Pliss! Remember Me (END)

By anaknya-offgun

15K 1.4K 247

Bukan kah segala sesuatunya selalu berhubungan dengan garis takdir? Lalu kenapa saat semuanya yang sudah di t... More

prolog [PRM]
PRM 0
PRM 1
PRM 2
PRM 3
PRM 4
info
PRM 5
PRM 6
PENTING
PRM 7
PRM 8
PRM 9
PRM 10
PRM 11
PRM 12
PRM 13
PRM 14
Not update but, secret project
PRM 15
PRM 16
NEW FF
PRM 17
PRM 18
PRM 19
PRM 20
INFO ONESHOOT
PRM 21
PRM 22
PRM 23
PRM 24
PRM 25
PRM 26
PRM 28
WEDING DAY [END]

PRM 29

245 19 4
By anaknya-offgun

"Off!"

"Off Jumpol!"

Arm terus berlarian kesana kemari di Mansion Tay hanya untuk mencari Off. Tadi dia sudah ke Rumah Off, tapi Ayahnya bilang dia sedang rapat dengan Tay tentang masalah Perusahaan Adulkittiporm, tapi saat Off ke Kantor dia tidak menemukan bahkan salah satu dari keduanya, hingga Mansion Tay lah satu satunya tujuan terakhir Arm.

"OFFTA-" Belum sempat Arm menyelesaikan kalimatnya, Tay sudah lebih dulu muncul dari pembatas lantai 3 dengan keadaan yang acak acakkan. Mereka pasti sudah tidur, itulah yang dipikirkan Arm mengingat sekarang sudah pukul 12 Malam.

"Kenapa sih Arm? Sumpah deh ini tuh tengah malem Off juga udah tidur abis seharian nangis," sahut Tay sambil mengucek ngucek matanya yang masih kabur.

"Bangunin Tay, ini situasi yang gawat!" panik Arm mengingat situasi yang malam ini terjadi benar benar tidak terbanyangkan, yaitu tentang kondisi Gun yang tiba tiba menurun drastis dan di saat ini Off harus tahu apa yang terjadi pada Kekasihnya.

"Gila lo? Dia lagi cape banget, apa lagi tadi dia akhirnya dia dapetin lagi gelang Aniversery yang punya Gun," bantah Tay yang masih tidak mengetahui apa situasinya.

"OI SIALAN! GUN KRITIS!"

Tay terdiam sejenak, berusaha mencerna kalimat yang tiba tiba dia dengar barusan. Begitu dia berhasil mencernanya dia langsung berlari ke Kamar Off dan membangunkan Off. Sambil membangunkan Off dia sambil berpikir, apa yang mereka lewatkan hingga Gun kritis seperi itu karena selama ini mereka menjaga Gun dari jauh untuk memastikan tidak ada sesuatu yang membuatnya drop, tapi kini mereka justru mendapat kabar yang mengejutkan.

Off yang mendengar kabar tentang Gun-pun langsung bergegas merapikan bajunya dan mengambil dompet serta Hpnya. Dia bahkan tidak memperdulikan wajahnya yang masih kacau, dia langsung berlari ke bawah bersama dengan Tay yang mengikutinya.

Arm yang sedang menunggu dibawah sontak langsung ikut berlari ke luar begitu Off dan Tay sudah dekat dengannya. "Nanti kalian tunggu di parkiran dulu, gua bakal cari celah buat nyusupin kalian," ucap Arm yang diangguki oleh dua orang lainnya. Mengingat saat ini Off dan Tay sudah tidak ada hubungannya lagi dengan Gun yang dikenal sebagai White, maka Arm yang sebagai Sahabat White harus memanfaatkan iu mendapatkan celah yang bagus.

"Kenapa Gun bisa sampe kritis? Tadi pas kita ketemuan baik baik aja tuh, walau dia sedikit pucet karena abis terapi," tanya Off yang saat ini ketiganya berada di Mobil Arm.

"Gun selama makan malem megangin kepalanya bahkan katanya wajah Gun lebih pucet dari biasanya, makanya dia balik ke kamar duluan, tapi Maid yang emang ngurusin wilayah Gun tinggal justru nemuin Gun di depan pintu kamarnya dengan keadaan udah gak sadarkan diri dan ada darah yang keluar dari hidung dan kupingnya. Kejadian itu jelas membuat Tuan Patthiyakorn dan Chimom panik hebat dan langsung bawa Gun ke Rumah Sakit, Dugaan sementara Syaraf di Otak Gun rusak dan harusnya masuk Radiologi untuk pengecekkan lebih detail, tapi sayangnya kondisi Gun terlalu lemah buat dilakuin pemeriksaan,” jelas Arm yang membuat Off terdiam.

Tay dan Arm jelas tahu kalau perasaan dan pikiran Off saat ini sedang berkecamuk dan dilanda panik yang luar biasa. Tay menggengam tangan Off, berusaha menyalurkan rasa tenang walau dirinya juga sedang ketakutan. Mereka bertiga nungkin sama sama ketakutan, akan tetapi Off yang paling parah diantara ketiganya, dulu saat mereka mengira Natthanon adalah Gun Off bahkan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Kekasihnya sudah tiada dan kini dia tidak mau melihat mimpi buruk yang sama lagi, sudah cukup dia dan Gun dipisahkan seperti ini, dia tidak mau kehilangan Gun juga.

***

Suasana di ruang ICU saat ini benar benar kacau. Lebih dari 4 Dokter dan juga perwat terus keluar masuk dari Ruangan itu, mereka sama kacaunya seperti 3 Orang yang kini sedang duduk dan merasakan cemas yang begitu luar biasa. Claire bahkan berkali kali duduk dan diri untuk memastikaan keadaan calon Suaminya, tapi dia tidak mendapatkan hasil apapun karena Dokter saja belum selesai menangani White. Chimon bahkan tidak henti-hantinya menangisi sang Kakak, dia seakan kembali pada saat dimana dia membawa Kakaknya untuk pertama kalinya.

Ketiga Orang itu masih ingat dengan jelas bagaimana Dokter memberikan hipotesis sementara kalau Otak White sudah rusak, yang jadi permasalahan adalah Otak titik pusat dari segalanya, jika Otak White sudah rusak maka satu satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah menunggu Kematian White. Pada saat Otak berhenti berkerja maka Tubuh tidak lagi mendapat perintah yang cukup untuk melakukakan sesuatu, itu sudah cukup untuk disebut sebagai ‘mayad hidup’

Arm datang tergesa-gesa, dia datang seorang diri terlebih dahulu agar bisa membuat celah untuk Off dan Tay melihat keadaan Gun yang sudah mulai dibalut dengan berbagai macan Alat Medis. “Belum selesai juga?” tanya Arm mengingat dia sempat dikabari bagaimana kondisi Gun.

Tidak ada satupun yang menjawab karen pikiran mereka sedang kalut dan itu sudah cukup memberikan jawaban untuk Arm. Arm sedang melihat kondisi, memastikan apa yang bisa dia lakukan untuk mendapatkan celah dan membawa Off serta Tay kemari, hingga akhirnya dia melihat Chimon yang menangis dan Claire yang pucat pasi, itu akan dia gunakan untuk mengusir ketiga Orang itu.

“Sebaiknya kalian pulang dulu untuk membawa barang barang kalian dan White kemari, dari pada nanti kalian harus meninggalkan White saat dia sudah selesai di tangani dan tidak sempat mendengarkan penjelasan Dokter,” saran Arm yang mendapatkan respon berupa tatapan dari ketiganya.

“Bagaimana jika penanganan sudah selesai dan White sudah sadar tapi tidak melihat kita?” sahut Claire setelah sejak tadi diam membisu.

“Kalian taukan White sangat menyayangi kita, bisakah kalian bayangkan gimana White jadinya kalo pas dia sadar dia ngeliat kalian acak acakkan kaya gini? Udah pasti dia bakal nyalahin dirinya sendiri, kalian mau liat White kaya gitu?” Ketiga Orang itu terdiam sejenak untuk memikirkan perkataan Arm. Memang benar jika selama ini White akan selalu menyalahkan dirinya sendiri jika Orang orang tersayangnya kacau balau hanya karena mengkhawatirkannya.

“Itu benar, sebaiknya kita pulang dulu untuk beres beres juga bersih bersih, lagi pula disini Arm akan mengawasinya ya kan Arm?” tanya Tuan Patthiyakorn.

“Tentu saja, White itu Sahabat saya yang paling harus saya jaga,” jawab Arm dengan mantap dan berusaha menyakinkan ketiga Orang itu.

“Tapi White....”

“Claire, kau tidak perlu khawatir keadaan calon suamimu, dia anak yang kuat dan kita semua tau itukan? Lagi pula kau harus mengabarkan Orang tuamu kalau Pernikahan harus diundur,” ucap Tuan Patthiyakorn yang berusaha untuk menyakinkan calon Menantunya itu, biar bagaimanapun mereka punya hal yang harus mereka urus terlebih dahulu.

Akhirnya ketiga Orang itu memutuskan untuk pulang ke Rumahnya masing masing dengan perasaan yang masih kalut. Arm yang melihat itu lantas saja menelpon Tay setelah memastikan jika Orang itu sudah jauh dan tidak melihatnya lagi, dia menelpon untuk memberikan kabar dan memastikan apa tiga Orang itu sudah pergi dari Rumah Sakit atau belum, karena Arm memang sengaja meninggalkan dua Sahabanya di Parkiran.

“Mereka udah pergi dari sini, mereka udah pergi dari parkiran belum?” tanya Arm untuk memastikan kalau tidak ada satupun dari ketiga Orang itu yang melihat Tay ataupun Off mengunjungi Gun, apa lagi sampai saat ini Dokter belum juga menyelesaikan tugas mereka.

“Mereka baru sampe parkiran, eh tapi ini Orangnya ada berapa? Soalnya disini ada dua doang,” jawab Tay yang hanya melihat Claire dan Chimon saja.

“Ada satu lagi, Claire, Chimon, sama Tuan Patthiyakorn, kalo Tuan Patthiyakorn gak ada berarti dia ngurusin administrasi lain di resepsionis,” balas Arm sambil melihat tubuh Gun yang tiba tiba mengalami kejang.

“Tay, kalo nanti mereka udah pergi semua kalian kesininya lari, Gun kejang kejang dan situasinya makin runyem disini.” Peringatan itu tidak hanya sampai ke telinga Tay saja, tapi juga Off karena Tay menloud speaker panggilannya.

Mendengar Gun mengalami kejang tentu membuat Off semakin tidak tenang, rasanya dia ingin berlari ke dalam detik ini juga. Namun dia tidak bisa gegabah, karena jika sedikit saja dia melangkah maka Kekasihnya akan semakin jauh darinya.

“Arm, udah dulu. Tuan Patthiyakorn udah keluar kita mau siap siap kesana.” Tay tidak menunggu balasan dari Arm, dia segera memegang tangan Off untuk bersiap berlari begitu mereka semua sudah meninggalkan Rumah Sakit.

Begitu melihat mobil yang digunakan tiga Orang itu sudah keluar dari parkiran dan sudah jalan cukup jauh, mereka berdua langsung keluar dan berlari sambil mengunci mobil Arm. Off yang tadinya ada di genggaman Tay sini sudah terlepas dan lari dengan kecepatan penuh dengan perasaan khawatir yang mengebu gebu. Beberapa kali hampir menabrak Orang dan beberapa kali dia terjatuh pun tidak dia hiraukan, yang ada dipikirannya saat ini adalah keadaannya Kekasihnya. Biarlah saat ini Off menjadi egois, karena pada dasarnya Off tidak pernah merebut siapapun justru Claire lah yang merebut Gun darinya.

Begitu sampai di depan ruang ICU, Off kehabisan napas karena sibuk berlari-larian dengan kecepatan penuh. Arm yang melihat Off kesulitan bernapas pun langsung membawa Off agar dia bisa sedikit bernapas dengan teratur, dia lupa membeli air, sepertinya dia harus meninggalkannya untuk membeli air. Tidak lama setelah itu Tay datang dengan sama kacaunya, tapi itu jauh lebih baik dari kondisi Off.

“Tay gua nitip Off dulu, mau beli minum dulu gua,” ucap Arm yang dibalas anggukan oleh Tay.

Tay menarik tangan Off sekuat tenaga, berusaha menahan Off yang sudah ingin melihat Gun dari balik kaca besar disana padahal keadaan Off masih belum benar, bahkan wajahnya mulai membiru.

“Diem dulu Off, atur napas lo dulu baru liat keadaan Gun. Lo mulai kehabisan napas itu, jangan sampe lo juga masuk Rumah Sakit nanti lo gak bisa jenguk Gun lagi,” ancam Tay yang dituruti oleh Off.

Off mulai tenang dengan pernapasan yang mulai teratur dan wajahnya yang tadi membiru sudah mulai kembali normal lagi. Ketika Off sudah bisa bernapas normal lagi disaat itu juga Arm datang dengan membawa 3 botol Air Putih untuk mereka semua. Arm memberikan botol itu pada masing masing yang langsung diminum oleh mereka, biar bagaimanapun mereka abis berlari larian tadi.

Beberapa saat setelah mereka terjebak dari kecangungan yang cukup hebat akhirnya Dokter mulai meninggalkan ICU dan hanya menyisakan satu Dokter saja disana, yaitu Dokter Film yang merupakan atasan Dokter Milk. Mereka yang melihat itu tentu saja langsung bangun dan mengerumuni Dokter Film, sedangkan Dokter Film sibuk mencari keberadaan Tuan Patthiyakorn yang tadi sedang menunggunya.

“Maaf Dokter, jika anda mencari Tuan Pattthiyakorn maka jawabannya dia sedang pulang untuk mengurus beberapa hal dan mengambil beberapa hal, jadi saat ini saya adalah walinya,” tutur Arm yang memang sudah biasa menjadi wali Gun dalam situasi mendadak seperti ini.

“Oh baiklah. White mengidap banyak komplikasi dalam Tubuhnya, juga banyak hal serius terjadi pada Otaknya. Saya tidak tahu apa yang sebenernya terjadi hingga kondisinya seperti saat dulu dia dibawa ke Rumah Sakit, kita baru bisa mengetahuinya setelah dia sadar dan memberikan penjelasan, karena akan terlalu bahaya jika kita melakukan tea Radiolog disaat kondisinya masih seperti ini,” jelas Film, “saya juga menemukan bahwa otak White semakin rusak dan fatalnya sudah ada bebarapa Syaraf di Otaknya yang sudah rusak, mungkin Otaknya yang rusak masih bisa kita sembuhkan, akan tetapi hingga saat ini tidak ada obat ataupun pengobatan untuk mengembalikan Syaraf yang rusak menjadi seperti semula,” jelas Dokter Film yang membuat semuanya terdiam dengan air mata yang mulai mengalir seiring dengan penjelasan Dokter Film tadi.

“Jadi yang harus kita lakuin apa Dok?”

“Pastiin kesehatannya, kemanapun dia pergi cek kebersihan dan ke sterilannya. Saat ini baru Syaraf yang sudah tidak berpengaruh pada kehidupan biasa yang dilakukan, tapi jika hal yang tadi saya katakan tidak dilakukan dan seluruh Syarafnya rusak maka tidak ada yang bisa dilakukan lagi kecuali menunggu kematinnya.”

Off terduduk dilantai begitu mendengar pernyataan itu, Tay yang peka dengan keadaan lantas merangkul Off untuk membantu menenangkan dan menyemangati Off. Arm pun dengan inisiatifnya menanyakan sesuatu pada Dokter Film.

“Boleh masuk ke dalam?” tanya Arm dengan tujuan agar Off bisa menghabiskan waktu dengan Gun walau hanya sebentar.

“Boleh, tapi hanya satu Orang dan batas waktunya hanya 10 menit, karena kondisi pasien masih sangat lemah jadi sebaiknya interaksi harus seminim mungkin.”

***

Off selalu berusaha, dia selalu berusaha sekeras mungkin untuk selalu melindungi permatanya yang berharg. Namun kini, semua yang terjadi pada permatanya justru dialah penyebabnya. Andai saja dulu saat Off menabrak Ibunya Chimon dia bertanggung jawab, maka permatanya tidak harus menanggung segala dosa yang dia buat. Haruskah Off sedikit bersyukur? Impian permatanya yang selalu mengingkan kehangatan Keluarga lagi kini diberikan oleh Patthiyakorn, kehangatan yang tidak bisa Off berikan sekeras apapun dia berusaha, tapi biar bagaimanapun karena itu juga lah Off kehilangan permatanya, jadi apakah ini memang Takdir yang sudah diciptakan oleh Tuhan? atau ini Takdir yang diciptakan sendiri?

Separah apapun penyakit Gun saat ini, pada nyatanya Off tidak pernah berharap melihat Gunnya seperti ini dengan begitu nyata. Kini Gun terbaring di depannya dengan banyak Alat Medis yang mengelilinginya bahkan hingga kepalanya dan semuanya begitu jelas.

Gengaman tangan mungil yang dulu selalu menariknya untuk mengikutinya kini tidak pernah lagi menyentuhnya, saat dia sudah bisa menggengam lagi tangan itu, ternyata sang empunya sedang tidak sanggup untuk sekedar membuka mata. Off rindu rengekannya, wajah cemberutnya, kecemburuannya, kecengengannya, dia rindu segalanya dan selalu beratanya tanya apakah dia juga merasakan rindunya juga?

“Sayang, aku disini, selalu disini, jangan takut ya.” Meski Off berkali-kali mengatakan agar Gun tidak merasa ketakukan, sebenernya dia sendirilah yang ketakutan, takut genggaman tangan ini adalah genggaman yang terakhir.

“Permataku yang berharga, aku sudah menunggu begitu lama, aku sudah mencoba untuk tidak melawan takdir seperti yang kau minta, bisakah saat ini kau kembali? Tidak perlu kembali padaku tapi cobalah kembali dari tidurmu itu,” bisik Off dengan lembut di telinga Gun.

Beberapa kali Off berharap ada keajauban dimana Tuhan memberikannya kesempatan untuk menyaksikan Gun membuka matanya, tapi nyatanya itu tidak mungkin terjadi, justru yang Off dapatkan adalah....

Gun yang meneteskan air mata. Itu memang normal, tapi kenapa Alat EKG itu garisnya semakin lama semakin kebawah? Merasa ada yang tidak beres akhirnya dia segera memencet tombol bantuan berkali. Tidak cukup sampai disana, dia segera berlari keluar untuk mencari Dokter agar segera menangani Gun.

“Off! Off! Gun kenapa?”

“Cari Dokternya dulu!”

Akhirnya setelah beberapa saat kekacauan yang membuat panik itu, Dokter Film muncul dan segera memeriksa juga menangani Gun kembali, sedangkan ketiga Orang itu menunggu di luar dengan cemas.

“Gun, kumohon bertahanlah.”

***
Asli, sebulan ini Wattpad parah banget. Banyak eror yang aku alamin bahkan temen temenku yang lain juga pada eror. Buat tim Wattpad aku harap bisa memperbaiki lagi sistemnya terutama untuk kita yang android, jadi jangan terpaku hanya untuk PC dan Iphone saja.

Oh iya, PRM satu lagi tamat guys, abis itu mau lanjut DM lagi. Terimakasih juga buat yang udah setia nunggu karena aku semester dua ini sibuk banget jadi jarang buka sosmed. Sekali lagi makasih dan maaf ya.

Oh iya lagi puasa juga, semoga puasanya lancar soalnya juga tinggal beberapa hari lagikan, jadi aku minta maaf kalo ada kesalahan yang aku buat baik itu sengaja ataupun tidak ya.

Aku ada nonton Midnight Museum juga dan aku masih gamon walaupun series gak memenuhu ekspect tasiku. Aku jadi punya ide oneshoot FF buat Midnight Museum versi aku, tapi aku bakal buat kalo kalian mau, jadi kalau kalian mau komen ya biar aku buatin.

Continue Reading

You'll Also Like

67.2K 6.9K 34
Berawal dari balas dendam menjunjung tinggi kata kata pepatah yang mengatakan 'Nyawa dibayar dengan Nyawa' siapa sangka dalam misi balas dendam itu...
9.2K 1.2K 42
⚠︎WARNING BERISI ADEGAN VULGAR, BERDARAH, PENYIKSAAN, DAN MUNGKIN MENGGANGGU SEBAGIAN ORANG. CERITA INI MENGANDUNG UNSUR LGBT. BxB AREA. THRILLER × R...
VIIMET By mima"

Short Story

229K 19.3K 95
[WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!] Mafia? Satu sebutan elit untuk seseorang yang bergelimang harta dan penuh kuasa. Kehidupan mafia yang gelap, namun diba...
57K 3.3K 40
Kisah dimulai dari awal pertemuan mereka ketika masuk GMMTV. Nanon Korapat yang sudah lebih dulu bergabung dengan agensi GMMTV, kemudian tak lama Ohm...