Pliss! Remember Me (END)

Od anaknya-offgun

14.9K 1.4K 247

Bukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di t... Viac

prolog [PRM]
PRM 0
PRM 1
PRM 2
PRM 3
PRM 4
info
PRM 5
PRM 6
PENTING
PRM 7
PRM 8
PRM 9
PRM 10
PRM 11
PRM 12
PRM 13
PRM 14
Not update but, secret project
PRM 15
PRM 16
NEW FF
PRM 17
PRM 18
PRM 19
PRM 20
INFO ONESHOOT
PRM 21
PRM 22
PRM 23
PRM 24
PRM 25
PRM 26
PRM 28
PRM 29

WEDING DAY [END]

346 26 6
Od anaknya-offgun

Pagi ini, disebuah Pantai yang memiliki laut sebiru langit sebuah pesta sedang diselengarakan. Berbagai ornamen berwarna Hijau menghiasi pesisir Pantai yang dijadikan sebagai lokasi pengucapan janji sehidup semati. Acara Pernikahan White dan Claire hari ini akan diselenggarakan.

Meski beberapa minggu yang lalu Pernikahan mereka terpaksa diundur karena mempelai Prianya masuk Rumah Sakit, tapi kini keduanya sedang bersiap untuk memulai Acara hari ini. Pernikahan mereka diadakan begitu tertutup, hanya dihadiri oleh Sahabat, Keluarga, dan Kolega saja, akan tetapi hal itu justru membuat suasana hari ini jauh lebih sakral dan hikmat.

Arm memasuki Ruangan Resort yang menjadi tempat Gun bersiap. Dia benar benar tidak tahu harus melakukan apa pada Gun yang dalam kondisi tidak tahu apa apa, sedangkan disana ada Off yang kini sudah benar benar hancur karena tidak memiliki peluang lagi. Arm mengerti keduanya, Gun saat ini berada diposisi yang bahkan dia sendiri tidak tau dia siapa dan Off-pun begitu, dia hanya mengingikan Kekasihnya kembali, bukan dia yang ingin merebut Gun, tapi Claire lah yang datang dan merebut Gun dari sisi Off. Namun, Arm juga tidak bisa menyalahkan Claire karena Claire jauh lebih tidak tahu apa apa dibandingkan dengan Gun, Claire cuman tahu kalau Gun adalah White dan dia tidak memiliki Teman ataupun Kekasih.

“Kau tampak lebih bersinar dari biasanya White,” ucap Arm yang berusaha menutupi segalanya.

“Entahlah, aku takut tapi aku juga merasa akan ada hal baik yang terjadi,” sahut White tanpa berbalik nelihat ke arah Arm dan hanya fokus pada pantulan dirinya yang ada di cermin.

“Kau benar benar merasa pernikahan ini baik? Biar bagaimanapun kau masih muda, bahkan Sahabatku Tay saja belun menikah.” Arm melangkah mendekat ke arah White yang sibuk memperhatikan dirinya sendiri.

Harus Arm akui, Gun yang saat ini menggunakan Jas Putih Gading dengan dasi kupu kupu sebagai hiasannya, memang membuat Gun tampak begitu manis, bahkan Arm benar benar bisa merasakan aura Submissive dari Gun.

“Itusih Sahabatmu saja yang menunda nunda pernikahan. Meski semuanya masih terasa begitu membingungkan, balik lagi seperti kataku bahwa akan ada sesuatu baik yang akan terjadi.” Arm bisa melihatnya dengan jelas, sebuah keyakinan yang begitu besar, seperti sebuah harapan yang sudah lama dinantikan.

Melihat keyakinan dan tekad Gun yang begitu besar membuat Arm tidak punya pilihan lain selain membiarkannya, meski dia berharap kalau Gun berubah pikiran dan mau diajak lari dari pernikahan ini, tidak, itu hanya pemikiran konyolnya saja.

Sebuah panggilan telpon dari Ponsel Arm dan hal itu sontak saja menarik perhatian Gun dan juga Arm yang sedang berbincang-bincang. Arm melihat nama Tay di panggilan itu dia langsung berdiri, dia memiliki firasat buruk tentang itu.

“Aku angkat telpon dulu ya.”

“Jangan lama lama, aku gugup.”

Saat Arm keluar dari Ruangan itu, Gun menatap Arm lamat lamat dan penuh arti. Gun menatap Arm penuh penyesalan, dia merasa menyesal atas berbagai hal yang entah apa dia tidak tahu.

***

“Off! Demi Tuhan, ini kesempatan terakhir lo ketemu sama Gun dan lo mau nyia-nyiain hal itu begitu aja?” Tay merasa Frustasi, pasalnya sejak tadi Off hanya diam memandangi Undangan pernikahan Kekasihnya dengan Orang lain.

“Semuanya udah selesai Tay,” lirih Off yang sejak tadi menangis dan sejak tadi juga Tay berusaha untuk menenangkannya dan mengajaknya pergi. Mereka sudah berada di Hotel dekat Lokasi pernikahan Gun sejak kemarin, tapi sekarang Off tidak mau melangkahkan kakinya barang selangkahpun.

“Lo mau nyerah gitu aja?” tanya Tay, “Off, lo masih bisa ungkap kebenarannya disana, lo masih bisa ngambil Gun lagi karena disini Gun jadi tawanannya padahal dia gak salah apa apa. Off ini satu satunya langkah terakhir yang lo bisa lakuin,” lanjut Tay mencoba memberi pengertian pada Off.

“Dampaknya buat Gun gimana? Kalo dia kenapa kenapa setelah gua ungkap yang sebenernya gimana?” tanya Off yang sudah sangat persis seperti Orang ling lung.

“AH SIAL!” Kesabaran Tay sudah habis, dia langsung mengambil Ponselnya dan segera menghubungi Arm, beruntungnya Arm mengangkat Ponselnya dengan cepat.

“Arm, jagain bangku buat kita bertiga di belakang, inget! Dibelakang jangan di depan.” Tidak menunggu Arm menyapa ataupu menjawab, Tay langsung mematikan panggilannya dan menarik Off paksa.

Tidak ada pilihan lain selain menyeret Off pergi dengan paksa.

***

“Bisa juga lo bawa nih anak dateng,” cetus Arm begitu Tay dan Off sudah datang, walau dari wajah Off sudah sangat ketebak apa yang terjadi.

“Gua seret dia, abis kelakuannya udah kaya Remaja yang gak dikasih kepastian,” sindir Tay yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Off.

“Si Off kan emang gak dikasih kepastian cuy, cuman bedanya dia udah gede bukan Remaja lagi.”

Setelah Arm mengatakan itu suasanya hening untuk beberapa saat, mereka seperti sedang mencerna sesuatu. “Iya juga sih, tapi ya bodolah pokoknya mah Off harus dateng gak boleh enggak,” balas Tay sambil mendudukkan Off dan kemudian dia juga ikut duduk, berbeda dengan Arm yang tidak ikut duduk karena sebentar lagi acara akan dimulai dan dia menjadi pendamping pengantin Pria.

“Gun mana?” Itulah kalimat pertama yang Off ucapkan begitu dia sampai di Lokasi Pernikahan Kekasihnya.

“Masih di Ruangannya,” jawab Arm, “si Gun cantik banget sumpah, imut juga ampe gua gak percaya dia bakal jadi suami, kalo sama lo kan yang mimpin udah pasti lo gak mungkin Gun,” lanjut Arm sambil menjabarkan bagaimana penampilan Gun pada Off.

“Nikah di Pantai itu impian Gun, dia suka pergi ke Pantai makanya dia mau nikah disini dan punya Rumah disini,” cerita Off, “coba aja dulu gua tanggung jawab, coba aja dulu gua jemput Gun, semua yang ada hari ini pasti cuman buat gua sama Gun aja,” sambung Off yang membuat Tay dan Arm terdiam.

Keduanya bisa melihat seberapa hancurnya Off saat ini. Air mata yang mengering, kantung mata yang begitu jelas, Rambut yang kering, bahkan Jasnya pun tidak dipakai dengan benar. Mereka tahu Off sangat terpukul saat ini, Gun yang harusnya berada disisi Off untuk membantunya menghadapi situasi saat ini justru tidak mengingatnya sama sekali, bahkan dia akan menikah dengan Orang lain. Mereka tahu Off sangat menyesal atas apa yang sudah terjadi, tapi tidak ada yang bisa dirubah dari penyesalan itu karena pada dasarnya, semua yang terjadi sudah menjadi permainan takdir.

“Kepada para Tamu Undangan dan Kedua mempelai diharapkan bersiap di posisi masing masing karena acara akan segera dimulai.”

Suara MC yang bergema melalui speaker akhirnya memecahkan keheningan yang diciptakan oleh Off. Acaranya sudah mau mulai dan Arm yang berperan sebagai pendamping pengantin Pria harus segera menemui Gun, pasalnya dia yakin jika Alice juga sudah bersiap dengan Claire yang akan dia dampingi.

“Gua pergi dulu,” ucap Arm, “Off, gua yakin lo bisa, semangat!” Setelah mengatakan itu Arm pergi begitu saja meninggalkan Off yang sudah ingin lari dari tempat itu, tapi itu hanya angan angannya karena Tay sudah mencengkram tangan Off kuat kuat agar dia tidak bisa kabur kemana mana.

Kesabaran Tay sudah habis. Saat ini juga dia berharap Sahabatnya sejak kecil itu tidak menyia nyiakan kesempatan terakhir yang dia miliki, karena hanya itu satu satunya cara yang tersisa. Tay juga menginginkan Gun kembali, dia benar benar tidak tahan dengan keasingan yang ada di antara mereka hanya karena Gun tidak tahu yang sebenernya. Off juga terlalu lemah untuk membuat Gun setidaknya jatuh cinta lagi padanya, dia justru menakuti hal hal yang bahkan belum pasti akan terjadi di depannya.

“Gua mohon Off, ini kesempatan terakhir lo.”

Tidak berselang lama kemudian musik iringan pengantin mulai terdengar ditelinga seluruh Tamu Undangan yang hadir. Cuaca Sore hari yang sudah bersiap untuk menyambut Matahari Terbenam memberikan efek sangat berkesan untuk pernikahan kali ini, jika biasanya Pernikahan diadakan di Pagi hari, maka jauh dari itu White sudah meminta agar pernikahan mereka diadakan saat Sore hari, agar semuanya bisa selesai tepat ketika Bulan dan Bintang bermunculan di langit malam. White ingin menyebarkan keindahan malam yang selalu dia kagumi setiap harinya.

“Pengantin Pria dipersilahkan menaiki Altar,” ucap MC yang bertugas.

Arm yang mendengar perintah itu langsung merangkul Pundak Gun dan menatapnya dalam dalam, tanpa disadari oleh siapapun Arm menyelipkan harapan dan permohonan yang begitu besar pada Gun. “Waktunya sudah tiba,” ucap Arm yang dibalas senyuman kecil Khas seorang White yang setelahnya disusul dengan anggukan pertanda dia sudah siap.

Siap. Tidak, jauh dilubuk hati White dia merasa tidak siap, dia terlalu takut untuk menghadapi apa yang ada didepannya nanti. Dia lelah terus menerus menebak, dia sudah lelah bermain main dengan segala pikirannya untuk menebak apa yang akan terjadi di masadepan. Dia ingin menikmati hidupnya dengan Orang yang dia cantai, tapi benarkah Claire adalah Orang yang dia cintai? Atau ada hal lain yang dia lupakan.

Langkah yang tidak pasti akhirnya Gun langkahkan, meski Arm ada disampingnya sekalipun, dia tidak bisa menghilangkan rasa takutnya rasanya dia seakan akan bisa mati berdiri hanya karena rasa takut. Gun akan mencoba, coba sebisanya serta melakukan hal terakhir yang dia bisa sebelum dia berubah status menjadi Suami Orang lain.

Off bisa melihatnya. Gun dengan balutan Jas putih, Serta dasi kupu kupu yang menghiasi sekitaran lehernya benae benar memberikan kesan imut untuk Gun-nya. Off dan Gun pernah membayangkan ini, saat dimana Off menunggu Gun di Altar dan Gun akan datang dengan Tay sebagai pendampingnya. Namun kini suasananya berbeda, Gun yang akan menunggu di Altar dan Claire yang akan datang dengan didampingi oleh Ayahnya. Hanya angan angan yang tersisa saat ini, karena Off tidak berani untuk meneriakkan kenyataan itu pada semua Orang.

“Off.” Off menengok ke samping saat Tay memanggilnya dengan suara yang begitu serius.

“Sebentar lagi, kesempatan terakhir yang lo punya, gua mohon Off, gua gak mau liat lo terus terusan kaya gini,” pinta Tay degan wajah yang sangat serius dan itu membuat Off sedikit takut pasalnya Tay tidak pernah menatap ataupun berbicara seserius ini padanya.

“Te—”

Pengantin Perempuan dipersilhkan masuk.”

Tay dan Off serentak menengok ke Altar, mereka tidak menyadari jika Gun sudah sampai di Altar dan kini sedang menunggu seseorang yang akan jadi Istrinya datang. Tidak lama juga Claire keluar dengan balutan Gun pengantinnya yang putih dan sederhana, tapi kesederhanaan itulah yang membuatnya tampak begitu mempesona dan tampak begitu anggun. Bibir Tay dan Off pun bungkam setelahnya, tidak ada yang berani bersuara dan hanya bisa berseru di dalam hati berharap ada hal yang berubah atau Off akan melakukan sesuatu.

Claire yang tadinya berada dalam genggaman sang Ayah akhirnya berada di genggaman Gun. Keduanya saling menggenggam dan menatap satu sama lain dengan pandangan yang berbeda beda dan sulit dimengerti, Hingga akhirnya Claire membuka suaranya.

“Apa kau bahagia bersamaku?” tanya Claire dengan pelan, memberi peringatan pada Gun untuk berbicara berdua dengannya.

“Aku mengerti banyak hal dengan mengenalmu,” jawab Gun dengan lembut dan terdapat maksud lain di dalamnya dan Claire tahu itu, dia sudah tahu semuanya dan dia merasa bersalah.

“White .... Atau aku harus memanggilmu Gun?” Gun terdiam saat mendengar itu, tak percaya apa yang dia dengar.

“Aku, a-ku tau kau sudah ingat segalanya dan aku sudah tau ada apa sebenarnya,” lirih Claire.

“Sejak kapan?” tanya Gun yang masih tidak mempercayai apa yang terjadi saat ini.

“Saat kau membawa kotak hadiah sehabis dari gudang dan menelpon Off, aku mendengarnya, saat kau pergi ke Cafe untuk menemuinya aku mengikuti dan menguping kalian, dan saat kau bangun dari koma semuanya berbeda,” jawab Claire yang membuat Gun terkesikap, itu artinya Claire begitu mencintainya hingga segala hal kecil tentangnya dia perhatikan.

“Claire aku-—”

“Aku membebaskanmu Gun, kita memang sudah bertunangan bahkan detik ini seharusnya kita menikah, tapi aku tahu ini salah aku merasa begitu berdosa karena aku sudah merebutmu, kau bebas Gun,” ungkap Claire dengan air mata yang mulai membasahi pipinya, tapi bibirnya tersenyum seolah tidak ada apa apa. Semua Orang yang melihat berpikiran jika Gun sedang mengatakan sesuatu yang mengharukan untuk Claire bahkan Pendeta sekalipun, akhirnya mereka diberikan waktu berdua.

“Kau tidak bersalah sama sekali tidak, tidak ada yang tahu akan begini jadinya begitupun dengan aku," sahut Gun, “saat aku bangun dan mengingat segalanya aku bingung Claire, disatu sisi aku mencintai Off lebih dari apapun karena biar gimanapun Off satu satunya tempat aku bertumpu, tapi disisi lain aku tau kau mencintaiku sebesar aku mencintai Off, aku bahkan bingung harus apa dengan Keluarga Patthiyakorn, hingga detik ini aku bingung harus apa,” lanjut Gun dengan suara yang mulai bergetar.

“Saat aku melihat Off sehancur itu dan itu karenaku, aku benar benar merasa bersalah Claire, dalam keadaan seperti itu harusnya aku ada di sisinya untuk menenangkannya, tapi aku justru semakin menghancurkannya.” Gun menggenggam erat tangan Claire seolah olah berusaha menyalurkan rasa bersalahnya.

“Gun, kau adalah Ken tapi kau bukan Ken yang mencintai Barbie, kau adalah Ken yang mencintai Ken lainnya sedangkan aku adalah Barbie yang mencintai Ken dan ingin dicintai Ken juga,” kata Claire, “aku membebaskanmu Gun, aku akan nengatakan kepada semuanya kalau pernikahan ini batal. Kau berhak berbahagia bersama dengan Ken yang mencintai dan juga kau cintai setelah semua ini, ” lanjut Claire yang akhirnya membuat pertahanan Gun runtuh dan membuatnya menangis.

“Kau juga Barbie yang pantas mendapatkan Ken yang kau cintai dan mencintaimu,” balas Gun yang membuat keduanya tersenyum lebar dan akhirnya berpelukan sesaat.

“PERNIKAHAN INI TIDAK JADI DILAKSANAKAN!” Suasana sontak kacau saat Claire mengatakan itu, tidak terkecuali Keluarga White dan Keluarganya.

Kedua belah pihak Keluarga sontak mendatangi kedua calon pengantin itu, memastikan apa yang terjadi. Keduanya dia bombardir olah pertanyaan yang sebenarnya serupa, tapi mereka masih enggan menjawab hingga akhirnya Gun turun dari Altar. Gun berlari ketempat dimana Off-nya duduk dan segera menariknya kembali ke Altar, hal itu membuat suasana semakin kacau sementara itu Tuan Patthiyakorn mulai mengerti apa yang terjadi. Off sendiri tidak bisa menyembunyikan rasa bingungnya, karena tiba tiba saja pernikahan dibatalkan dan Off ditarik begitu saja tanpa penjelasan sedikit pun.

“Aku mengingat segalanya,” ungkap Gun begitu dia sudah sampai di Altar dan berhadapan langsung dengan Chimon serta Tuan Patthiyakorn.

“Aku mengingat apa yang terjadi sebelum dan sesudah kecelakaan itu. Aku berterimakasih karena kalian mau menjagaku, merawatku, bahkan menjadi Keluargaku, aku bahagia mendapatkan semua itu lagi, tapi aku tidak akan pernah benar benar bahagia jika tidak ada Papii di sisiku,” aku Gun, “selama ini aku sudah menyiksanya dengan melupakan segala hal tentang dirinya, tanpa sadar aku juga menyakiti Claire karena aku tidak mengerti perasaanku yang sebenarnya pada dia. Aku tidak mau menyakiti siapapun lagi, ku mohon biarkan aku berbahagia bersama Papii dan membebaskan Claire untuk mencari Orang yang juga mencintainya, kumohon,” isak Gun dengan tangisan yang tidak bisa dia tahan lagi.

Semua bungkam mendengarkan pengakuan Gun, begitupun dengan Off yang masih belum sanggup untuk mencerna apa yang terjadi saat ini. Namun, beberapa saat kemudian telinga Off berdengung kencang seolah memaksnya untuk mengerti keadaan secepat mungkin. “Papii” Kalimat itu terus menggema ditelinga Off, seolah berusaha menyadarkan Off bahwa Kekasihnya sudah kembali kepadanya.

“Ter....” lirih Off setelah dia menyadari jika Gun-nya suda kembali.

Gun menatap Off dengan matanya yang berair serta wajahnya yang memerah karena menangis dengan hebat. Off bisa mengenalinya, tatapan mata yang selalu Off lihat saat Gun mengagumi Bintang, kini tatapan itu kembali Off terima karena bagi Gun, Off adalah Bintang yang paling bersinar yang pernah Gun lihat. Ya benar, kekasihnya sudah kembali.

“Ya Tuhan Ter!” Off segera berhambur pada pelukan yang terkasih, mengabaikan fakta jika puluhan mata mengawasinya meski begitu Off tahu jika ada dua pasang Mata yang menatap keduanya dengan penuh cinta dan kehangatan, Arm dan Tay.

Off berlutut di hadapan Tuan Patthiyakorn setelah dia melepaskan pelukannya. “Saya tahu apa yang saya lakukan beberapa Tahun yang lalu tidak bisa dimaafkan, tapi saya mohon jangan hukum saya terlalu lama lagi, sudah cukup 5 tahun saya menderita seorang diri dan mendapatkan balasan atas apa yang saya perbuat, izinkan saya mengambil kembali Putra anda kembali.” Permohonan Off membuat semua Orang terkejut bahkan bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi biarlah itu menjadi urusan diantara mereka public tidak perlu tahu.

“Mengambil Kakaku kau bilang!” seru Chimon yang tidak terima dengan apa yang dikatan oleh Off barusan.

“Chi,” peringat Tuan Patthiyakorn untuk mencegah terjadinya keributan.

“Apa anda tau jika sebelumnya kami menggunakan dia hanya untuk membalas dendam pada anda dan Keluarga anda?” Off membalasnya dengan anggukkan karena dia memang sudah tahu segalanya antara Ayahnya dan Tuan Patthiyakorn.

“Sebelumnya memang seperti itu, tapi saat tahu bagaimana keadaanya dan kehidupan apa yang dulu dia alami membuat sisi saya sebagai seorang Ayah membara untuk melindunginya,” jelas Tuan Patthiyakorn, “saat Whi– maksudnya Gun sadar dari komanya beberapa hari yang lalu saya tahu bahwa dia sudah tidak terjebak lagi dalam kebingungan, dia sudah mendapatkan kembali ingatannya. Jika saya memang mengunakannya sebagai alat maka seharusnya saat itu juga saya membuangnya, tapi saya tidak melakukannya karena sejak awal dia sudah menjadi Anak saya meski hanya secara hitam diatas putih,” lanjut Tuan Patthiyakorn yang membuat Gun semakik terisak, dia benar benar mempunyai keluarga.

“Saya tidak pernah mengatur dengan siapa Gun akan menikah maka dari iti saya hanya akan mengikutinya, tapi sekarang sepertinya calon pengantinnya berubah benar bukan?” Off dan Gun tertegun mendengar kalimat tersebut, itu artinya....

“Ayah! Ayah tidak boleh memberikan Kakak pada Orang itu, bagaimana jika Kakak disakiti olehnya?” teriak Chimon tidak terima dengan keputusan Ayahnya.

“Chi, apa kamu tidak melihatnya? Meski kita sudah membuat Gun palsu dan mengirimkan penyusup ke antara Tay dan Off apa Off pernah berhenti mencari Kakakmu? Bahkan saat mereka kembali bertemu apa pernah Off menyerah dari pancaran mematikan kita? Tidak sekalipun Off menyerah, dia tetap sendiri karena yakin Keksihnya akan kembali.” Chimon terdiam begitu mendengar penjelasan itu, karena semuanya benar bahwa Off tidak pernah berhenti berjuang untuk mendapatkan Gun kembali.

“Tunggu, Gun palsu? Natthanon kalian yang buat?” tanya Off mengingat bagaimana dulu dia mengira Natthanon adalah Gun.

Anggukan menjadi jawaban yang pasti bagi Off, akhirnya dia tahu kebenaran yang selama ini mengganjal hatinya. Tay yang  tadi ada ikut ditarik Off pun terkejut dengan satu fakta bahwa Tuan Patthiyakorn menyusupkan seseorang diantara mereka, hingga akhirnya dia berusaha memutat otaknya untuk mengingat apa saja yang sudah terjadi hingga akhirnya dia menyadari satu hal.

“Foei, dia mata mata kalian?” tanya Tay yang tidak bisa menutupi rasa terkejutnya itu. Dia menebak karena kelakukan Foei selama masa pencarian Gun sangatlah aneh, dia sangat sering menerima telpon.

“Iya, dia adalah Orang selalu ngurusin segala berkas tentang Gun, makanya kalian bisa kebimbing ke skenario Natthanon.”

BRUK!

Semuanya terkejut saat tiba tiba Gun terduduk dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Melihat Gun yang kembli drop Off langsung membawanya kedalam dekapannya dan segara berteriak untuk meminta tissue. Kondisi Gun cukup lemas, mungkin karena terkena angin pantai dan Otaknya yang beraksi akibat kembalinya ingatan itu.

“Ter, kau baik baik saja?” tanya Off yang masih sangat panik bahkan melebihi Keluarga Gun.

“Aku, akan baik baik saja jika kau menikahiku,” lirih Gun yang masih lemas.

“Aku ingin menikahimu tapi tidak dalam kondisi ini,” balas Off sambil menerima Obat yang diberikan oleh Dokter Gun dan segera meminumkannya pada Gun.

“Ayah, bawa saja Gun bersama Ayah Off ti—”

“Oke! Pak pendeta, Pernikahannya kita lanjutkan.” Off hanya bisa pasrah dan mengikuti kemaun Kekasih Mungilnya itu, dari pada Gun pergi lagi dari hidupnya.

“Perbaiki dulu tampilan kalian Anak Muda!” saran Tuan Patthiyakorn yang  segera dilakukan oleh keduanya.

Tay segera memberikan Jasnya karena Jas yang dipake oleh Off sebelumnya berwarna biru, makanya Tay memberikan Jasnya yang memang berwarna Hitam. Claire datang pada Gun sambil melepaskan simple Veil yang dia gunakan, biar bagaimanapun Claire tahu bahwa Gun adalah pihak yang dinikahi.

“Hey, aku masih mencintaimu tau, jika dia menyakitimu katakan saja padaku aku yang akan membalasnya,” ucap Claire sambil memaikan Veilnya kepada Gun dan sesaat kemudian dia menyadarinya jika Gun begitu cantik mengunakan itu.


***

“Ini adalah kesempatan kedua yang saya berikan, jangan disia siakan,” ancam Tuan Patthiyakorn sambil memberikan Gun yang berada di genggamanbya kepada Off.

Off tersenyum lebar sambil menerima Tangan Gun. Kini dia bisa menyentuh Gun lagi setelah sekian lama dan bagian paling menyenangkannya adalah Gun akan dia gengam sebagai Is– maksudnya Suaminya, ini adalah hal yang sudah Off nantikan seumur hidupnya.

Prosesi pernikahan berjalan lancar dan begitu mengharukan. Mendengar bagaimana Off dan Gun saling bertukar sumpah untuk saling menjaga dan selalu berada Dunia mereka sendiri benar benar membuat semua Orang tersentuh, tanpa terkcuali Claire Setidaknya kini dia tahu kalau ada yang akan menjaga Gun lebih dari dia menjaga Gun sebelumnya.

“Sekarang kalian sudah resmi menjadi pasangan Suami Suami, silakan berciuman sebagai tanda ikatan hubungan kalian,” pinta Pendeta yang segera dilakukan keduanya.

Setelah bertahun tahun akhirnya kedua bibir yang memang tercipta satu sama lain itu akhirnya bertemu kembali. Tidak ada ciuman yang penus nafsu dan menuntun, hanya ada ciuman yang penuh kelembutan dan juga cinta yang Off salurkan untuk Gun. Namun nyatanya itu justru membuat Gun sangat kewalahan. Para undangan bertepuk tangan dan bersorak untuk kedua pengantin baru itu yang paling kencang adalah Tay dan Arm, mereka benar benar senang dengan pernikahan ini.

“AKHIRNYA PENG!”

“SAHABAT GUA UDAH GAK GALAU LAGI WOI!”

Ketika ciuman iut terlapas Off tidak melepaskan Gun, dia memelukanya erat erat seolah takut Gun akan meninggalkannya lagi. “Aku mencintaimu Babii,” ungkap Off penuh cinta.

“Hmm, aku sudah kembali Papii, terimakasih sudah menungguku,” balas Gun yang masih lemah kondisinya, tubuhnya pun masih belum kuat menopang dirinya lama lama maka dari itulah Off memeluknya untuk menopang tubuh Gun.

Off memenuhi janjinya pada Gun untuk selalu menunggu dan tidak pernah melawan takdir untuk mereka dan kini Gun memenuhi janjinya dengan kembali kepadanya sebagai Permata dan Dunia Off. Mungkin perjalan cinta mereka tidak berjalan mulus seperti percintaan TayNew ataupun ArmAlice, tapi pembuktian cinta mereka adalah yang paling hebat dari semuanya. Semua yang terjadi juga tidak lepas dari pengorbanan Claire yang melepaskan Gun demi kebahagiannya, Gun pun berharap Claire mendapatkan kebahagiannya kelak.

[END]

***
Terimakasih semua yang udah baca book ini sampe selesai dan makasih atas masukan yang kalian kasih juga buat aku. Aku usahin di Book DM yang bakal aku lanjutin akan lebih dari PRM.

Makasih sekali lagi buat kalian yang udah dukung, nunggu, plus support aku baik secara mental maupun kepenulisan, tanpa kalian mungkin ini gak akan selesai. Tenang ya, ini bukan perpisahan kok masih ada DM dan aku bakal buat Oneshoot juga.

See you di Deux Mondes kawan kawan.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

686K 32.7K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
7.8K 575 36
Cerita ini menceritakan tentang seorang pria play boy yang bertemu dengan mahasiswa pindahan dari Korea selatan yang bersifat dingin, kasar, dan cuek...
69.2K 5.7K 32
Dikeluargaku terdapat 3 bersaudara aku adalah anak yang paling tua yaitu Apo , anak tengah Build, sedangkan anak paling kecil yaitu Barcode. disuatu...