Runtuh : Luka dan Cinta (Terb...

By FebryArmel

337K 8.3K 635

Sarah sangat mencintai Sena sejak pandangan pertama, dan sejak hari itu hanya Sena yang ada dalam pikirannya... More

Runtuh 1
Main Visual
Runtuh 2
Runtuh 3
Runtuh 5
Runtuh 4
Runtuh 6
Runtuh 7
Runtuh 8 🔞
Runtuh 9
Runtuh 10
Runtuh 11
Runtuh 12
Runtuh 13
Runtuh 14
Runtuh 16
Runtuh 17
Runtuh 18
Runtuh 19
Runtuh 20
Runtuh 21
Runtuh 22
Runtuh 23
Runtuh 24
Runtuh 25
Runtuh 26
Dear Pembaca (Tolong dibaca)
BROKEN
PERINGATAN ❗
Kabar Gembira
Kabar Gembira 2
Vote Cover
Open Pre-Order Runtuh
Masih Ready

Runtuh 15

10.7K 525 29
By FebryArmel

Tak pernah terbayangkan dalam pikiran Sarah bahwa pernikahan impiannya akan berakhir seperti ini. Suami yang amat dia cintai serta kakak yang amat dia percayai ternyata tega mengkhianatinya. Terlebih lagi dia baru saja kehilangan calon buah hatinya karena dua orang itu.

Air mata mulai menetes dari sudut matanya. Dia belum sempat mengetahui keberadaan calon buah hatinya tapi kenapa Tuhan sudah mengambilnya kembali? Calon buah hatinya yang tak berdosa harus menjadi korban dari keegoisan kedua orang tuanya.

“Anakku...”

“Anakku...”

Dia kehilangan tiga orang yang sangat dia cintai. Suami, kakak, serta calon anaknya dalam waktu bersamaan. Kini tidak ada lagi yang tersisa darinya, kepercayaan, cinta dan hatinya sudah hancur tak bersisa.

Ya Tuhan, malang sekali nasibnya...

Suara pintu yang dibuka membuat Sarah menoleh, moodnya langsung hancur ketika melihat orang yang paling ingin dia hindari berdiri di ambang pintu, dia segera memalingkan wajahnya.

Suara langkah kaki mulai terdengar mendekat, Sarah bisa merasakan jika laki-laki itu sedang duduk di sampingnya.

“Sar...”

Mendengar suara laki-laki itu, membuat amarah di dada Sarah kembali membara.

“Aku bawain kamu bubur, kamu makan ya.” Sena mulai menyuapkan sesendok bubur ke mulut Sarah tapi Sarah terus memalingkan wajahnya.

“Dari kemarin kamu belum makan, Sar. Aku mohon tolong makan, sedikit aja.” Sena kembali menyuapkan bubur ke mulut Sarah tapi gadis itu enggan memakannya.

“Kalau aku gak mau ya jangan maksa!”

Untuk pertama kalinya Sarah membentaknya, membuat Sena sangat terkejut.

“Tapi perut kamu belum keisi apapun. Makan dikit ya...”

Pranggg

Sarah menangkis bubur ayam tersebut hingga berceceran di lantai.

“Lebih baik kamu pergi dari sini! Aku muak lihat wajah kamu! Pergi! Pergi!” Sarah mulai histeris seraya melempar barang-barang di sekitarnya.

“Pergi brengsek!” Dia terus melempar barang-barang. “Aku muak melihatmu!”

Dug

Kepala Sena mendadak pening saat kepalanya terkena lemparan vas, darah segar mulai keluar menetesi bajunya. Kepalanya mendongak untuk melihat wajah istrinya, hatinya terasa sangat sakit saat tak melihat raut kekhawatiran diwajah itu.

Anita dan beberapa suster masuk ke dalam ruangan itu untuk menenangkan Sarah.

“Sarah, hentikan, Nak!” Anita memeluk tubuh putrinya agar anaknya itu tenang.

“Pergi! Jangan temui aku lagi!” Sarah masih terus histeris.

“Suruh laki-laki itu pergi, Ma! Aku gak mau melihatnya...”

Sakit. Itulah yang dirasakan Sena saat Sarah mengusirnya.

Suster menyuntikkan obat penenang ke infus Sarah. Setelah beberapa saat akhirnya Sarah mulai tenang dan akhirnya tertidur.

Anita mendekati Sena. “Sena.” Panggilnya. “Itu kenening kamu berdarah, ayo kita obati dulu.”

“Gak usah, Ma. Ini gak papa kok.”

“Gak papa gimana, itu lukanya lebar banget lho. Ayo kita ke UGD dulu.”

Anita membawa Sena ke UGD untuk diobati, mau tak mau Sena menuruti perintah ibu mertuanya.

“Sheila sudah mengakui semuanya.” Sena menatap ibu mertuanya bingung. “Dia bilang tentang perasaannya dan bagaimana hubungan kalian selama ini.”

Anita terlihat menahan air matanya. “Mama gak tau harus bagaimana, Sen. Sheila dan Sarah sama-sama putri Mama. Mama gak bisa memilih salah satu diantara mereka.”

“Maafin Sena, Ma. Senalah awal mula semua ini...”

Anita hanya bisa menangis.

“Maafin Sena, Ma. Sena sudah membuat semuanya hancur...”

***

Ada tiga orang yang Sarah benci saat ini, yang pertama adalah papanya yang sudah membuatnya keguguran.  Yang kedua adalah Sheila, kakak yang sangat dia percayai tapi ternyata mengkhianatinya. Dan yang ketiga adalah Sena, suami yang sangat dia cintai tapi ternyata tidak mencintainya.

Tiga orang inilah yang paling tidak ingin dia temui sekarang dan entah sampai kapan.

“Sarah...” Lagi-lagi laki-laki itu datang dan membuat moodnya hancur.

“Tadi waktu mau ke sini aku lihat ada boneka dan saat aku lihat boneka ini, aku keinget kamu. Lihat deh, Sar, bonekanya mirip banget sama kamu.”

Sarah sudah tidak tertarik lagi dengan apa yang Sena lakukan.

Melihat keacuhan Sarah membuat senyum dibibir Sena memudar. “Bonekanya aku taruh di nakas ya, Sar.”

Tanpa sadar air mata Sarah kembali mengalir kala mengingat calon buah hatinya.

Mendengar istrinya terisak membuat Sena khawatir. “Sar, kamu kenapa?”

Sarah tak menjawab, tangisnya semakin kencang.

Sena tau apa yang dipikirkan istrinya itu, perlahan air mata juga menetas dari matanya.

“Sar... Aku tau aku salah, tapi tolong dengarkan penjelasanku dulu. Akan aku jelaskan semuanya...”

Sarah menatap Sena penuh amarah. “Menjelaskan apa?! Apa yang perlu diperjelas?!”

“Semua gak seperti yang kamu lihat, aku dan Sheila hanya-“

“Hanya apa? Hanya berciuman? Aku gak buta, aku bisa lihat bagaimana kamu menciumnya malam itu, Sen!”

Sarah mengambil boneka yang dibawa Sena. “Aku gak butuh ini!” Dia melempar boneka itu dan mengenai seseorang yang baru membuka pintu.

Sheila yang baru membuka pintu langsung disuguhi oleh boneka yang dilempar dan mengenai kepalanya.

“Sheila.” Sena tidak habis pikir kenapa Sheila muncul disaat-saat seperti ini.

“Wah, ini dia pemeran utama kita!” Sarah tersenyum miring. “Lihat, Sen, gadis yang kamu cintai ada di sini!”

Tangan Sheila gemetar mendengar suara Sarah yang menggelegar.

“Mau apa kamu datang ke sini, Sheil? Mau menjemput Sena dan mengajaknya kawin lari, iya?!”

Mata Sheila sudah berkaca-kaca.

“Tidak usah kawin lari, Sheil. Sekarang saja ambil dia dan menikahlah di hadapanku! Ambil laki-laki pengkhianat ini, Sheil!”

“Sarah!” Sena sungguh terluka dengan perkataan Sarah.

“Apa?! Kamu gak terima aku ngomong kayak gitu?!”

“Sar, Sena gak salah. Kakak yang salah kar-“

“Wah! Kamu mencoba membela kekasihmu, Sheil?” Sarah tertawa sumbang. “Lihat, Sen. Sepertinya Sheila sangat mencintaimu hingga dia mau membelamu!”

“Sarah...” Sena tidak tau lagi harus melakukan apa untuk menenangkan istrinya.

Kemudian Sarah kembali menangis. “Puas kalian lihat aku menderita kayak gini? Menurut kalian aku ini lelucon? Hah?!”

Sheila mencoba mendekat, ingin memeluk adiknya. “Sarah, Kakak minta maaf...”

“Jangan minta maaf karena aku gak akan pernah maafin kalian!”

Sheila hanya bisa menangis.

“Pergi kalian berdua dari sini, aku gak sudi lihat wajah kalaian! Pergi!”

“Ada apa ini?!” Anita yang baru datang terkejut melihat putri sulungnya ada di sini.

“Sheila, kamu ngapain di sini?!” bentak Anita.

“Ma, aku mau jenguk Sarah...”

“Udah Mama bilang jangan ke sini kamu tetep ngeyel! Adik kamu ini masih butuh perawatan!”

“Ma...”

“Sena, bawa Sheila pergi dari sini! Cepat!”

Sena akhirnya membawa Sheila keluar dari ruangan itu.

“Mama, mereka jahat! Mereka jahat...”

Anita memeluk putrinya yang menangis. “Sssttt... Mama di sini, Nak. Mama di sini.”

Saat ini Sena dan Sheila tengah duduk di taman rumah sakit.

“Maafin aku, Sen. Aku benar-benar minta maaf...”

“Ini semua salah kita berdua. Seandainya kita gak egois, semua ini pasti gak akan terjadi.”

“Aku benar-benar kakak yang buruk...”

Kedua orang itu hanya bisa terdiam menyesali semuanya.

***

Suara langkah kaki menggema di sebuah lorong, kaki tersebut dengan tergesa-gesa masuk ke dalam ruang rawat seseorang. Mata orang itu menatap cucu kesayangannya yang tengah melamun.

“Sarah.”

Mendengar namanya dipanggil membaut Sarah menoleh, matanya mulai kembali mengabur. “Eyang...”

Hartini, wanita tua itu langsung memeluk cucu kesayangannya. “Eyang di sini. Nduk.”

“Sakit, Eyang. Rasanya sakit...”

Sebenarnya Hartini sudah mendengar kabar tentang Sarah sejak beberapa hari lalu, tapi dia baru bisa menjenguk hari ini karena beberapa hari belakangan dia sedang berada di Australia mengurus sesuatu yang penting.

“Aku ingin bercerai, Eyang. Aku gak bisa lagi bersama dia.”

“Tenang, Nduk. Eyang akan mengurus semuanya untuk kamu. Segeralah pulih dan Eyang akan membawamu pergi.”

Sarah menatap Hartini. “Eyang...”

“Eyang tidak ingin kamu berada di antara orang-orang jahat itu.”

Sarah memeluk Hartini dan menumpahkan air matanya didada wanita tua itu.

***

Sebuah mobil alphard berhenti di halaman rumah Wira Pakubuono. Wanita tua yang duduk di bangku penumpang segera turun, bodyguard yang berada di belakangnya segera membuka pintu utama.

“Wira!” teriakan Hartini menggelegar diseluruh penjuru rumah. Semua orang yang ada di rumah itu segera turun.

“Mama.”

Hartini berjalan ke arah putranya itu dan kemudian menamparnya dengan sangat keras.

Plakkk

“Berani-beraninya kamu menyentuh cucuku!”

Jika sudah begini tidak akan ada yang berani menentang Hartini, sang pemimpin klan Pakubuono.

“Ma, aku menyesal. Aku menyesal...”

“Penyesalanmu sudah tidak ada gunanya. Hidup Sarah sudah hancur!”

“Dan kamu Sheila!” Hartini menunjuk wajah Sheila. “Apa menurutmu kamu masih pantas dipanggil kakak setelah apa yang kamu lakukan pada adikmu? Hah!”

Sheila hanya bisa menangis.

“Jika kamu menyukai laki-laki itu, kenapa kamu memberikannya pada Sarah? Kamu ingin disebut malaikat, iya?”

“Jika kamu menyukai laki-laki itu kenapa tidak kamu saja yang menikahinya? Kenapa kamu harus memohon pada laki-laki itu untuk menikahi Sarah?”

“Kenapa kamu harus memohon kepadanya untuk menikahi adikmu jika pada akhirnya kamu ingin merebutnya kembali!”

Tubuh Sheila luruh ke lantai. “Aku menyesal Eyang, aku menyesal...”

Hartini melihat putra dan cucunya bergantian. “Apa penyesalan kalian bisa mengembalikan semuanya? Apa semuanya bisa kembali utuh jika kalian menyesal? Apa calon anak Sarah bisa kembali hidup jika kalian menyesal?!”

Hartini membungkuk untuk menatap wajah Sheila. “Kamu ingin menikahinya, kan? Kamu ingin memilikinya kembali, kan? Akan Eyang lakukan itu untukmu, Sheila.”

Hartini kembali berdiri, mendongakkan kepalanya dengan angkuh.

“Aku akan segera mengurus surat cerai Sarah dengan laki-laki itu.”

Semua orang menatap Hartini terkejut.

“Eyang!” seru Sheila.

“Kenapa Sheila? Bukankah ini yang kamu mau? Eyang akan menuruti keinginanmu dan keinginan adikmu secara bersamaan, tidak ada pilih kasih.”

Sheila menangis pilu. Ia tau maksud eyangnya. Eyangnya melakukan itu semua semata-mata untuk membuatnya tambah menyesal. Ia akan mengingat momen ini, momen saat dia menghancurkan sang adik.

Eyangnya akan menikahkannya dengan Sena agar dia selalu ingat bagaimana kejamnya dia menghancurkan hidup sang adik demi memenuhi egonya.

“Aku minta maaf, Eyang...”

“Ini sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Aku sudah menyuruh asisten pribadiku untuk mengurus perceraian mereka berdua.”

“Mama!” Anita bersimpuh di bawah kaki ibu mertuanya. “Tolong jangan lakukan ini kepada anak-anakku, Ma. Aku mohon...”

Hartini tidak mengindahkan permohonan menantunya.

“Aku juga akan membawa Sarah pergi. Dia tidak pantas hidup bersama orang-orang yang sudah menyakitinya!”

Wita memeluk kaki ibunya. “Jangan bawa anakku pergi, Ma. Aku mohon.”

“Lepaskan!” Hartini menunduk menatap wajah putranya. “Jangan memohon pada Mama, Wira!”

“Keputusan Mama sudah bulat!” Hartin barupun pergi dari rumah itu, meninggalkan semua orang yang menangis.

***

Hari ini Sena kembali ke rumah sakit setelah kemarin tidak datang karena takut Sarah kembali histeris. Saat membuka pintu kamar dahinya mengerut karena ruangan ini telah kosong.

Apa Sarah sudah pulang? Pikirnya.

Sena bertanya ke bagian informasi untuk menanyakan keberadaan Sarah dan benar gadis itu sudah pulang sejak kemarin. Sebenarnya Sena sedikit kebingungan kenapa dia tidak dikabari perihal istrinya yang sudah pulang.

Tak ingin membuang waktu Sena segera menuju rumah mertuanya untuk menjemput istrinya. Dua puluh menit kemudian dia sampai di kediaman Pakubuono, dia tekuk pintu besar itu.

Tok tok tok

Saat pintu terbuka dia melihat ibu mertuanya yang terlihat kacau.

“Mama! Mama kenapa?”

Mata Anita terlihat kosong. “Sena...”

“Ada apa, Ma?”

“Sarah...”

“Ada apa, Ma? Sarah kenapa?”

Tubuh Anita luruh ke lantai, dia menangis sejadi-jadinya. “Sarah...”

Jantung Sena berdegup kencang, takut sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya.

“Ada apa dengan Sarah, Ma?”

Dari kejauhan Sena melihat nenek Sarah, diikuti beberapa bodyguard yang berjalan di belakangnya.

“Kamu di sini?” Kata Hartini.

“Eyang.”

“Kebetulan kamu ada di sini, jadi aku tidak perlu repot-repot datang ke rumahmu.”

Bulu kuduk Sena merenang melihat aura nenek Sarah. Meskipun sudah tua tapi auranya sangat mendominasi, membuat Sena takut.

“Ceraikan Sarah.”

Deg

“Apa maksud Eyang?”

“Apa kamu tuli? Ceraikan Sarah!”

Sena menggeleng. “Apa hak Eyang menyuruhku menceraikan Sarah?!”

“Karena dia cucuku!”

“Tapi dia istriku!”

Semua orang keluar kala mendengar perdebatan antara Sena dengan Hartini.

“Tapi kamu tidak bisa membahagiakannya!”

Skakmat!

Sena langsung terdiam.

“Terserah apa kata Eyang. Aku tidak akan menceraikan Sarah!” Sena masuk ke dalam rumah mencari Sarah.

“Sarah! Sarah di mana kamu, ayo kita pulang!” teriak Sena.

“Sarah, ayo kita pulang!”

“Sena,” Sena menoleh ketika Sheila memanggilnya, dapat dia lihat ada rasa bersalah dibola matanya. “Sarah sudah tidak ada...”

Apa maksudnya tidak ada?

“Apa maksud kamu?”

“Sarah sudah pergi, Sen...” jawab Wira yang juga tak kalah sedihnya.

Ada apa ini sebenarnya?

“Ada apa ini! Ini bukan lelucon!”

“Sarah! Sarah!” Sena kembali meneriakkan nama istrinya.

Dia naik ke kamar Sarah tapi tak mendapati gadis itu di sana, malah barang-barang istrinya sudah tidak ada di tempatnya. Dia juga membuka lemari tapi tak menemukan baju-baju milik Sarah.

Jantungnya berdetak kencang.

Dia turun kembali ke bawah.

“Di mana Sarah?! Di mana istriku?!” teriak Sena marah.

“Dia sudah pergi.” Jawab Hartini enteng.

“Apa maksud Eyang? Tolong beri tau aku di mana istriku.”

“Untuk apa? Agar kamu bisa menyakitinya lagi?”

“Jangan pernah mencari Sarah lagi karena kalian akan segera bercerai.” ucap Hartini lagi.

“Apa hak Eyang berkata seperti itu?! Aku suaminya! Aku yang berhak menentukan bercerai atau tidak dan aku mempunyai hak penuh atas Sarah!”

Hartini tertawa. “Sudahlah Sena, jangan buang-buang tenagamu. Cukup diam dan terima surat cerainya nanti.”

“Sudah berapa kali aku bilang kalau aku tidak akan menceraikan Sarah!” Habis sudah kesabaran Sena.

Air mata menggenang dipelupuk matanya, tubuhnya merosot ke lantai, bersimpuh di bawah kaki Hartini.

“Tolong kembalikan istriku, Eyang... Tolong kembalikan Sarah, istriku...”

“Sudah terlambat, kamu tidak akan pernah menemukannya!”

Sena menautkan kedua tangannya, memohon pada Hartini. “Aku mohon, Eyang...”

“Jangan buang-buang tenaga dan air matamu. Karena selama aku masih hidup, kamu tidak akan pernah bisa bertemu dengan Sarah.”




26 Mei 2023

Continue Reading

You'll Also Like

13K 497 31
NOVEL TERJEMAHAN Penulis: Qing Xi Jenis: perjalanan waktu dan kelahiran kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 15-01-2024 Bab terbaru: Teks utam...
594K 57K 127
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
156K 21.6K 29
Pernahkah kalian membayangkan jika seorang Prajurit Manusia Terkuat itu memiliki adik perempuan? Ya, adik kandung. Bukan adik tiri apalagi adik pung...
2.9K 447 19
Laki laki yang cintanya habis di masa lalu dipertemukan dengan wanita yang nggak percaya cinta dan bahkan punya kenangan buruk tentang sebuah pernika...