah kembali melangkah, namun Samuel kembali berbalik. "Tunggu!"

Felix menghentikan langkahnya dan menoleh pada Samuel. "Hm?"

"Lalu kenapa kau pulang larut?" tanya Samuel, menatap tajam pada Felix. "Kau tidak pernah seperti ini, sebelumnya. Kau-"

"Samuel," kali ini, bagian Felix yang memotong. "Kau pikir, setiap kali Alberto mencari tahu tentang sesuatu, dia akan berlari pada siapa ketika dia merasa buntu?"

Samuel diam. Tentu saja karena Felix dan Samuel sama-sama tahu jawabannya. Bahwa Alberto pasti akan berlari pada Felix.

"Kau bukan manusia yang bisa mencari informasi tentang sesuatu," kata Felix. "Akulah yang mendapatkan CCTV jalan tol dan jembatan itu. Sampai sekarang, aku masih mencari tahu keberadaan Alberto. Karena itulah aku pulang terlambat."

Samuel diam, tidak membalas atau mencerca ucapan Felix. Dia masih ingin menanyakan tentang kenapa Felix harus mencari Alberto sampai sebegitunya. Namun, Samuel pada akhirnya tidak menanyakan hal tersebut. Samuel tetap diam saat Felix kembali berjalan tegap ke arah kamarnya.

Samuel menundukkan kepalanya, menatap kertas-kertas yang berserakan di lantai. Dia memang bukan tipe orang yang bisa mencari tahu tentang sesuatu. Namun, Samuel tahu jika kecurigaannya pada Felix adalah benar.

Tadi, Felix membuka mantelnya terlebih dahulu saat Samuel bertanya. Itulah yang membuat Samuel merasakan bahwa ada yang disembunyikan oleh Felix.

Felix selalu melonggarkan dasi terlebih dahulu dan membuka sisa pakaiannya di dalam kamar. Namun, pria itu malah membuka mantelnya terlebih dahulu dan bukan dasinya.

Samuel tahu.

Felix sedang gugup.

Fortsett å les

You'll Also Like

1.2M 61.5K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.2M 17.2K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
662K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
1.8M 144K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...