My Flower Girl

By HaderKim

72K 11.1K 9.4K

Kang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu... More

00
01 : Lengkara
02 : Ladang
03 : Rumah
04 : Perkelahian
05 : Tanggungan
06 : Peraturan
07 : Sarapan
08 : Lelap
09 : Celaka
10 : Tertipu
11 : Pelukan
12 : Kecupan
13 : Lilin Gairah
14 : Tersembunyi
15 : Pengaman
16 : Hukuman
17 : Tidur Bersama
18 : Tingkah Si Rubah
19 : Kencan Singkat
20 : Sakit Yang Manis
21 : Kendali ⚠️
22 : Cemburu
23 : Kutu
24 : Cemburu Diam-Diam
25 : Denial
26 : Merayu Manis
27 : Pujian Untuk Istri
28 : Hadiah Untuk Istri
29 : Sebuah Janji
Spoiler 1
Ebook Pre-Order
Ebook

30 : Pelajaran Pertama ⚠️

3.2K 383 343
By HaderKim


"Tuan mau melepasnya untukku?"

"Kenapa tidak?"

Soojae mencondongkan tubuh, sementara kedua tangannya menekan perut Dante yang keras dan padat di balik setelan piyama gelap.

"Tuan benar-benar ingin melihatku telanjang?"

"Hm ...."

Soojae tertawa polos ketika Dante meraba-raba ujung gaun tidurnya, kemudian menariknya ke atas.

"Baiklah, tapi aku belum tahu harus melakukan apa setelahnya."

"Kau akan belajar dariku."

"Seperti yang Tuan janjikan?"

"Hm ...."

Sambil mengatakannya, Dante menarik gaun itu ke atas melalui lubang kepala. Soojae duduk dengan patuh dan senyumnya polos ketika gaun itu akhirnya dilempar jatuh ke kaki ranjang.

"Aku sudah telanjang sekarang!"

Payudara Soojae yang sintal dan lembut menyambut Dante di bawah cahaya kamar yang temaram. Soojae duduk di atas pangkuannya hanya bermodal celana dalam minim berwarna putih motif bunga. Bagaimana cara gadis itu menatapnya, atau saat dadanya naik turun dengan manis di hadapannya nyaris membuat Dante tak bisa menahan diri untuk tidak berbuat lebih.

"Tidak ada pujian untukku?"

Mata Dante semakin sayu.

"Kau punya tubuh yang indah."

"Tuan juga indah!"

"Sayang sekali kalau aku tak memanfaatkan tubuh indahmu untuk kepuasanku. Begitu 'kan maksudmu?"

"Ya! Ya, itulah yang kumau."

Dante membelai rambut Soojae yang tergerai di sekeliling bahunya bagai tirai mutiara hitam, rambut sehatnya membelai kulit Soojae sama halus seperti Dante menyentuh gadis itu.

"Aku sebenarnya bukan tipe pria yang suka berbasa-basi."

Dante mengarahkan tangannya pada pinggul Soojae, ibu jarinya membelai lembut.

"Aku mencium, melucuti pakaian dan bercinta. Aku tidak punya waktu untuk mengajari gadis perawan. Bahkan Haneul pun bisa melakukannya sendiri."

"Benarkah, apa itu artinya nyonya pertama tidak perawan?"

Pertanyaan Soojae membuat Dante tersenyum.

"Menurutmu bagaimana?"

Soojae memainkan kancing piyama Dante, ia menggeleng.

"Aku tidak yakin, tapi bagaimana denganku?"

"Hm?"

"Bagaimana kalau aku juga tidak perawan?"

Dante akhirnya mau menatap mata Soojae.

"Tidak masalah, aku sendiri sudah punya anak." Dante menggantung ucapannya sesaat, "tapi aku tahu kau belum tersentuh. Kau gadis yang berbeda, Soojae."

"Aku berbeda?"

Dante menangkup tengkuk Soojae.

"Ya, satu hal yang membuatku ragu setiap kali ingin menyentuhmu."

Soojae mengikuti tekanan tangan Dante di tengkuknya sampai ia merasakan lumatan   yang lembut di bibir, kemudian berubah jadi kecupan-kecupan singkat dan berakhir menjadi ciuman yang menuntut.

"Ah! Aku suka ...." Soojae tersipu saat diberi kesempatan untuk menarik napas, dadanya yang telanjang bergesekkan dengan bahan pakaian yang dikenakan Dante.

"Kau menyukai ciumanku?"

"Aku suka semua yang Tuan lakukan padaku."

"Padahal aku berniat memanfaatkanmu?"

"Tidak masalah, aku mau."

Dante menyusurkan telapak tangan di punggung Soojae, menyentuh deret permukaan tulang belakang yang membuatnya begitu rapuh. Soojae sangat mungil, tapi tatapan matanya penuh akan rasa ingin tahu, tantangan dan juga keberanian. Dante tak pernah tahu kalau gadis polos bisa mengeluarkan undangan seksual yang jauh lebih kuat daripada pelacur profesional.

"Aku tidak berniat melakukannya malam ini, tapi aku akan memberimu pengalaman baru."

"Tuan akan mengajariku apa?"

"Rasanya mendapat klimaks pertama."

"Sepertinya asik."

"Hanya wanita yang sudah dewasa yang bisa melakukannya."

Mula-mula Dante menekan ciumannya di leher Soojae, lalu turun ke bahu, bergeser menuju rahang sebelum bergerak membuat gigitan kecil di daun telinga. Soojae terkikik saat Dante menciumnya di sana, geli karena kumis dan bakal janggut pria itu menusuk-nusuk kulitnya.

"Aku tidak yakin bisa bersikap lembut padamu."

Dante menangkup pipi Soojae sebelum menciumnya kembali, Soojae secara otomatis membuka mulut. Dante menyapu bagian basah yang lembut itu dengan miliknya untuk mencecap rasa sang istri lebih banyak. Mereka rupanya sama-sama menyukai hal intim itu melebihi yang sebelumnya, setiap ciuman menjadi semakin dalam, dan liar, dan juga panas.

Saat Dante menyapukan ibu jarinya di puncak dada Soojae yang mungil, gadis itu terkesiap dan napasnya mulai tak beraturan.

"Kau suka?"

"Suka ...."

Soojae mengangguk dengan mata sayu. Ia menyodorkan diri lebih dekat supaya Dante melakukan lebih, gadis polos ini punya dorongan alamiah sebagai wanita dewasa. Dia belajar dengan cepat, meniru Dante yang saat ini dijadikannya sebagai guru.

"Tuan?

"Hmm ...."

Tangan Dante menangkup payudara Soojae yang penuh, ia bergairah sekali sampai-sampai napasnya memberat. Beruntung sekali Dante bisa bersikap lebih waras untuk tidak melakukannya dengan gegabah.

"Aku mau yang seperti waktu itu."

"Seperti apa?"

"Mulut Tuan memakannya seperti es krim."

Soojae tersipu, pipinya merona di balik bayang-bayang kegelapan. Ia membungkuk lebih dekat, satu tangannya bertumpu pada kepala ranjang, satunya berada di bahu sang suami.

Dante menengadah untuk melihat senyum Soojae yang beberapa inci berada di atasnya. Soojae jelas-jelas menyodorkan diri pada Dante, betapa pun sikap polosnya tersebut membuat darah-darah di nadi Dante menggelegak oleh keganasan gairah.

"Aku menantangmu untuk tidak bersuara."

"Oke, aku sudah siap." Soojae membuat isyarat dengan tangan kalau ia akan mengunci mulut, sikapnya tersebut membuat Dante semakin keras di bawah sana.

"Kalau kau bersuara, aku akan memukul bokongmu."

Kemudian ia meraup payudara gadis itu dengan mulut. Soojae terkesiap hebat, lengan-lengannya langsung lemas karena tak mengira akan mendapat efek besar dari serangan itu.

"Mmhhh ...."

Dante membuka mulutnya lebar-lebar, di dalam sana lidahnya membelai, mulutnya menyesap, menekan, menggigit gemas. Soojae bernapas cepat, dadanya naik turun dan akhirnya tak bisa menahan mulutnya untuk bersuara.

"Kau kalah, aku akan menghukummu nanti."

Soojae menggeliat gelisah, dadanya dibusungkan ke depan supaya ketika Dante menyentuh lagi, pria itu bisa meraup payudaranya lebih banyak.

"Uh! Tuan, kau harus bersikap adil."

"Adil?"

Soojae menunjuk dada kirinya, "Ini ... Tuan lebih banyak main di sebelah kanan. Tuan harus adil."

Dante membenamkan kelima jarinya di pinggul Soojae untuk mencegahnya membanting gadis itu ke kasur sebelum mendapatkan perlakuan yang lebih vulgar. Ia merengut, tapi bukan pada Soojae, tapi pada diri sendiri karena takjub masih memiliki kendali sekuat itu setelah bertahun-tahun tak melakukan seks.

"Jadi aku harus bersikap adil?"

"Iya, Tuan harus mencintai mereka sama rata."

Dante menghela napas dengan gemetar.

"Baiklah."

Soojae tersenyum sayu.

"Sejak hari itu, puncak dadaku selalu keras setiap kali berdekatan dengan Tuan. Itukah yang disebut orang dewasa sebagai gairah?"

"Begitulah."

"Jadi sekarang Tuan juga sedang bergairah?"

Dante memahami maksud dari ucapan Soojae. Tentu saja si cantik itu merasakan kejantanan Dante menjadi sekeras batu di bawah bokongnya.

"Haruskah aku memakannya juga seperti Tuan menyusu padaku?"

Dante tertawa.

"Tidak, kau belum cukup untuk melakukannya."

"Memangnya kenapa?"

"Nanti kau menangis."

"Aku bukan gadis cengeng lagi!"

"Oh, ya?"

"Sungguh, sekarang aku sudah bukan gadis lagi. Aku seorang wanita."

"Belum, Soojae. Kau belum menjadi wanita seutuhnya."

Setelah mengatakan hal demikian, Dante memerintahkan Soojae untuk duduk membelakangi sehingga ia bisa memeluk gadis itu dengan nyaman. Soojae patuh-patuh saja, ia nampak bersemangat menerima pelajaran pertamanya sebagai gadis berumur 20 tahun.

"Lebarkan pahamu."

Soojae melebarkan pahanya dengan polos.

"Seperti ini?"

"Ya," kata Dante serak. Punggung tangannya menyapu bagian dalam paha Soojae sebelum turun ke lembah lembut yang menunggunya.

"Tuan?"

"Hm ...."

"Tuan mau apa?"

"Memberimu pengalaman pertama."

Soojae pernah berada di posisi itu, dulu sekali saat Gavin membujuknya di kebun. Tangan Gavin masuk ke dalam roknya, menari-nari di luar celana dalam dan belum terjadi apa-apa saat seorang mandor datang untuk memeriksa kebun. Karena tak mau terlibat masalah dengan sang ayah, Gavin langsung melepaskannya seakan tak pernah terjadi apa-apa.

"Satu jari untuk pertama kurasa cukup untukmu."

Dante memasukkan dua jari ke mulut sebelum mengarahkannya ke bawah, diselipkannya ke celana dalam Soojae, mendapati rambut-rambut halus di sana, itu saja sudah mengingatkan Dante kalau Soojae benar-benar sudah dewasa dan boleh disentuh. Kemudian jemarinya menyentuh lipatan diri Soojae yang lembab. Gadis itu melenguh.

"Seperti apa rasanya?"

Soojae mendongak untuk menatap wajah Dante, alisnya mengerut tapi sorot matanya menunjukkan rasa penasaran.

"Basah."

"Basah?"

"Rasanya jadi basah."

"Apakah aku menyakitimu?"

"Tidak."

"Katakan saja kalau aku menyakitimu."

"Aku percaya Tuan tidak akan menyakitiku."

Kemudian kepala Soojae menunduk, rambutnya terjuntai menyapu payudaranya. Kamar yang temaram itu menyamarkan gambaran tangan Dante di tubuhnya, tetapi Soojae bisa dengan jelas merasakan sentuhan pria itu di sana. Mengusapnya di tempat yang paling lembab, menekan titik sensitif, tempat yang baru Soojae sadari bisa memberikan sensasi nikmat seperti itu.

"Kau lembut dan basah, dan juga responsif."

Soojae terengah, satu tangannya memegang tangan Dante yang tengah bermain-main. Pahanya dibuka lebar-lebar sehingga Dante bisa menyentuhnya dengan leluasa. Tidak ada sedikit pun rasa malu, hanya gairah dan rasa penasaran yang membucah.

"Tuan?"

"Tutup matamu."

"Kenapa?"

"Tutup saja."

"Tidak mau! Aku lebih suka melihat wajah Tuan daripada melihat kegelapan."

"Aku tidak akan memaksa."

Soojae menyandarkan tubuh sepenuhnya pada sang suami, kepalanya mendongak untuk menatap Dante dari bawah. Ketenangan Soojae hanya bertahan selama beberapa detik sebelum merasakan sesuatu menembusnya. Sesuatu yang panjang dan keras, jari tangan Dante berada di dalam tubuhnya, menjajal, menekan ke dalam.

Alis Soojae saling bertautan.

"Sakit?"

Gadis itu menggeleng, tapi rasanya tidak nyaman. Panas sekali di bawah sana, rasanya Soojae seperti meleleh.

"Bagaimana kalau ini?"

Dante mulai membuat gerakan keluar masuk. Soojae mengerut, tak bisa menyembunyikan reaksi tubuh yang tegang. Respon yang akan didapat seorang pria terhadap gadis perawan.

"Bernapaslah dengan mulutmu."

"Tuan ...."

"Kau sangat sempit."

Soojae bergerak-gerak gelisah, mulutnya membuka dan wajahnya merah padam.

Dante tidak bisa melihat rona di wajah Soojae karena suasana kamar temaram dan juga kabut yang menggelapkan pandangan matanya.

Membayangkan akan seperti apa rasanya jika miliknya dijepit oleh Soojae? Bahkan jari Dante pun rasanya sulit mendesak masuk. Apakah ia bisa melakukannya nanti? Rasanya pasti akan sakit untuk Soojae, mengingat  ukuran miliknya ...

"T-tuan ... a-ah! Aku mau pipis!"

Soojae gemetaran, kepalanya mendongak dan mulutnya terbuka untuk menarik napas cepat. Dante membungkuk untuk mencium gadis itu, mereka bertukar saliva, bertukar napas.

Gairah nyaris mendobrak akal sehat, setiap senti tubuh Dante menjadi perapian dan gerakkan tangannya di pusat tubuh Soojae mulai tak beraturan. Saat tubuh gadis itu melengkung dengan manisnya dan pekik Soojae terdengar lantang, saat itu Dante telah berhasil membuat si hawa merasakan puncak gairah pertamanya.

"Kau baik-baik saja?"

Soojae masih tersengal, kedua pahanya gemetar, pusat tubuhnya berdenyut-denyut panas dan tangan Dante masih di sana untuk menyentuhnya lagi.

"Aku ... tidak tahu itu apa."

"Itulah yang dilakukan pria dan wanita untuk menghasilkan keturunan."

"Jadi, supaya aku hamil. Aku harus bercinta dengan jari Tuan?"

Dante nyaris tersedak oleh air ludahnya sendiri. Ia menunduk menatap wajah Soojae yang mulai basah oleh keringat.

"Kau akan bercinta denganku, bukan dengan jariku atau lainnya." Dante menyapukan tangannya kembali ke lipatan Soojae yang lembab, membuat gerakan memutar di permukaan. Sentuhan ringan itu membuat Soojae menahan napas, matanya terbuka sayu dan bersandar lemas.

"Lagi?"

"Lagi."

Dante menahan senyum saat Soojae berusaha menahan pergerakkan tangannya di bawah sana, ia menggeleng-geleng merasakan dorongan gairah sampai kalap.

"Tidak ... tidak jangan .... mmpss!"

Sebelum Soojae menyelesaikan desahnya, mulut Dante sudah menutupi mulut gadis itu. Dalam sekejap Dante kembali membawa Soojae ke atas langit. Tubuh gadis itu melengkung, pahanya bergetar, tangan-tangannya mencengkram selimut sebelum terjatuh lemas dalam pelukan Dante, yang telah dengan bangga berhasil membuat Soojae mencapai klimaks sehebat itu.

"Soojae, kau baik-baik saja?"

"Iya."

Soojae menjawab dengan terisak. Rasa menang Dante berubah menjadi kekhawatiran. Pria itu cepat-cepat membalik Soojae agar menghadapnya.

"Kenapa menangis? Apakah aku menyakitimu?"

Soojae menggeleng, ia melingkarkan tangan ke sekeliling leher Dante erat-erat sambil terus terisak kecil.

"Soojae?"

Dante membelai punggung rapuh itu.

"Jawab aku, Sayang."

Soojae menggeleng manja, ia membenamkan wajahnya dalam-dalam ke lekuk leher sang suami.

"Baiklah, kalau kau terus menangis seperti ini. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu padamu lagi."

Soojae melepaskan pelukannya. Ia menatap langsung ke wajah Dante, memperlihatkan mata sembab dan bibir bengkak mencebik.

"Jangan! Aku suka!"

"Lalu, mengapa kau menangis?"

"Karena rasanya enak! Aku senang sekali, makanya menangis."

"Kau membuatku cemas."

Mata Soojae kembali berkaca-kaca. "Aku tidak tahu kalau tubuh manusia bisa mengalami hal aneh seperti itu, tapi aku suka."

"Kau baru tahu sedikit tentang itu."

Soojae mengangkat tubuhnya sedikit, lalu menyentuh pusat tubuhnya yang sangat basah sampai menembus celana dalam.

"Aku mengompol, ya?"

"Tidak."

"Tapi ini jauh lebih ... basah?"

"Itu normal."

"Bolehkah aku memintanya lagi?"

"Ya."

Dante memejamkan mata saat Soojae menangkup wajahnya, memiringkan kepala untuk memberikan ciuman manis, teknik itu dipelajarinya dari sang pria, yang kini memutuskan untuk menempatkan tangan di bokong Soojae, meremasnya saat si gadis menjauhkan wajah, tertawa pelan karena isi kepalanya sendiri dan kembali menjadikan setiap senti wajah Dante sebagai sasaran ciuman yang kekanakan.

Setelah puas bermain-main dengan Dante, puas menghadiahi ciuman bertubi-tubi. Soojae memeluk leher Dante, bersandar sepenuhnya karena kehabisan tenaga.

"Aku lelah."

Gadis itu menguap kecil, senyum di bibirnya murni hadir karena rasa bangga.

"Tidurlah."

"Boleh aku minta Popo?"

Dante menjauhkan wajah sedikit untuk memberikan ciuman di pipi Soojae, lalu gadis itu mendesah senang.

"Sekarang aku sudah jadi wanita?"

"Belum sepenuhnya."

"Kapan aku bisa jadi wanita seutuhnya untuk Tuan?"

"Nanti, begitu kau benar-benar siap."

"Hm," Soojae bergumam, ia bergerak-gerak gelisah.

"Aku mau ke toilet dulu."

Lalu, tanpa memperhatikan tatapan Dante. Soojae menggeleser turun sambil melepaskan celana dalam. Dalam keadaan telanjang bulat, Soojae pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ketika kembali ke atas tempat tidur, gadis itu nyaris tak dapat membuka matanya.
Dengan perasaan campur aduk. Dante menunduk menatap wajah Soojae. Heran karena ia benar-benar telah keluar dari batas awal tempatnya berdiri.

Dante masih mencintai Haneul, dan ia terikat janji untuk tidak menyentuh Soojae. Ya, tapi kini semuanya telah berubah.

"Sekali lagi. Selamat ulang tahun, Soojae."

Dante merapatkan selimut ke tubuh Soojae sebelum bergabung ke dalamnya dengan gairah yang belum terpuaskan.

Tentu saja, Dante tidak akan bisa tidur malam ini. []

HaderKim/10/04/23

Ew, ternyata belum ada part emosi-emosi.

Sungguh di luar perkiraan, ternyata satu adegan aja bisa ngambil satu bab alias 2k words 🤣

Gimana sama part ini? Sorry kalau nganunya kurang hot, soale lagi mode Solehah 🗿

Continue Reading

You'll Also Like

45.8K 7.1K 38
Rahasia dibalik semuanya
56.3K 5K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
467K 46.8K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
45.2K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...