I Love My President Though He...

Od MadeInEarthh

103K 5.5K 899

SELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA... Viac

Sinopsis
Prolog
He Is Psycho 1 : Aku Ini Sosiopat
She Is Psycho 2 : Suatu Hari Di Pagi Hari
He Is Psycho 3 : Hati Nurani
She Is Psycho 4 : Alberto
He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?
She Is Psycho 6 : Samuel Hanya Milikku
He Is Psycho 7 : Sebenarnya, Siapa?
She Is Psycho 8 : Ayah Samuel
He Is Psycho 9 : Senapan
She Is Psycho 10 : Galaxy Wilkinson Philips
He Is Psycho 11 : Keluarga Besar Wilkinson
She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1
He Is Psycho 13 : Membunuhnya
She Is Psycho 14 : Permen Kapas
She Is Psycho 15 : Bunuh Saja
He Is Psycho 16 : Nafelly Gila
She Is Psycho 17 : Selamat Tinggal ....
He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong
She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu
He Is Psycho 20 : Dia Tidak Membencimu
ALVA ADA DI DREAME DAN INNOVEL!!
She Is Psycho 21 : Ada Yang Ditutupi
He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....
She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto
He Is Psycho 24 : David
She Is Psycho 25 : Jangan Pergi
He Is Psycho 26 : Paman
She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali
He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson
He Is Psycho 30 : Tidak Boleh Mati
She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut
He Is Psycho 32 : Keluarga Sultan
Giveaway

She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu

494 26 2
Od MadeInEarthh

"Apakah kau akan membuangku jika aku tidak menghasilkan uang?"

Pria yang mendapat pertanyaan polos dari Nafelly itu, hanya mengedip dan mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Mereka baru saja keluar dari basement dan sedang menunggu penjual burger di depan apartement untuk menyiapkan pesanan Nafelly.

Alberto hanya terkekeh melihat betapa seriusnya Nafelly menanyakan pertanyaan itu. "Kenapa kau berkata begitu?"

Nafelly menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Hanya ... bajingan Samuel mengatakan seperti itu. Aku tidak memberikan apa-apa untukmu." Ini adalah hari di mana mereka pulang dari hotel setelah kemarin bersenang-senang di taman hiburan.

"Jadi, kau berpikir bahwa Samuel benar?" tanya Alberto, tersenyum hangat pada Nafelly.

Nafelly hanya terdiam. Bisa dibilang, ucapan Samuel di hotel sangat mempengaruhinya. Dan semakin Nafelly melihat Alberto, semakin Nafelly yakin jika Alberto akan pergi. Alberto akan meninggalkannya. Dan Nafelly merasa itu benar-benar akan terjadi. Cepat atau pun lambat. Nafelly yakin itu akan terwujud entah bagaimana akhirnya.

Nafelly hanya menelan ludahnya dengan susah payah saat denyutan nyeri di dadanya kembali terasa. "Hanya saja, aku tidak bisa memberikan apa pun padamu. Tidak seperti Wilkin-Wilkin yang bisa memberikanmu mobil dalam sehari."

Alberto terkekeh lagi mendengar gerutuan Nafelly tentang keluarga Wilkinson. Nafelly benar-benar cemberut, saat ini. Seolah dia ingin memberikan apa saja yang Alberto inginkan dan membuat Alberto terikat selamanya dengan Nafelly.

"Tetangga." Suara wanita tiba-tiba terdengar di samping Alberto yang masih berdiri menunggu burger milik Nafelly. Alberto segera menoleh, dan mendapati wanita tua dengan keranjang bunga, tersenyum hangat padanya. Satu tangkai bunga mawar putih, diberikan pada Alberto. "Bunga gratis."

Alberto balas tersenyum sopan dan mengambil bunga tersebut dengan santai. "Terima kasih, Marry. Seperti biasa, bunga yang indah."

Marry, tetangga tua Alberto itu memang hobi menanam bunga dan memetiknya untuk dibagikan pada para penghuni apartemen. Marry hanya tersenyum pada Alberto dan pergi dari sana setelah Alberto menerima bunganya. Saat menatap tangkai bunga, pandangan Alberto menangkap Nafelly yang memandangnya dengan sebal.

Alberto mengangkat alisnya, seolah bertanya, "Apa?" tanpa suara.

Nafelly hanya membuang napas dan berdecak kagum. "Kau benar-benar disukai banyak orang. Entah pria atau wanita. Entah tua atau muda."

Alberto tertawa pelan mendengar ucapan Nafelly. "Apa yang kau katakan? Marry tinggal bersama suaminya. Dia mungkin tidak memiliki pekerjaan lain karena anaknya selalu memberikan uang dan pengasuh di rumahnya. Dia mungkin bosan dan mulai menanam bunga lalu membagikannya setelah mekar."

"Benarkah?"

"Ya!" Alberto menepuk kepala Nafelly dengan kelopak bunga, membuat satu tangkai jatuh di kepala Nafelly dan segera Alberto ambil. Namun daripada membuangnya, Alberto menyimpan tangkai tersebut di saku dan menepuk sakunya seolah menjaga tangkai itu.

"Burger Anda sudah siap." Penjual burger itu menyerahkan paper bag pada Alberto yang berisi 2 bungkus burger milik Alberto dan Nafelly.

Alberto menoleh pada Nafelly dan berkata, "Ayo pulang."

Hanya dua kata, dan perasaan Nafelly tiba-tiba menghangat dengan sendirinya. Rasa sakit yang tadinya muncul, seolah digantikan dengan perasaan hangat yang membuat Nafelly sesak. Nafelly berjalan di belakang Alberto, dan kata-kata Alberto terngiang-ngiang di kepalanya.

Pulang.

Apa itu berarti ... rumah Alberto adalah rumahnya?

Tapi, jika Alberto tidak ada, Nafelly terkadang merasa kesepian, ketakutan dan kebosanan. Jadi, mengapa kata “pulang” terdengar begitu menyenangkan saat Alberto mengatakannya?

"Ah, bunga." Alberto tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Nafelly. Alberto tersenyum lembut pada Nafelly. "Jika kau mau memberiku sesuatu, kau bisa memberikan bunga saja. Itu indah dan kau bisa mendapatkannya di mana saja."

Nafelly hanya mengedip, dan menatap Alberto dengan pandangan yang dia sendiri tidak bisa mengartikannya. Bibir Nafelly tidak tersenyum, tidak pula cemberut pada Alberto. Hanya datar dan menatap Alberto lurus-lurus.

Alberto memanggil Nafelly untuk berjalan di sampingnya, dan Nafelly berlari dan berjalan di samping Alberto sambil masih tetap diam.

Keesokannya, Nafelly mengambil—lebih tepatnya, mencuri bunga indah dari salah satu tetangga Alberto. Alberto memarahinya saat tetangga itu lebih berani complain pada Alberto daripada Nafelly. Tentu saja tetangganya tidak bisa komplain pada Nafelly karena Nafelly mengancam akan menghancurkan rumahnya. Untung saja, tetangganya itu tidak mengadukan ancaman Nafelly pada Alberto. Mungkin dia malu karena takut saat diancam dan terintimidasi oleh yang anak lebih muda. Tapi karena itu, Nafelly harus meminta maaf dengan sangat tidak tulus. Dan setelah Alberto pergi lebih dulu, Nafelly memelototi tetangganya itu dan mengintimidasinya hingga Nafelly pergi.

Keesokannya, Alberto membawa biji mawar dan juga pot agar Nafelly bisa menanamnya. Nafelly menanam tanaman itu dengan usaha yang sangat keras.

Entah kenapa, jika di hadapan Alberto, Nafelly ingin menjadi sosok yang terbaik untuk Alberto. Dia ingin Alberto melihatnya menjadi si polos dan juga si lemah yang harus dilindungi. Maka dari itu, Nafelly menjaga tanaman itu seharian. Namun bukannya tumbuh, tanaman itu malah mati dan Nafelly jatuh sakit.

Nafelly ingat. Saat itu, saat di tengah malam dia membuka mata, Alberto ada di sana, duduk di kursi single yang Alberto pindahkan ke kamar Nafelly agar dia bisa menjaga Nafelly semalaman. Lalu Nafelly memanggilnya. Alberto yang sudah tertidur pun dengan sigap bangun dan menghampiri Nafelly. Dia merawat Nafelly lagi, menggenggam tangannya hingga Nafelly tertidur. Kedua kalinya Nafelly membuka mata, Alberto kali ini tidur di sisi kasur. Tubuh bagian bawahnya berada di karpet, sementara kepalanya tertidur tepat di samping tubuh Nafelly. Tangan mereka pun masih saling bertautan satu sama lain.

Saat ini, Nafelly mencoba membuka matanya yang terasa sangat berat. Pandangannya buram. Napas Nafelly terasa berat namun Nafelly memaksakan pandangannya yang melihat sesosok pria berpakaian putih yang berada di hadapannya. Entah kenapa, Nafelly bisa melihat bahwa itu adalah Alberto. Alberto selalu berada di sisinya saat Nafelly sakit. Kali ini pun pasti begitu. Karena itu, Nafelly mencoba membuka lebar matanya dengan sekuat tenaga.

"Nafelly ...."

Itu suara Alberto. Hanya Alberto yang memanggil Nafelly dengan namanya. Alberto pasti ada di sini. Alberto pasti ada di sampingnya.

"... Sudah bangun ...?"

Nafelly masih berusaha membuka matanya, menormalkan penglihatannya yang buram. Sosok putih itu masih bergerak dan mendekati Nafelly. Napas Nafelly tersendat saat memanggil pria itu. "... Alberto ...."

"Anda sudah bangun?"

Jantung Nafelly terasa jatuh ke perutnya saat dia dipaksa menghadapi kenyataan yang ada di depannya. Sosok putih itu bukan Alberto. Dia adalah seorang dokter yang dibawa oleh Samuel untuk merawatnya. Tidak ada senyuman hangat. Tidak ada wajah familier yang berada di hadapannya.

Mata Nafelly kembali memburam. Kali ini karena kelopak matanya yang berembun dan mulai meneteskan air mata.

Semalam seperti mimpi.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Kemarin Nafelly masih memiliki segalanya. Dia masih bersama dengan orang yang dia sayangi. Mereka masih tertawa. Mengobrol dengan santai. Secara tiba-tiba, semuanya berubah dan membuat Nafelly kehilangan dunia yang dia kenal.

Nafelly mulai terisak, memejamkan matanya dan menutup matanya dengan salah satu tangan.

"Nona!! Anda menggerakkan tangan yang diinfus! Seharusnya Anda tidak—!! Perawat!! Kembali dan segera urus ini!!"

Nafelly masih dalam tangisannya saat orang-orang sedang meributkannya. Kepalanya terasa sangat pening mengingat bahwa kejadian kemarin adalah nyata. Harapan yang dijanjikan oleh Samuel hanyalah angan semu, saat ini.

Sudah Nafelly duga bahwa Alberto pasti akan meninggalkannya.

Nafelly sudah tahu bahwa itu pasti terjadi.

Namun, Nafelly tidak menyangka bahwa Alberto pergi ke tempat yang tidak bisa dijangkaunya.

***

Samuel membuka pintu di hadapannya dengan perlahan. Rumah itu kosong dan tidak ada satu pun penghuni di sana. Apartemen yang masih memiliki sisa kadaluwarsa selama 10 tahun lagi itu, biasanya memiliki penghuni di sana. Satu orang, namun cukup untuk menghiasi keseharian orang yang berada di sampingnya.

Samuel menarik napas panjang. Biasanya, jika dia bertamu, akan ada yang memanggilnya, “Tuan,” atau “Bos,” di depan pintu. Membukakan pintu dengan wajah malas dan penuh keluhan pekerja. Namun, orang yang membuka pintu itu tidak pernah menolak dan menyarankan Samuel untuk membagi biaya apartemennya jika dia terus menerus bertamu dan menginap saat bosan.

Samuel melangkahkan kakinya ke dalam apartemen, dan bayangan orang yang berbalik membelakangi dan menuju ke arah dapur untuk menyiapkan minuman, seolah masih bisa terlihat di mata Samuel.

Samuel masih bisa mendengar gerutuan Alberto dan walaupun begitu, Alberto masih menanyakan minuman atau camilan apa yang Samuel inginkan. Dan saat Samuel meminta makanan berat, Alberto kembali menggerutu, meminta gajinya dinaikkan namun tetap membuat apa yang Samuel inginkan.

Samuel mengalihkan pandangannya dari dapur, berjalan ke arah sofa yang terdapat televisi. Teringat saat mereka bermain game dan Alberto tertawa kencang ketika mengalahkan Samuel. Pandangan Samuel beralih ke arah sebuah pintu. Tertawa kecil saat mengingat dirinya ingin tidur sekamar dengan Alberto dan Alberto menendangnya sekuat tenaga dengan wajah marah.

Namun, senyuman Samuel luntur bersamaan dengan bayangan masa lalu yang perlahan menghilang. Samuel menundukkan kepalanya, teringat kata-kata White yang menjelaskan kronologi jatuhnya Alberto.

... “Bagaimana pun, ini mencurigakan, Tuan. Saya bukannya menuduh Alberto mata-mata. Tapi, dengan adanya orang-orang berpakaian hitam itu yang mengambil Alberto sesaat setelah kejadian, mereka pasti terkait dengan Alberto dan selalu berada di sisi Alberto. Jika bukan paman Anda yang mengambil mayat—tubuh Alberto, berarti ada pihak lain yang tidak kita ketahui apakah musuh atau teman.

... “Lalu, apa yang akan kau lakukan?

... “Pertama-tama, saya akan pergi ke kediaman Alberto—

... “Dan mengacak-acak rumahnya?! Bajingan! Apakah kau tahu bahwa kau sudah kelewatan?!

... “Maafkan saya, Tuan. Tapi, harus ada seseorang yang memeriksanya.

Saat itu, emosi Samuel bergejolak dan tidak terkendali. Dia hanya bisa menggeram dan mengadukan giginya kuat-kuat. Pada akhirnya, Samuel menghela napas panjang dan berkata, ... “Baiklah. Aku yang akan memeriksanya sendiri. Jangan menyentuh apa pun milik Alberto. Apa kau mengerti?!”....

Misi Samuel saat ini adalah menemukan keberadaan Alberto. Entah sehat atau pun tidak, Samuel harus menemukan Alberto. Samuel harus mendapatkan Alberto kembali. Samuel tidak peduli jika Alberto adalah mata-mata atau lain sebagainya. Yang Samuel tahu, Alberto adalah Alberto. Sekretarisnya yang sangat kompeten. Amat sangat kompeten hingga Samuel yang baru kehilangan Alberto sehari saja, sangat kewalahan dengan perusahaannya sendiri. Banyak karyawan terutama staff tim sekretaris yang meneriakkan agar Alberto kembali.

Semua orang ingin Alberto kembali. Namun, di mana pria itu berada?

Samuel menghela napas panjang dan berjalan ke kamar Alberto, membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan kosong dan sepi itu. Tidak ada banyak barang di kamar Alberto. Semuanya sangat rapi dan benar-benar seperti kamar biasa. Samuel masuk lebih dalam, berjalan perlahan dan setelah berpikir akan memulai dari mana, Samuel duduk di tepi kasur. Diam di sana sejenak dan memandang satu pigura yang ada di sana.

Jantung Samuel mencelos, sementara hidungnya mendengus geli. Bibirnya perlahan tersenyum, menyeringai melihat apa yang dia lihat.

"Apa ini ...?" tangan Samuel gemetar saat dia meraih pigura itu, memandangnya dengan sendu sebelum mata sendu itu perlahan mengalirkan air mata lagi. "Apa ini, bajingan?!"

Samuel tertawa dalam tangisnya, memandangi sosok kaku di sana yang terlihat senang dalam frame tersebut. "Kau selalu ingin kabur dari keluarga Wilkinson, tapi apa ini?!" Samuel tertawa kencang dalam tangisnya, menjambak rambutnya kuat-kuat dan sesekali tersedak mengingat kejadian itu.

Hari itu, adalah ulang tahun salah satu teman ayahnya yang bernama Makiel. Samuel sangat benci pergi ke tempat seperti itu. Apalagi saat itu sedang musim dingin. Alberto memaksanya sekuat tenaga dan terpaksa harus mengantar Samuel untuk pergi ke kediaman McKennedy. Saat itu, semua keluarga berkumpul dan berfoto. Alberto masih di sana. Keluarga Wilkinson memaksa Alberto untuk ikut berfoto dengan keluarga Wilkinson. Samuel ingat bahwa saat itu, Alberto benar-benar enggan dan Samuel menariknya secara paksa.

Alberto tidak tersenyum. Benar-benar kaku berfoto dengan orang-orang yang bukan keluarganya yang sebenarnya. Namun, melihat bahwa pria itu bahkan memajang foto ini tepat di samping kasurnya, Samuel benar-benar merasa bahwa dirinya adalah pria yang paling jahat di dunia ini.

Alberto menyayangi keluarga Wilkinson. Pria itu menghargai kebersamaan sekecil apapun dengan keluarga Wilkinson. Namun, tega-teganya Samuel datang ke rumah Alberto hanya untuk mencari bukti bahwa Alberto adalah mata-mata.

Samuel terisak kencang, giginya saling beradu dan pandangannya terpusat pada Alberto yang berdiri di dalam foto tersebut.

Tidak ada siapa-siapa di sana. Samuel hanya sendirian di ruangan itu. Jadi, yang dilakukan Samuel adalah berteriak sekuat tenaga dalam tangisnya. Terkadang tertawa menertawakan dirinya sendiri atau menangis mencela dirinya sendiri.

Samuel benar-benar merindukan Alberto.

Semua orang sangat merindukan Alberto.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

1M 48.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
281K 20.1K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
5.3M 286K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...