I Love My President Though He...

MadeInEarthh द्वारा

103K 5.5K 899

SELURUH KARYA MADE IN EARTH DILINDUNGI OLEH PROFESIONAL HUKUM PURE PUBLISHING!! PLAGIAT AKAN DIKENAKAN DENDA... अधिक

Sinopsis
Prolog
He Is Psycho 1 : Aku Ini Sosiopat
She Is Psycho 2 : Suatu Hari Di Pagi Hari
He Is Psycho 3 : Hati Nurani
She Is Psycho 4 : Alberto
He Is Psycho 5 : Apa ... katamu?
She Is Psycho 6 : Samuel Hanya Milikku
He Is Psycho 7 : Sebenarnya, Siapa?
She Is Psycho 8 : Ayah Samuel
He Is Psycho 9 : Senapan
She Is Psycho 10 : Galaxy Wilkinson Philips
He Is Psycho 11 : Keluarga Besar Wilkinson
She Is Psycho 12 : Diskon 1 Gratis 1
He Is Psycho 13 : Membunuhnya
She Is Psycho 14 : Permen Kapas
She Is Psycho 15 : Bunuh Saja
He Is Psycho 16 : Nafelly Gila
She Is Psycho 17 : Selamat Tinggal ....
He Is Psycho 18 : Nafelly Berbohong
She Is Psycho 19 : Sadarilah Posisimu
He Is Psycho 20 : Dia Tidak Membencimu
ALVA ADA DI DREAME DAN INNOVEL!!
She Is Psycho 21 : Ada Yang Ditutupi
He Is Psycho 22 : Cinta Itu ....
She Is Psycho 23 : Kau Bukan Paman Alberto
He Is Psycho 24 : David
She Is Psycho 25 : Jangan Pergi
He Is Psycho 26 : Paman
He Is Psycho 28 : Keluarga Wilkinson
She Is Psycho 29 : Aku Merindukanmu
He Is Psycho 30 : Tidak Boleh Mati
She Is Psycho 31 : Itu Hanya Selimut
He Is Psycho 32 : Keluarga Sultan
Giveaway

She Is Psycho 27 : Dia Pasti Kembali

299 23 5
MadeInEarthh द्वारा

Samuel sedang berjalan menuju kamar tempat di mana Nafelly tinggal saat ia melihat ibunya keluar dari kabar Nafelly dengan wajah murung dan dengan nampan di tangannya.

Samuel mendekati ibunya yang menghela napas panjang saat melihat Samuel. Felly menggelengkan kepalanya dan menatap sedih pada nampan yang dibawanya.

"Mom ..." panggil Samuel.

"Dia menolak makan, minum, dan hanya menangis seharian. Aku takut dia jatuh sakit," kata Felly. Matanya mulai berkaca-kaca. "Kau juga belum istirahat, bukan? Istirahatlah dan makan juga. Jagalah kesehatan satu sama lain."

Samuel tersenyum tipis dan mengangguk. Dia memeluk ibunya dan mengecup kepala ibunya dengan lembut. "Ini baru beberapa jam semenjak kami kehilangan Alberto, Mom. Tidak mudah bagi kami untuk kembali bersemangat, tapi semuanya akan segera membaik."

Felly menganggukkan kepalanya. "Semoga Alberto baik-baik saja dan segara ditemukan."

"Pasti. Aku akan segera menemukannya."

Felly kembali mengangguk dan Samuel segera melepaskan pelukannya. Samuel menundukkan kepalanya dan mengusap wajah lembap Felly dengan jarinya. Sekali lagi, Samuel mengecup kepala ibunya sebelum masuk ke dalam kamar yang ditempati Nafelly.

Samuel bisa melihat tubuh Nafelly yang meringkuk itu bergetar hebat dan isakan pelan yang tidak henti-hentinya terdengar. Samuel menghela napas, berjalan pelan, menaiki kasur dan segera memeluk Nafelly dari belakang. Segera setelah itu, tangisan Nafelly menjadi dan Nafelly berbalik untuk balas memeluk Samuel.

Samuel memejamkan matanya, membuang napas panjang untuk menghilangkan rasa sakitnya, namun malah membuat air matanya mengalir di sudut matanya.

Sekarang, bagaimana Samuel harus mencari Alberto?

***

Setelah beberapa jam dan hari mulai gelap, hanya ada suara sesegukan dari Nafelly dan embusan napas pelan dari Samuel yang terdengar. Keduanya sama-sama tidak bisa tidur. Tidak bisa lelah memikirkan keadaan Alberto. Tidak bisa tenang tanpa mendengar kabar baik atau pun kabar buruknya Alberto.

Setidaknya, jika Alberto benar-benar mati, Samuel ingin mayat Alberto ditemukan. Dan setidaknya, jika Alberto masih hidup, tidak peduli cacat atau pun utuh, Samuel harus membawa Alberto kembali.

"Alberto berkata bahwa dia tidak akan meninggalkanku ..." Samuel mulai berbicara pada Nafelly yang masih berada di pelukannya. "Dia berkata bahwa apapun yang terjadi, dia pasti kembali padaku."

Nafelly tidak menjawab atau pun membalas perkataan Samuel. Dia hanya terdiam mendengarkan perkataan Samuel.

"Awalnya, kupikir mereka tidak akan pernah melukai Alberto. Pamanku pun berkata bahwa dia tidak berniat untuk melukai Alberto. Jadi kupikir, Alberto akan baik-baik saja."

Nafelly kali ini mencoba mendengarkan ucapan Samuel dengan saksama dan mencoba menenangkan dirinya.

"Dari penjelasan anak buah pamanku, mereka berencana untuk masuk. Namun Alberto berbohong dan mengatakan bahwa jika dia sudah menelepon pemadam kebakaran, berpura-pura apartemennya kebakaran. Itu adalah tindakan ilegal. Sangat mustahil Alberto melanggar peraturan. Tapi, orang-orang di sana mulai panik dan mereka mulai bersikap impulsif. Saat itu, Alberto mungkin berpikir untuk memancing mereka agar mereka mengejarnya. Dan membiarkanku untuk menyelamatkanmu. Tapi, Alberto kurang cerdas. Dia tidak memperkirakan tubuhnya yang kecil itu. Dia tidak berpikir bahwa mungkin saja dia tidak berhasil menyelinap di antara mereka. Hasilnya, Alberto malah tertangkap tapi dia mencoba untuk tidak membuat dirinya ditangkap dan malah membuat anak buah pamanku tidak sengaja memecahkan jendela dengan Alberto yang berada di jendela itu."

Tubuh Nafelly kembali gemetaran. Isakannya kembali terdengar. Nafelly membayangkan betapa takutnya Alberto saat kaca di punggungnya pecah dan menyebabkan tubuhnya turun bebas dari lantai lima. Mata Nafelly terpejam rapat saat bayangan Alberto yang melayang jatuh kemudian membentur tanah dan membuat darah bercucuran di kepalanya.

"Nafelly ..." Samuel mengeratkan pelukannya. "Dia ... mencoba menyelamatkanmu dengan tindakan se-ekstrim itu. Dia yang seharusnya tidak terluka, malah terluka parah dan menghilang karena menyelamatkanmu. Denganmu yang seperti ini, Alberto akan sangat sedih. Dia sudah mengorbankan dirinya, dan yang kau lakukan adalah menolak makan dan menyakiti dirimu sendiri. Alberto benar-benar akan sangat sedih dan memusuhimu jika dia ada di sini."

Bibir Nafelly gemetar kuat saat menjawab, "Tapi dia tidak ada di sini ...."

"Dia akan kembali. Dia sudah berjanji padaku. Aku akan menyelamatkannya."

"Kau bahkan tidak tahu di mana dia berada ...."

"Yang membawanya adalah orang-orang profesional yang bahkan tidak meninggalkan jejak sedikit pun saat membawa Alberto."

Nafelly terdiam sejenak saat mendengar ucapan Samuel. Dia menoleh dan menatap Samuel dengan pandangan tidak percaya.

Samuel yang melihat harapan kembali muncul di wajah Nafelly pun, hanya tersenyum lembut dan berkata pelan. "Aku akan mulai mencarinya. Mereka pasti dari organisasi-organisasi tertentu atau suruhan orang lain. Aku pasti akan mendapatkan Alberto kembali."

"Sungguh?"

Samuel mengangguk. "Percaya padaku."

Nafelly tersenyum sejenak sebelum cemberut dan kembali menangis karena terharu. Dia kembali memeluk Samuel dan terisak kencang di pelukan Samuel.

Samuel mengelus kepala Nafelly dengan pelan. "Karena itu, setidaknya, makanlah sesuatu. Alberto akan kecewa jika pengorbanannya sia-sia dan hanya membuatmu menjadi pemalas."

Nafelly menganggukkan kepalanya dalam pelukan Samuel.

"Jadi? Apa yang ingin kau makan?"

Nafelly menjauhkan wajahnya dari Samuel dan berkata, "Omele—" Nafelly menghentikan ucapannya dan menggeleng kuat. "Tidak. Aku akan memakan omelette dan omurice saat Alberto kembali. Aku tidak akan memakannya dari orang lain."

Samuel mendengus pelan. "Jadi? Kau mau makan apa?"

Nafelly terdiam lama. "Terserah padamu."

"Bagaimana dengan steak yang waktu itu kau makan di sini?"

"Apa kau akan mengomentari caraku memegang pisau seperti ingin membunuh orang lagi?"

"Tidak. Aku yang akan menggantikan posisi Alberto untuk memarahimu dan mengajarimu cara memakai pisau steak yang benar."

"Sungguh?"

Samuel menganggukkan kepalanya.

Nafelly terdiam sejenak seolah berpikir, kemudian menjawab. "Baiklah ...."

Samuel tersenyum tipis. Dalam hati, dia merasa tegang. [Demi Tuhan, ini pertama kalinya aku membujuk seorang wanita!]

***

Hari sudah malam saat Samuel mengantarkan Nafelly ke kamarnya dan pergi ke kamar lain di rumah orang tuanya. Ini adalah kamar lama Samuel, dan tidak ada yang berubah selain meja yang kosong namun bersih itu. Bukti bahwa Felly bahkan masih membersihkan kamar ini walaupun Samuel sudah tidak tinggal di sini lagi.

Samuel mendengus geli, teringat saat dahulu ia bahkan sudah ingin tinggal sendiri semenjak umur 18 tahun. Di umur 16, Samuel mendapatkan jantung baru. Entah bagaimana caranya, jantung yang sangat amat sulit didapat setelah bertahun-tahun itu, tiba-tiba muncul di saat jantung Samuel sedang dalam keadaan kritis.

Entah ayahnya menyuruh paman Xavier membunuh orang di jalanan atau apa, sangat sulit untuk mendapatkan jantung yang amat cocok untuknya. Itu seolah keajaiban yang muncul di drama-drama biasanya. Mengambil jantung orang lain, sama dengan mengambil nyawa orang lain. Jadi, untuk transplantasi jantung, orang yang mendonorkan jantung itu harus dalam keadaan hidup. Biasanya, adalah orang-orang yang memiliki penyakit mati otak dan tidak dapat bangun lagi. Namun yang mati otak pun, sangat jarang untuk keluarganya setuju mendonorkan jantung. Karena ada banyak kasus di mana orang mati otak tiba-tiba hidup kembali dari koma.

Alva Damian Philips yang merupakan anak Alarick adalah salah satu kasusnya.

Perasaan Samuel setelah menerima jantung adalah, dia sudah bukan bagian dari keluarga ini. Orang-orang berkata bahwa itu adalah kelainan yang dirasakan oleh penerima donor jantung, namun orang-orang tidak tahu bahwa Samuel sudah merasakan hal ini sedari ia kecil.

Diasuh oleh Felly dan mendapati fakta bahwa ibunya bukan ibu kandungnya, merupakan salah satu faktor untuk Samuel pergi.

Dan hal itu diperparah saat Galaxy lahir. Anak kandung yang lahir setelah kedua orang tuanya menikah.

Samuel merasa terasingkan, saat itu.

Namun, melihat bagaimana kamar ini selalu dibersihkan oleh Felly, Samuel merasakan hatinya mencelos.

Dia seharusnya bertemu Alberto sedari lama. Mungkin, saat dia berumur 18?

Jika Alberto muncul saat itu, Samuel tidak akan merasakan perasaan asing di dalam keluarganya sendiri. Dan saat ini, saat Alberto tidak ada, Samuel malah teringat akan Alberto yang tidak pernah menasihatinya tentang keluarga, namun tidak pernah berhenti berkomentar tentang bagaimana wajah keluarganya yang sesungguhnya.

Bajingan Felix yang merupakan ayahnya itu, tidak pernah membagi kasih sayang. Semua kasih sayangnya hanya untuk Felly. Samuel dan Galaxy hanya beban karena Felly harus mengurusi kedua anaknya dan membagi kasih sayangnya pada kedua anak kandungnya sendiri.

Samuel mendengus geli saat dia memikirkan itu. Namun, senyumnya perlahan luntur seiring dengan dada kirinya yang berdenyut sakit. Seharusnya, dia mendengarkan Alberto saat pria itu masih berada di sini. Samuel memang selalu mendengarkan Alberto, namun itu untuk hal-hal kecil bagi Samuel saja. Selebihnya, dia enggan untuk mendengarkan apa yang Alberto suruh.

Contohnya, ketika Alberto menyuruhnya bersikap baik pada Nafelly.

Samuel menghela napas panjang untuk meredakan rasa sakitnya. "Apa yang kulakukan, sebenarnya? Alberto benar. Nama hanyalah nama."

Samuel masih berdiri di balkon saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Dia menoleh dan mendapati Galaxy masuk ke dalam kamarnya dengan wajah tegang. Samuel berdecak sebal. "Bajingan ini tidak berubah. Tidak pernah mengetuk pintu bahkan sampai sekarang."

Galaxy melihat Samuel dan berjalan cepat ke arahnya. Wajahnya terlihat pucat dan jelas sekali dari penampilannya yang acak-acakan, Galaxy pasti buru-buru ke sini. "Aku mendengar beritanya. Itu sangat mengejutkan dan tiba-tiba."

Samuel menghela napas panjang dan berbalik kembali, menatap lampu-lampu taman dan menikmati angin malam. "Mhm."

Galaxy berdiri di samping Samuel, menepuk bahunya dengan kencang. "Bagaimana keadaanmu? Kau baik-baik saja?"

Samuel mendengus sinis. "Ini pertama kalinya aku kehilangan seseorang di sekitarku. Apa kau pikir aku akan baik-baik saja?"

"Bagaimana dengan CCTV? Kau sudah menemukannya?"

"Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mendapatkan semua CCTV yang menunjukkan keadaan Alberto. Besok aku akan menemui mereka."

Galaxy menghela napas panjang mendengar ucapan Samuel. Hening sejenak. Galaxy tidak mengatakan kata-kata penghiburan lain, begitu pula dengan Samuel yang hanya menikmati angin malam. Samuel mencoba menyegarkan dirinya dengan angin dingin itu. Namun, hatinya masih tetap sakit sebanyak apa pun angin yang menerpanya.

"Hari ketika aku bersama Alberto ..." Galaxy mulai bersuara, merogoh sakunya dan mengeluarkan korek dan rokok di sana. Menyulut rokok dan mulai kembali berbicara. "... saat itu, dia terkena serangan panik."

Samuel mengedipkan matanya pada ucapan Galaxy. "Kapan kau bertemu—" Samuel menghentikan ucapannya. Teringat ketika dia bersama Nafelly di hotel dan Alberto tiba-tiba bertemu Galaxy di taman. "Mungkinkah ... saat itu?"

"Ya." Galaxy menganggukkan kepalanya dan membuang asap ke udara. Dia terkekeh pelan. "Kupikir, untuk apa orang pesakitan sepertinya datang ke taman sendirian? Ternyata, itu untukmu dan gadis itu. Aku masih tidak bisa mempercayainya. Orang lemah sepertinya berkeliaran seperti itu."

Samuel mengerutkan alisnya dalam-dalam. Rasa sakit kembali terasa di dada kirinya. Tangannya mengepal kuat. Dalam hati, Samuel mengumpat, membenci dirinya yang mungkin akan menangis lagi di hadapan adiknya. "Kenapa ... dia tidak memberitahuku?"

Galaxy mendengus geli. "Aku ingin memberitahumu lewat telepon kalau Alberto terkena serangan panik hingga pingsan dan masuk rumah sakit. Dia bahkan diinfus, saat itu. Tapi kau tahu? Tanpa mempedulikan tubuhnya, dia mencoba turun dari kasur dan membuat infusnya jatuh. Kau bayangkan saja jadi aku. Melihatnya sangat kacau dan bertekad untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rasa sakitnya. Kau pikir aku membenci gadis itu karena namanya? Tidak. Aku membencinya karena dia bahkan membuat Alberto harus terpaksa keluar dari rumah sakit dan merawatnya semalaman. Dia sudah seperti orang tuanya saja. Dan yang lebih mengesalkan, mereka terkena serangan panik di waktu yang sama seolah memiliki koneksi terhadap satu sama lain."

Samuel terdiam, membayangkan Alberto yang pucat itu mencoba berdiri dengan tubuh gemetar dan tiang infus yang jatuh di sekitar kakinya. Dan dalam kondisi seperti itu, Alberto menatap Galaxy dengan penuh tekad agar tidak memberitahu orang lain bahwa dia juga sedang kesusahan. Dan Alberto seperti itu karena Nafelly merengek dan menangis ingin bertemu Alberto. Sementara Alberto kesusahan, Samuel dan Nafelly sedang bermesraan di hotel hingga Alberto tiba.

Samuel membuang napasnya yang bergetar. "Dia berkata bahwa Alberto seperti ayahnya." Kata 'dia' di sini, mengacu pada Nafelly.

"Yah ... setelah aku mendengar penjelasan Alberto, aku mulai berpikir bahwa semua itu pilihan Alberto. Kembali pada gadis itu dalam keadaan mentalnya yang masih buruk, adalah keputusan Alberto. Lalu, mengorbankan dirinya untuk keselamatan gadis itu, juga adalah keputusan Alberto sendiri. Dia sangat hobi menyiksa dirinya sendiri."

"Ya ... itu adalah kebiasaannya." Entah datang tengah malam untuk memberikan makanan atau bertahan dalam pekerjaan-pekerjaannya yang menumpuk, adalah apa yang Alberto sukai. Dia suka menyiksa dirinya sendiri. "Padahal ... cita-citanya adalah hidup tenang di pedesaan setelah memiliki banyak uang."

"Benarkah?"

"Mhm. Alberto tidak berencana menikah sama sekali. Dia tidak ingin anaknya kelak menjadi anak yang tidak memiliki kakek atau nenek di pihak ayahnya. Dia takut anaknya kebosanan karena ayahnya sebatang kara."

Galaxy mendengus. "Dia bahkan memikirkan orang yang belum lahir."

"Ya. Dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri." Samuel menundukkan kepalanya. Matanya mulai memanas dan berkaca-kaca. Padahal, Samuel mencari angin malam agar tidak menangis lagi. Namun, sangat sulit untuknya setelah mendapatkan berita yang tiba-tiba ini. Samuel berdeham keras dan berkata pada Galaxy. "Apa kau memiliki rokok lain?"

Galaxy mengangkat kedua alisnya namun tetap mengeluarkan bungkus rokok serta koreknya kembali. "Bukankah kau sudah berhenti merokok?"

"Ya. Tapi, orang yang alergi rokok itu sudah tidak ada lagi di sini," kata Samuel, mengambil rokok dan segera menyulutnya. "Alberto sangat tidak bisa mencium bau rokok. Dia bahkan masih batuk walaupun hanya mencium sisa bau rokok di bajuku. Dia tidak pernah menyuruhku, tapi aku mulai berhenti merokok setelah itu."

"Oh?" Galaxy menatap bungkus rokoknya dengan pandangan tertegun. Dia mengusapnya sejenak sebelum menyimpan rokoknya ke dalam saku lagi. "Kau hanya mengenalnya beberapa tahun, tapi dia sudah merubahmu sampai seperti ini."

Samuel membuang asap rokok ke udara saat perasaannya mulai membaik. "Kau akan sepertiku juga jika kau berada di sisinya selama beberapa tahun."

Galaxy memandang Samuel dan tersenyum, menepuk bahunya berkali-kali seolah menghibur. "Ya, kita akan tahu nanti."

Kata-kata yang diucapkan Galaxy seolah menyatakan bahwa Alberto pasti kembali. Kata-kata yang tidak memiliki penghiburan, namun memiliki kata-kata positif yang menyatakan bahwa Alberto pasti kembali dan mereka akan tahu itu setelah Alberto kembali.

Samuel tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

620K 74.6K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
386K 15.4K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.2M 102K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
16.4M 640K 37
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...