NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.5K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: Tuan Samuel

1.9K 180 7
By admla_


Holla, selamat malam semua. Bagaimana kabar kalian? Dan puasa pertamanya? Semoga kalian semua selalu dalam keadaan baik ya😻

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen! Kalau 70 vote, 20 komen lebih aku cepet update. Kalau belum sampai target aku nda mau update...

Happy Reading!

Navya keluar dari walk in closet. Hari ini ia akan kembali magang menjadi sekertaris Samuel. Setelah dua hari izin, kini dia harus melanjutkan lagi tugasnya sebagai seorang mahasiswi. Navya melihat suaminya yang tengah memakai kemeja yang sudah Navya siapkan.

Samuel menatap kearah istrinya. "Sayang, tolong pakein dasi dong," pinta Samuel kepada istrinya.

"Iya." Navya mengambil dasi suaminya yang berada diatas meja rias. Wanita itu mulai memakaikan Samuel dasi.

Samuel memperhatikan istrinya. Pria itu tersenyum melihat Navya yang dengan telaten memakaikan dirinya dasi, tak lupa merapihkan kerah kemeja yang kurang rapih. Ini adalah rutinitas Samuel dan Navya sebelum berangkat ke kantor. Mulai dari bangun, lalu Samuel mandi duluan. Sedangkan Navya merapikan tempat tidur, dan juga menyiapkan pakaian kantor mereka.

Cup

Satu ciuman mendarat dikening Navya. "Makasih sayang."

"Sama-sama. Kamu samperin Nesa dulu ya, aku mau make up," kata Navya.

"Iya sayang. Dandan yang cantik ya, karena nanti sore kita ada jamuan yang di adakan oleh perusahaan papa kamu," ujar Samuel.

"Kenaikan pangkat bang Alka dan bang Manuel, ya?" Samuel mengangguk pelan.

Alka di angkat menjadi CEO di perusahaan keluarganya sendiri yang ada di Itali. Sedangkan Manuel, dia akan menjalankan perusahaannya di London. Di Indonesia masih Nevan yang menjalankan perusahaannya.

Navya menatap suaminya. "Aku bawa baju ganti aja gimana? Aku datang kesana sebagai istri kamu, bukan sekertaris kamu," ucap Navya.

"Good idea. Sekalian tuxedo aku yang senada sama kemeja dan celana aku ya," ujar Samuel.

"Oke."

Navya pun kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Samuel keluar dari kamar dia dan Navya. Pria itu turun duluan ke bawah untuk menemui putrinya yang sudah siap pergi ke sekolah. Dibawah Agnes tengah menonton film lewat TV seraya membiarkan Bi Ira merapikan rambutnya.

Agnes mendongakkan kepalanya. "Nenek, hari ini Nesa mau di kepang kayak Elsa di Frozen," pinta Agnes.

Agnes memang memanggil Bi Ira dengan sebuat 'nenek'. Semua itu atas permintaan kedua orang tuanya. Navya dan Samuel sudah menganggap Bi Ira adalah bagian dari keluarga mereka. Bi Ira sangat berjasa untuk pasangan muda itu. Apalagi saat Navya baru melahirkan. Bi Ira selalu membantunya dalam mengurus anaknya saat Samuel tidak ada di rumah.

Bi Ira tersenyum tipis. "Iya, sayang. Sebentar ya."

Samuel yang melihat interaksi mereka tersenyum tipis. Tidak mau mengganggu, akhirnya Samuel pergi menuju dapur untuk menyiapkan bekal untuk putrinya. Samuel mengambil kotak bekal milik Agnes, lalu membuatkan roti isi coklat dan keju.

Tidak lupa juga dengan susu kotak serta potongan-potongan buah yang telah di siapkan.

Samuel duduk dikursi yang biasa dia tempatkan. Diatas meja sudah ada kopi untuknya. Memang tidak baik untuk kesehatan konsumsi kopi di pagi hari, hanya saja dia baru tidur tiga jam, dan jika tidak meminum kopi pasti akan sangat mengantuk.

Ia membuka ponselnya dan melihat beberapa email yang masuk. Hari ini rata-rata Samuel dan Navya bekerja diluar kantor. Mau tidak mau nanti mereka menitipkan putri mereka kepada kedua orang tua Samuel. Orang tua Navya? Papa Nevan serta istrinya tengah berada di Bandung. Mereka akan tiba di Jakarta sebelum acara di mulai.

Mama Jessy dan yang lain? Mereka berada diluar Negri. Sebab pekerjaan Silla harus ditetapkan diluar negri. Gadis itu ingin selalu di dekat sang mama, jadi dia mengajak mama dan abi untuk pindah.

Tak lama kemudian Navya turun ke bawah dengan membawa tas kerjanya dan Samuel. Wanita itu menghampiri suaminya yang sudah berada di meja makan bersama dengan anak mereka.

"Ayo kita sarapan. Nanti Nesa terlambat," kata Navya yang langsung memberikan sarapan untuk suami dan anaknya.

"Mama, nanti aku ikut sama opa dan oma ya. Kata papa kalian kerjanya diluar kantor," celetuk Agnes.

Navya tersenyum tipis dan mengangguk. "Boleh sayang, tapi Nesa jangan menyusahkan opa dan oma, ya? Kalau mau apa-apa pakai card yang sudah dikasih oleh papa saja, jangan pakai uang opa," nasihat Navya.

"Iya, mama."

Samuel menatap putrinya. "Memang Nesa mau kemana?" tanya Samuel.

"Mall. Terus oma bilang katanya hari ini ada acara grandpa," jawab Agnes.

"Oke. Hati-hati ya." Agnes mengangguk.

Mereka pun sarapan dengan tenang. Samuel tersenyum tipis melihat keluarganya bisa berkumpul kembali. Belakangan ini memang suasana keluarga kecil Samuel sedang tidak baik, namun sekarang sudah kembali seperti semula.

Agnes yang memakan sepiring nasi goreng buatan Bi Ira. Kalau di hari weekday Navya tidak akan sempat memasak. Berbeda jika weekend. Dia akan masak untuk keluarga kecilnya yang dibantu oleh Agnes.

Skip....

Sebuah mobil mewah memasuki area sekolah dasar. Mobil itu milik Samuel. Dia dan istrinya mengantarkan anak mereka terlebih dahulu ke sekolah. Agnes turun dari dalam mobil, serta kedua orang tuanya yang ikut turun juga.

Navya membawa putrinya. Dia dan Samuel akan mengantarkan anak mereka hingga ke depan kelas. Ketiganya melewati koridor sekolah yang ramai. Banyak ibu-ibu yang memandang keluarga rich.

Samuel yang berjalan dengan wajah datarnya dan terlihat berwibawa. Navya yang berjalan seperti wanita karir dengan kacamata hitam yang dia kenakan. Agnes berada di gendongan sang papa.

Tangan Samuel merangkul pinggang istrinya dengan posesif. Dia tidak peduli dengan tatapan para ibu-ibu yang berada di pinggir koridor.

Oh, itu orang tuanya Agnes

Ternyata mereka dari keluarga Narendra

Pantas aja Agnes memiliki wajah yang tidak asing

Baru kali ini saya melihat orang tua Agnes

Mamanya Agnes cantik ya

Mereka menikah muda, ya?

Aura keluarga yang berbeda

Navya mendengar jelas percakapan ibu-ibu tentang keluarganya. Namun, Navya hanya acuh. Selagi tidak mengusik ketenangan keluarganya, Navya akan bodoamat.

Agnes turun dari gendongan sang papa ketika sudah tiba didepan kelas. Samuel bertemu dengan sahabatnya yang ternyata sudah datang. "Han," sapa Samuel.

"Tumben lo antar Nesa sampai ke depan kelas," kata Farhan. Sedangkan Letta dan Navya masuk ke dalam kelas untuk mengetahui tempat duduk anak mereka.

"Lagi ngga buru-buru si. Gue sama Navya juga penasaran sama kelas Agnes," ujar Samuel.

Farhan mengangguk paham. "Oh ya, besok Freddy ajak ketemuan. Lo bisa?"

Mendengar hal itu membuat wajah Samuel berubah. Entah kenapa dia sudah capek dengan kasus penyelidikan kematian Abel. "Gak. Lo pada aja. Gue angkat tangan soal misi Abel. Bukan gue ngga peduli, tapi lo tau sendiri, akhir-akhir ini keluarga gue lagi banyak masalah. Ditambah belakangan ini gue sama Navya jarang ada waktu buat anak kami. Lagian kasusnya juga ngga jelas," pungkas Samuel.

Farhan setuju dengan Samuel. Sejujurnya, dia juga capek. "Lo bener. Kita akhirin aja ngga si penyelidikannya? Biar kita suruh Jendral aja yang turun tangan," saran Farhan.

"Iya. Kita juga udah coba cari pentunjuk, tapi hingga detik ini ngga ada satu pun yang kita dapat."

Farhan menepuk pundak sahabatnya. "Yaudah, nanti biar gue yang ngomong."

********

Setalah mengantarkan Agnes kini mereka sudah tiba di bangunan menjulang tinggi. Perusahaan Narendra'Group yang dimana pusatnya berada di Amerika. Samuel dan Navya turun dari mobil mereka. Jika sudah berada di kantor, maka keduanya akan profesional sebagai atasan dan bawahan.

Navya berjalan dibelakang suaminya. Wanita itu memegang Ipad yang di mana isinya agenda suaminya.

Ketika mereka memasuki perusahaan banyak karyawan yang menyapa keduanya dengan ramah. Navya membalas sapaan mereka dengan senyuman ramah, namun tidak dengan Samuel. Pria itu hanya acuh.

Di dalam lift Samuel menatap istrinya. Pria itu tersenyum tipis. Masih ada beberapa saat untuk tiba dilantai 20. Samuel menarik pinggang istrinya agar lebih dekat dengannya. "Sayang," bisik Samuel.

"Apa?" tanya Navya.

"I wanna kiss you..." Bola mata Navya melotot.

"No! Ini di kantor! Ingat tempat!" tolak Navya mentah-mentah.

Samuel memegang dagu Navya lalu mencium bibir istrinya tanpa menunggu persetujuan dari Navya. Melihat kelakuan Samuel membuat Navya melotot. Dia tidak munafik. Navya suka dicium oleh suaminya.

Tak selang lama Samuel melepaskan ciumannya. "I like your lips." Navya menundukkan kepalanya. Rona merah terlihat jelas di pipi wanita itu. Samuel yang melihat itu menggelengkan kepalanya.

Pintu lift terbuka. Samuel keluar terlebih dahulu, lalu disusul oleh Navya. Ketika Navya muncul, seorang manajer menatapnya dengan sinis. Lantai 20 hanya ruangan-ruangan khusus para petinggi perusahaan.

Manajer itu menghampiri Navya. "Maaf mbak, kamu telat 30 menit. Harusnya kamu datang sebelum Tuan Samuel tiba di kantor," tegurnya.

Navya tersenyum tipis. "Maaf atas kesalahan saya. Tadi saya mengurus anak saya terlebih dahulu, dan saya juga terjebak macet," kata Navya lembut.

"Apapun alasannya perusahaan tidak menerima. Mbak seorang sekertaris harusnya bisa tepat waktu! Heran saya, kok mbak bisa ke terima sebagai sekertaris disini," sinis Dhea.

Gadis itu tidak tahu saja, bahwa sekarang yang ada di hadapannya adalah istri dari Samuel Narendra. Navya tersenyum kepada Dhea yang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

Seorang pria menghampiri mereka berdua. "Ada apa ini?" Dhea yang melihat kedatangan Sean, atau wakil direktur di perusahaan Samuel langsung menunduk.

"Ini Navya telat datang, Pak. Seharusnya dia datang lebih dulu daripada Tuan Samuel," kata Dhea.

Sean menatap Navya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tipis. "Oh, terus kenapa? Ini kantor suaminya kok. Lagi pula ketentuan di kantor ini tidak mempermasalahkan sekertaris datang bersama dengan CEO. Dia telat karena pasti mengurus suami dan anaknya dulu," ceplos Sean.

Mendengar hal itu Dhea terkejut. Gadis itu menatap Navya dari bawah sampai keatas. Dia tidak salah dengar? Perempuan yang ada di hadapannya seorang istri CEO perusahaan Narendra? Sulit untuk di percaya.

Dhea tertawa pelan. "Pak Sean bercanda 'kan? Ngga mungkin kalau dia ini istrinya Tuan Samuel."

Sean mengedikkan bahunya acuh. "Ya, urusan anda mau percaya atau ngga. Nay, lebih baik kamu langsung ke ruangan ya. Karena sebentar lagi kita akan ada meeting." Navya mengangguk pelan dan berpamitan kepada mereka berdua.

Setelah kepergian Navya. Sean kembali menatap manajer yang tadi julid kepada Navya. "Jangan mengusik Navya kalau tidak mau hidup anda menderita," sambung Sean yang langsung pergi dari hadapan gadis itu.

Di dalam ruangan Samuel baru saja duduk dikursinya. Pria itu menatap sebuah kado kecil yang membuatnya menepuk jidat. Samuel mengambil kado tersebut. "Gue lupa. Ini buat Navya," gumam Samuel yang tak sengaja meninggalkan kado untuk istrinya.

Tok tok tok

Pandangan Samuel tertuju kepada pintu ruangannya. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan Navya yang masuk ke dalam dengan membawa sebuah berkas dan Ipad ditangannya. Navya tersenyum kepada suami yang sekaligus atasannya.

"Selamat pagi, Tuan Samuel. Lima menit lagi kita akan meeting dengan para petinggi perusahaan. Untuk jadwal Tuan hari ini sudah saya atur," celetuk Navya dengan formal.

Samuel mengangguk pelan. Pria itu turun dari duduknya lalu menghampiri Navya. Tepat dihadapan Navya. Ia langsung menutup pintu ruangannya dan mengunci pintu tersebut. Navya yang melihat sikap suaminya pun berjalan mundur dengan perlahan.

"K--kamu mau ngapain?" gugup Navya.

Samuel hanya diam. Dia menatap manik istrinya dengan dalam tanpa mengeluarkan ekspresi apapun, atau suara menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh istrinya. Navya terpojok ruangan Samuel karna di belakangnya terdapat meja kayu yang membuat dia mentok.

Navya menatap suaminya dengan was-was. "Jangan macem-macem!"

Samuel menaikkan istrinya diatas meja. Ditangan Samuel terdapat kotak kado yang dia pegang tanpa Navya ketahui.

Samuel menyembunyikan kepalanya dileher Navya. "I love you..." bisik Samuel lembut tepat ditelinga istrinya.

"Hah?"

Melihat respon istrinya yang lemot membuat Samuel mendengus kesal. Pria itu memberikan kado tersebut kepada istrinya. "Buat kamu," kata Samuel. Navya melihat kado pemberian suaminya dengan bingung. Tak ada pergerakan apapun dari sang empu membuat Samuel gemas dengan istrinya.

Cup!

Samuel mencium bibir Navya sekilas. "Buat aku?" ujar Navya yang baru saja paham.

"Iya. Bukanya pas udah pulang aja." Navya mengangguk pelan lalu menerima pemberian dari suaminya. "Makasih." Samuel hanya tersenyum tipis saja sebagai responnya.

Tok tok tok

"WOY, SAMUEL! AYO RAPAT! JANGAN PACARAN MULU LO SAMA NAVYA!" pekik Megan dari luar ruangan.

Mendengar suara teriakan sahabatnya membuat Samuel mendengus kesal. "Ganggu banget si," ketus Samuel. Sudah pasti dia akan menghajar Megan jika bukan lagi di kantor.

Navya terkekeh pelan lalu turun dari meja. "Udah ah, ayo kita ke ruang rapat," ujar Navya seraya menenangkan suaminya. Samuel berdeham pelan.

Diluar ruangan sudah ada Megan, Sean, dan juga Farhan. Beberapa sahabatnya memang bekerja bersama dengannya. Tak lama pintu ruangan terbuka. Samuel menatap tajam Megan. "Ganggu banget njing," ceplos Samuel.

Megan menjitak kening Samuel. "Lo setiap di rumah ketemu, ngebucin, tidur bareng aja masih ngga cukup apa?" Samuel hanya memandang sahabatnya dengan datar lalu pergi begitu saja ke ruang rapat. Dia malas berdebat.

Navya yang melihat kelakuan suaminya hanya menggelengkan kepala. Mereka pun menyusul Samuel. Pagi ini akan ada rapat para petinggi yang selalu di adakan seminggu sekali. Navya yang sebagai sekertatis Samuel mengatur jadwal suaminya agar tidak bentrokkan dengan kegiatan lainnya.

Di dalam ruangan sudah pada berkumpul. Pandangan Navya tak sengaja bertemu dengan Dhea. Gadis yang tadi memarahinya karena datang terlambat. Navya tak masalah kena tegur, hanya saja dia kurang suka cara Dhea menegurnya tadi.

••••••••

Jangan lupa follow instagram:

@wp.ayananadheera
@navyabeatarisa_
@samuelnarendra_
@gal.hrnndz
@ccmla_z
@seanmlvnio
@bastiancromwell
@farhan_snjya
@arlettanica_
@gang_devilsangel

See you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

995K 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.4M 36.8K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
12.9K 496 11
NOVEL TERJEMAHAN [ Terjemahan google no edit ]
373K 26.3K 65
Berawal dari sebuah permainan, Davanka Daneswara dan Violetta harus menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, padahal keduanya sama-sama sudah memi...