Pak Dosen || Kanemoto Yoshino...

Bởi VitaaCiMmin

133K 1K 88

[Konten 25+] Izinkan gue membagi kisah nyeleneh diluar nalar antara gue dengan Pak dosen redfleg. ⚠FOLLOW SEB... Xem Thêm

Tes Ombak
Pensi Kampus
Tonight
Squad DHJ
Ngambek
Puncak
MASALAH

Kelas Tambahan

22.2K 171 15
Bởi VitaaCiMmin

⚠Akan ada adegan 21+ kata-kata vulgar maka dari itu jika merasa terganggu skip saja atau keluar dari book ini karena mungkin book ini tidak cocok dengan anak dibawah umur 18 tahun, terima kasih🙏

<~>

Gue duduk disofa empuk yang ada di ruang tengah yang posisinya tepat didepan kamar Pak Yoshi. Serasa rumah sendiri, gue menaikkan kaki keatas meja kecil didepan sofa dengan cemilan ditangan, gue menikmati acara televisi sedangkan si tuan rumah sedang membabu, mencuci pakaian di ruang laundry.

Oh iya, ini hari minggu. Seharusnya gue lagi rebahan di kamar kost tercinta tapi kenapa gue bisa ada disini? Ya jelas, ini semua karena Pak Yoshi menyuruh gue untuk kelas 'tambahan'. Gue nggak paham apa yang kelas tambahan, intinya kata dia gue perlu kelas ini.

Udah setengah jam gue duduk, namun Pak Yoshi belum sama sekali memulai bahkan pas pertama kali gue datang dia hanya nyuruh gue buat duduk diem disini.

"VITAAA!!!" Suara Pak Yoshi memanggil gue, sontak gue langsung bangun. Kaget banget, suaranya menggelegar keseluruhan ruangan.

"Ya?!" Sahur gue sambil melangkah mendekati suara Pak Yoshi.

Nampak dari kejauhan Pak Yoshi keluar dari ruangan yang berada dibelakang, ia jalan sambil sempoyongan dan megangin matanya gitu.

"Ehhh? Bapak kenapa?" Tanya gue sedikit panik.

"Mata saya kena sabun!" Ucapnya.

Gue mau ngakak, masih bisa ditahan. Takut kualat ngetawain dosen sendiri.

"Pft... Heh, Pak astaga, kok bisa si?" Ucap gue nahan tawa banget.

Gue bawa Pak Yoshi ke wastafel, lalu gue basuh matanya pake air mengalir.

"Udahhh, udahh!" Kata Pak Yoshi.

Sontak bikin gue ketawa kenceng banget, ngeliat kelakuan Pak Yoshi kaya bocil.

Rambutnya basah karena gue sengaja nyirem dikit kepalanya, hehe...

"Puas kamu ngerjain saya?" Ucap Pak Yoshi dengan nada bete, gue masih ketawa sampai perut gue keram.

"Hahahaha! Aduhhh... Sakit perut aku, hahaha..."

Pak Yoshi menjepit hidung gue dengan kedua jarinya.

"Yakkk!!!" Gue memukuk tangannya, lalu Pak Yoshi menarik pinggang gue.

"Udah ketawanya," Katanya.

"Iya-iya," Sahut gue, "Mata bapak masih sakit kah?" Tanya gue sedikit khawatir pasalnya gue liat mata si Pak Yoshi agak memerah.

"Sedikit," Sahut Pak Yoshi yang makin lama makin mendekat ke gue, "Panggil saya Mas kalau sedang berdua gini..." Lanjutnya sambil berbisik tepat ditelinga gue.

"Iya Mas, saya lupa hehe..." Ucap gue sambil nyengir. Pak Yoshi ngecup bibir gue, terus dia ngangkat badan gue berasa tanpa beban. Dibawa gue ke ruang tengah, tempat gue tadi.

Ditaro gue disofa, lalu Pak Yoshi duduk disebelah gue sambil ngulurin lengannya buat jadi bantalan kepala, gue bersandar nyaman di lengannya.

"Gimana? Sudah sebulan kita jalanin hubungan dwb, kamu nggak ngerasain perubahan gitu?" Tanya Pak Yoshi.

"Perubahan? Maksudnya?" Tanya gue balik.

"Perubahan dari kamu."

Gue memutar bola mata malas, "Itu mah nggak bisa diukur dalam waktu singkat dong, Mas. Saya juga masih berusaha meningkatkan belajar saya."

Pak Yoshi terkekeh pelan sambil nyium rambut gue, "Bukan itu, kamu mah udah nggak usah belajar giat lagi buat dapet nilai bagus dari saya."

"Iya juga sih... Terus apa dong?"

Tangan Pak Yoshi tiba-tiba meremas payudara gue, "Ini, sama ini." Lalu ia menepuk bokong gue.

"Anjir!"

Pak Yoshi ketawa lepas dengan tangan yang masih meremas-remas susu gue. Emang dosen bangsyate.

"Ish, Mas mah mesum!" Kesal gue.

"Kalo saya nggak mesum, saya nggak bisa enakin kamu dong."

"Ishhhh!" Gue mencubit pipinya kesel.

Pak Yoshi cuman senyum-senyum, yang sialnya senyuman nya sangat manis. Mana itu tangan makin lama makin ngerambat masuk ke crop top gue, terus ngelus-elus perut gue dan makin naik ke dada gue.

"Mas..." Gue makin lama makin terpancing sama sentuhan manjanya.

"Kenapa?" Tanya nya tanpa dosa.

"Katanya mau kelas tambahan." Gue mengigit bibir bawah gue saat tangan Pak Yoshi nyelundup masuk ke celana dan kedaleman gue.

"Ya ini kelas tambahan nya." Lalu satu jarinya masuk ke lubang gue tanpa permisi.

"Akh! Mashhh!" Gue nyengkram lengannya sambil memejamkan mata. Perih coy! Meski udah dimasukin pake anuan nya tetep aja perih.

"Mass! Udah-udah, ah! Ss-sakit, aww!" Ucap gue ribut.

"Mulutmu bilang udah, tapi yang dibawah menerima jari saya dengan senang hati." Katanya dengan menampilkan smirk kearah gue. Pak Yoshi menambahkan satu jari lagi, dua jari bersarang di lubang gue.

"Shhh, ahhh..."

Gue makin kuat mencengkram bahunya, "Mass..."

"Refleks baby." Pak Yoshi merangkul gue dengan tangan kanannya, menaruh wajah gue didadanya.

Gue mengangkat kepala, menatap Pak Yoshi yang asik ngeluar-masukin lubang gue.

"Cantik," Ucapnya lalu ia mengecup dahi gue lembut.

"Mas, kalo mau mending pake yang lain, jangan pake jari." Kata gue.

Pak Yoshi kembali terkekeh, "Pemanasan dulu."

"Ih saya nggak suka, jadinya perih tau." Protes gue.

"Masa sih?"

Gue ngangguk, "Kalo pake yang ini baru deh enak." Kata gue sambil ngelus burungnya yang masih anteng.

"Hmmm, nakal yak."

Gue menangkup wajahnya, perlahan gue melumat bibir Pak Yoshi. Kita sama-sama memejamkan mata, menikmati tiap lumatan-lumatan lembut dari gue.

"Mmphh..."

Pak Yoshi melepaskan jarinya dari lubang gue, lalu ia semakin mengeratkan pelukkan kita.

Hingga nafas gue habis, dan ciuman kita terhenti tapi masih dalam posisi yang sama. Jarak antara gue dan Pak Yoshi sangat dekat, bahkan gue dapat merasakan hembusan nafasnya dipipi.

"Love you." Ucapnya. SONTAK GUE KAGET BANGET LAH ANJER! INI GUE NGGAK SALAH DENGER APA!?

"Hah?!" Sahut gue sambil mendorong bahunya.

"I love you, Vita."

"Mas jangan bercanda deh soal beginian, ini masalah perasaan saya. Saya nggak mau dipermainkan."

"Saya beneran Vita. I love you."

Pipi gue nggak bisa bohong, semburan merah tercetak jelas dikedua pipi gue.

"Masss!"

"Saya serius, I love you Vita. Mana balesannya?"

"Terus hubungan kita apa?" Tanya gue tak kalah serius. Gue cewek, dan gue nggak mau digantungin dengan hubungan yang tak jelas terlebih kita sudah memasuki hubungan yang cukup rumit sebagai dosen with benefit.

"Jelas, masih dosen with benefit dong." Ucapnya santai.

Bukan... Bukan ini yang gue harapkan.

"Mas, ih!"

"Hahaha, terus kamu mau nya apa sayang?"

Gue memalingkan wajah, kesel banget sama ini dosen yang bisa-bisanya bercanda tanpa tau situasi.

"Nanti ya, kita jalani dulu kalau emang kamu nyaman sama saya. Saya akan seriusin kamu, karena sejak awal saya menaruh hati ke kamu." Ucapnya sambil mengecup bibir gue, tanpa ada lumatan hanya nempel namun dalam.

Pak Yoshi membawa tangan gue ke selangkangannya, gue langsung paham dan mulai menggerakkan tangan maju mundur.

"Shhh... Yesss, so good Vit..." Desahnya dengan suara deep.

Jujur gue merinding-merinding sedep, dan gue makin mencengkram kuat penisnya sambil ngocok cepat.

Sampai dirasa klimaks hampir datang, Pak Yoshi segera masuk kedalam lubang gue dan menghajarnya tanpa ampun.

"ANGHHH-AHHH MASSS!"

"Akhhh! Ahhh..."

"Ahhh! Ah! Ah!"















<~>

Gue bingung dengan sikap Pak Yoshi, akhir-akhir ini dia terlihat cuek ke gue semenjak kejadian minggu kemarin di rumahnya padahal gue mengharapkan ada sesuatu perubahan gitu dari hubungan kita, misal kita yang makin mesra atau apalah.

Gue kan jadi bingung, sebenernya dia serius nggak si ngomong 'I love you' ke gue.

Gimana gue nggak bingung coba, dia sama sekali nggak menghubungi gue setelah gue pulang dari rumahnya. Kita juga belum mengadakan les privat lagi dengan alasan jadwalnya sedang padat, oke gue masih terima alasan itu. Ya emang kampus gue sedang mengadakan ujian tengah semester dan akan disusul ujian akhir bagi semester tujuh.

Tapi bisa nggak si sesibuk nya dia dengan kerjaan masih sempat gitu bales chat gue kek, ini mah nggak. Chat gue dari minggu kemarin belum dia balas, bahkan sama sekali nggak dibaca.

Dikelas pun, dia terlihat acuh ke gue. Kaya balik ke mode awal sebelum kita menjalin hubungan dosen with benefit ini. Ia kembali jutek, nyebelin, dan suka ngomel ke gue, padahal awal-awal kita dwb sikapnya mulai melembut.

Agrhhh! Tau lah, Pak Yoshi tuh bener-benet aneh, susah banget ditebak. Gue kan jadi galau nggak jelas. Pusing mikirin si dosen muda.

Gue sedang berjalan pelan sambil melamun, tanpa sadar gue dikit lagi gue bakal jatoh alias nyemplung ke kolam fakultas kalau tangan gue nggak ditarik sama seseorang dari samping.

"Punya mata tuh dipake buat ngeliat jalan!" Omelnya, jelas gue mengenal suara itu. Suara yang akhir-akhir ini jarang gue dengar.

"Pak Yoshi, makasih." Sahut gue sedikit kaku.

Pak Yoshi berdehem sebelum berlalu pergi.

"Tunggu pak! Saya mau ngomong sesuatu." Tahan gue.

Pak Yoshi nampak memperhatikan sekitar, "Ngomong apa?" Ucapnya pelan.

"Bisa kita ke ruangan bapak?"

Pak Yoshi ngangguk, dia jalan duluan sedangkan gue ngikutin dari belakang. Sesampainya di ruangannya, Pak Yoshi langsung mengunci pintu dan menutup tirai jendela.

"Ada masalah dengan saya?" Tanya Pak Yoshi dengan nada sedikit lembut.

"Saya cuman heran sama sikap Mas seminggu belakangan ini, Mas kaya ngejauh dan cuek sama saya. Saya jadi bingung, Mas ini mainin perasaan saya atau gimana sih?" Ucap gue penuh emosi.

Pak Yoshi nampak tenang, ia duduk di kursinya, "Sini duduk dipangkuan saya."

"Ish!? Mas bisa nggak si kita serius dulu!" Kesal gue.

"Duduk dulu sini," Pak Yoshi menepuk pahanya mengisyaratkan gue untuk duduk disana.

Tangan gue ditarik karena gue masih diem aja, terus gue ditempatkan tepat diatas pahanya. Kita saling berhadapan. Tangan Pak Yoshi dilingkari ke pinggang gue, nggak diem aja dia ngerabah-rabah punggung gue.

"Masih marah?" Tanya Pak Yoshi.

"Saya nggak marah, lagian ngapain saya marah sama Mas." Sahut gue.

"Terus kenapa tadi ngomel-ngomel?"

"Cuman kesel..."

Pak Yoshi menyatukan dahi kita, "Lihat saya, apa pernah saya main-main sama kamu?"

"Tapi sikap Mas kemarin tuh bikin saya jengkel."

"Maksudnya?"

"Yang kemarin Mas marah-marah dikelas."

"Wajar dong, saat itu kan saya sebagai dosen kamu."

Gue mengerucutkan bibir, "Ya emang tetep akan jadi dosen di situasi apapun, emang kita apa?"

Pak Yoshi ngecup bibir gue dengan brutal njir. Dia gigit bibir bawah gue lalu nerobos masuk ke rongga mulut gue.

"MPHHH!!!"

Gue menarik kepala Pak Yoshi buat ngejauh, udah ada gila-gila nya ini dosen, tanpa aba-aba maen cipok ae.

"Ih!" Kesal gue.

"Saya kangen sama kamu, kita main sekali ya?" Ucapnya tanpa dosa.

"Udah gila ya Mas? Kalo ketauan gimana?!"

"Tenang, nggak ada yang bisa masuk. Kan saya kunci pintunya." Pak Yoshi mulai membelai wajah dan rambut gue, "Desah pelan-pelan ya."

ASU!

<~>

"Ahhh!"

"Ughhh..."

"Shhh, mphhh..."

Gue udah nggak bisa berfikir apapun, intinya yang gue rasakan hanyalah rasa nikmat. Gue di rebahkan dimeja kerja Pak Yoshi dengan kaki gue dua-duanya ditaro di pundaknya. Pak Yoshi berdiri, diposisi ini dia bener-bener powerfull njir!

Tenaganya nggak ada habisnya, gila. Ini udah ronde ke tiga, gue udah lima kali klimaks dan dia tiga kali, gue udah tak terbentuk, mana spermanya dicrot didalem. Sumpah deh, emang awalnya anget-anget sedep tapi makin lama makin begah.

"Anghhh... Ss-shhh..."

💦💦💦

Untuk sekian kalinya, Pak Yoshi keluar dirahim gue. Rasa hangat menjalar hingga ke perut gue. Gue udah nggak bisa menolak, apalagi protes. Gue lemes, tak berdaya.

"Huuhh... Akhirnya." Ucap Pak Yoshi lega, udah kek habis nahan kecing ae. Dasar dosen anjing.

Pak Yoshi membantu gue untuk bangkit, terlihat dikaki gue ada spermanya yang ngalir dari selangkangan.

"Ssshhh, aw..." Keluh gue saat rasa pelih mulai datang.

Bukannya merasa bersalah, Pak Yoshi kaya keliatan bangga.

"Saya antar kamu pulang tapi ke rumah saya ya?" Ucapnya sambil gendong gue ala-ala pengantin baru.

Gue nggak ngerespon, bahkan diem aja saat dia bawa gue ke toilet yang emang ada di ruangannya.

Pak Yoshi membersihkan area bawah gue, sedangkan gue berusaha untuk tetap sadar.

"Lelah ya?" Tanyanya, gue menatapnya sinis lalu Pak Yoshi nyengir.

"Saya kangen sama kamu, Vit. Maaf kalau saya seolah menghilang, saya bukan hanya jadi dosen disini, saya juga Komite kampus dan ada bisnis keluarga yang harus saya jalanin." Ucapnya sambil ngelucuti kemeja dan bra gue.

Diliat-liat toilet ruangannya lumayan lengkap, ada shower dan sabun-sabun gitu.

"Kenapa bengong aja?"

"Huh?"

"Saya mandiin ya?"

Gue ngangguk, terus Pak Yoshi nyalain shower nya dan ngarahin air ke wajah gue.

"Huahhhh!!! Dingin!!!!" Teriak gue kaget, yang tadinya gue lemes setengah ngantuk langsung bangun anjer!

"Maaf-maaf,saya kira udah air hangat." Katanya tanpa dosa. Emang bener-bener deh asu!

"Mas ih! Nggak kira-kira, saya eneg banget." Ucap gue sambil nahan mual.

"Ehhh?! Masa iya langsung jadi kecebong si?!" Ucap Pak Yoshi panik.

Gue memukul perutnya kencang, "Ck! Bukan hamil lah. Tau ah, pokoknya saya mual."

Pak Yoshi nampak bingung namun dia tetap terus menyiram air yang kini udah jadi air anget ke seluruh tubuh gue, dan dengan telaten ia membersihkan tubuh gue dengan sabun sampai bersih dan wangi.

Setelah itu, dia gantian mandi
sedangkan gue didudukin di kloset. Gue merasa ada sesuatu yang perlu gue keluarkan, makanya gue langsung buka tutup kloset itu.

Nggak lama gue pipis, tapi bukan hanya urin saja yang keluar ada sisa spermanya keluar dan itu bikin lega.

Ck! Udah bisa dibayangkan kan? Sebanyak apa tuh peju didalem rahim gue.

"Kenapa?" Tanya Pak Yoshi sesaat ia selesai mandi, masih mengeringkan badan pakai handuk.

"Ini sperma Mas, banyak banget sampe luber." Ucap gue dengan santai.

"Hehehe..." Nah kan, si pelaku cuman bisa nyengir ketawa-ketiwi.

Pak Yoshi ngegendong gue lagi, kini dia rebahkan gue di sofa.

"Saya kayanya punya baju disini, nanti kamu pake sementara ya." Ucapnya. Gue baru nyadar sikap Pak Yoshi jadi soft bet kaya softex.

Dia pakaikan kaos dan celana bahan yang diambil dari lemari kerjanya. Setelah dipakein, gue mengambil posisi duduk disofa sambil memandangi Pak Yoshi yang lagi pake kemeja dan celana bahan yang sama dari lemari kerjanya.

"Ruangan Mas kok lengkap banget si?" Tanya gue kepo.

"Ya karena saya suka nginep disini, jadi biar gampang saya kerjanya." Sahut Pak Yoshi, dia ngambil tas dan kunci mobil. "Bisa jalan?" Tanyanya.

Gue ngangguk pelan, "Bisa kok, tapi sakit."

"Tahan ya sampai parkiran, nanti saya gendong lagi di rumah." Nggak lupa bibir gue dikecupnya.

<~>

Vote comment juseyo~

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

203K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
78.6K 3.6K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
314K 3.6K 79
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
91.2K 11.2K 35
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...