Hi, Bye Papa!

By litsparklings

562 127 22

Dito gak butuh banyak hal di dunia ini, asal Dito masih bisa lihat Papa. Karena, Dito hidup buat Papa. More

Anak Papa
Mimpi
Tante Cantika
Permintaan Maaf
Kantin yang Berisik
Dito dan Gara
Bom Waktu
Hancur belum Runtuh
Perpustakaan
Papa Sekala
Sagita
Si Cantik Purnama
Danila.
Sebuah Harapan
Papa Marah

Prolog : Namanya Dito

100 16 0
By litsparklings

****

"ADA PASIEN MAU MELAHIRKAN! TOLONG! TOLONG ISTRI SAYA MAU MELAHIRKAN!"

"Bapak, jangan panik. Segera siapkan diri untuk segera menemani istri Bapak."

Debaran jantung yang begitu kencang tidak bisa ia hindari begitu melihat bagaimana tersiksa nya sang istri berjuang seorang diri antara hidup dan mati nya. Air mata yang sejak tadi membasahi pipi tidak kunjung henti, terus mengalir setiap kali melihat bagaimana sakit nya hal yang di alami oleh istri tercinta nya.

Menemani pun tidak cukup, entah sebanyak apa keringat serta air mata yang perempuan itu luruhkan, entah sekuat apa tangan mungil itu mencengkram lengan nya, tetap saja ia tidak berhasil merasakan kesakitan nya.

Sesaat haru bermunculan ke permukaan begitu sang istri berhasil mengeluarkan kebahagiaan yang akan menetap di kehidupan mereka. Tangisan bayi yang membahana menjadikan tanda bahwa perjuangan sang istri membuahkan hasil.

"Bapak selamat, anak Bapak laki-laki."

Bahkan ucapan selamat pun terasa memudar begitu sadar kalau ternyata perjuangan nya benar-benar 'selesai'. Mata nya yang semula tersenyum haru mulai ketakutan sesaat istri nya tak kunjung membuka mata, tangan nya kembali gemetaran begitu sadar Dokter dan Suster sibuk kesana-kemari, kembali berjuang untuk membangunkan yang masih tertidur.

"Dokter, alat vital nya menurun!"

"Pendarahan! Dokter ada pendarahan!"

Telinga nya mendadak menuli, aktivitas di depan nya mendadak beku, otak nya hanya bisa memutar kejadian seminggu sebelum berada di ruangan menyesakkan ini.

"Mas, boleh gak aku yang kasih nama kalau nanti bayi nya lahir?"

Yang ditanya hanya bisa tersenyum lantas menganggukkan kepala seraya tanpa henti mengusap bagaimana perut istri nya yang sudah sangat siap untuk melahirkan.

"Boleh. Emang kamu mau kasih nama dia siapa?"

"Emmm, aku mau kasih nama—"

Tidak ada lagi yang bisa dirinya ingat selain bunyi alat yang ia tahu sebagai penanda bahwa istri nya masih ada, berbunyi nyaring memekakkan telinga.

Siapapun tahu kalau semua harapan nya hilang. Semua orang tahu bahwa detik itu juga, hidup nya tidak lagi sama. Bahkan semesta pun tahu, kedepan nya tidak ada lagi senyuman secerah matahari pagi menyambut nya setiap dirinya pulang. Semua nya selesai, kekasih nya 'pulang'.

Bahkan dirinya belum sempat bertukar cerita hari itu, bahkan dirinya belum sempat mendengar sapaan selamat malam dari bibir kemerahan yang sekarang berubah begitu pucat tersebut. Sekarang, semua nya terasa sunyi.

"Maaf, kami tidak bisa membantu banyak. Nyonya Danila telah berpulang malam ini tepat pukul 20.00 malam."

Danila. Nama itu seharusnya tertulis di setiap sudut rumah nya. Nama itu tidak seharusnya tertulis di nisan yang sangat enggan untuk dirinya lihat.

Danila-nya berpulang tanpa sempat memberikan kecupan terakhir untuk nya, untuk malaikat kecil nya.

"Danila-ku.."

"Pa?"

"PAPA?!"

Lamunan nya terhenti begitu saja sesaat setelah putra semata wayang nya berteriak kencang. Sungguh benar-benar sekencang itu sampai membuat telinga nya sedikit berdenging.

"Papa ngelamun lagi."

Begitu katanya dengan nada yang sangat ketus. Nampaknya laki-laki yang lebih muda itu terlampau kesal. Sementara diri nya hanya bisa tertawa canggung, sedikit merasa bersalah karena acara sarapan pagi nya mendadak terganggu.

Sekala bukan nya sengaja tetapi mendadak bayangan menyakitkan itu terputar kembali di otak nya dan kembali menciptakan luka di hati nya yang tidak pernah mengering sejak dulu.

"Hehe, maaf."

"Papa tuh jangan kebanyakan ngelamun. Raga bilang nanti bisa kesurupan, emang Papa mau kesurupan? Aku sih engga ya!" Omel nya panjang lebar yang hanya dibalas senyuman khas bapak-bapak oleh Sekala.

"Nyerocos mulu kamu tuh. Ayo makan, keburu telat kamu nya. Papa juga."

Lalu mau tidak mau ceramah yang sudah ia siapkan kembali dirinya telan berbarengan dengan nasi goreng buatan Papa yang selalu menjadi menu favorit nya tiap kali sarapan. Papa adalah chef terhebat sepanjang masa! Bahkan Om Tegar—Ayah nya Raga yang seorang chef beneran pun masih kalah dari Papa.

Papa nya itu selalu ada di nomor satu. Dan dirinya akui. "Papa, besok kata nya ada kunjungan orang tua ke sekolah."

"Oh ya? Kok kamu baru bilang sekarang?" Balas Sekala yang menatap anak nya dengan penuh tanya.

Tidak biasa nya laki-laki berlesung pipi tersebut terlambat memberikan pemberitahuan dari sekolah, selalu tepat. Sehingga dirinya bisa menyesuaikan jadwal, karena belakangan ini perusahaan sedang genting-genting nya mengingat beberapa hari lagi akan meluncur kan produk baru.

Sekala hanya takut kalau dirinya tidak bisa datang ke undangan anak nya besok.

"Maaf lupa hehe." Ucap nya sedikit meringis takut kalau-kalau Sekala akan marah. "Tapi, kalau Papa gak bisa gapapa. Bukan pertemuan penting juga kayaknya."

Sekala mengangguk sekilas. "Nanti Papa liat jadwal, ya?"

"Ai ai captain!"

Danila-nya memang tidak lagi memenuhi rumah, Danila-nya mungkin tidak lagi mampu memberinya senyuman secerah matahari pagi untuk nya. Tetapi, senyuman anak di depan nya ini selalu berhasil menenangkan hati nya, senyuman nya memang tidak secerah matahari pagi tetapi senyuman itu terlampau indah sedamai riak sungai, Sekala selalu merasa aman setiap kali melihat anak nya tersenyum lebar dengan dua bolongan yang menjadi ciri khas nya.

Senyuman Danila memang hilang di pandangan nya, tetapi senyuman anak nya selalu ada di depan nya.

••••

"Nanti pulang nya gimana?"

Yang di tanya berpikir keras membuat Sekala kebingungan, sebanyak apa pemikiran anak nya itu.

"Kayak nya bus aja deh atau gak nanti nebeng Raga."

Lelaki yang jauh lebih tua terlihat mengangguk lantas mengusap lembut surai hitam legam yang lebih muda. Sekala selalu melakukan ini setiap kali dirinya mengantar putra nya ke sekolah, dia selalu menyelipkan doa agar anak nya baik-baik saja tanpa di ganggu oleh orang jahat.

Tuhan, lindungi anak ku.

Danila, bantu aku jaga dia dari atas sana, ya.

"Yaudah hati-hati."

Mengangguk mantap sang anak bergegas turun dari dalam mobil setelah mengambil tangan Papa nya dan mencium punggung tangan tersebut.

Tuhan, lindungi Papa ku.

Mama, jaga Papa ya?

Melambaikan tangan nya setelah turun lantas tak membuat nya beranjak dari sana, ia masih setia berdiri di depan gerbang menatap bagaimana mobil keluarga tersebut mematri laju yang semakin lama semakin menghilang dari jangkauan nya.

"Papa, hati-hati."

Memutar balikkan tubuh nya setelah di rasa mobil Papa nya sudah benar-benar pergi dari pelataran sekolah, lelaki berkulit putih kemerahan tersebut mulai berjalan menyusuri tempat nya mengenyam pendidikan sejak dua tahun lalu. Tahun depan ia sudah kelas dua belas, tak terasa.

Rasanya ia seperti baru saja menginjakkan kaki disini, setelah di antar oleh Papa menuju ruang Kepala Sekolah mengurus beberapa dokumen. Dirinya jadi merindukan bagaimana Papa dulu selalu repot setiap kali dirinya akan memasuki tahun ajaran baru.

Pria itu selalu tergopoh-gopoh mengurusnya kesana-kemari, namun aneh nya tidak pernah sekalipun ia lihat raut kelelahan di wajah tampan Papa. Pria itu selalu menampilkan senyuman yang begitu indah, sangking indah nya mampu mengusir segala kegundahan serta keresahan nya.

Papa memang selalu seperti itu.

"RAGA!" Teriak nya kepada sahabat nya sejak kecil.

Si empu nya nama menolehkan kepala setelah mendengar seseorang yang begitu lantang meneriakkan namanya. Raga sudah hapal betul siapa pemilik suara yang bahkan mampu menyaingi speaker sekolah tersebut, lantas ia lambaikan tangan nya pada laki-laki bermata kucing tersebut.

"OI! DITO!"

"Emmm, aku mau kasih nama dia Dito. Ardito."

Sekala tersenyum simpul begitu melihat bagaimana bahagia nya Danila menyebutkan nama dari bayi nya nanti.

"Emang kamu udah yakin banget kalau dia cowok?"

Yang ditanya hanya merenggut lalu mencubit lengan kekar Sekala. Ya, Danila tau cubitan nya tidak akan berefek apa-apa pada Sekala.

"Yakin lah! Dia akan jadi anak cowok yang ganteng, lucu, manis, imut. Dia bakal jadi kebanggaan banyak orang, dia akan selalu sayang sama orang-orang terdekat nya. Dan dia akan selalu bangga saat nyebut namanya."

Sekala memandang Danila lamat, istri nya itu selalu cantik. Apapun yang di lakukan Danila selalu terlihat cantik di mata Sekala.

"Iya. Namanya Dito."

****


Haii!

Aku kembali lagi dengan kisah baru. Genre nya gatau ya pokoknya tentang Ayah dan Anak aja wkwk.

Kita kenalan dulu lah ya sama Papa dan Dito.

Papa Sekala. Kesayangan Dito, yang selalu ada buat Dito. Gak peduli sesibuk apa Papa, Dito tetap nomor satu di hidup Papa.


Ardito Lazuardi. Anak satu-satu nya Papa Sekala dan Mama Danila. Tahun depan 17 tahun, yang artinya udah boleh naik motor sendiri sama Papa. Sayang sama Papa, lebih dari sayang sama diri sendiri.

Continue Reading

You'll Also Like

142K 6.2K 40
Amaira Romano , the princess of ITALY. A cute little inoccent girl who can make anyone heart flutter at her cuteness. Everything was going smoothly...
76.7K 3.2K 21
Book #1 of DESTINY'S ALIGNMENT SERIES *ο½₯゚゚ο½₯*:.q..q.:*゚:*:βœΌβœΏγ€€γ€€πŸͺ„ "Shut up" "Your lips please ma'am" "What do you want? " "You, your love " "What...
Ice Cold By m

General Fiction

2.2M 83.4K 49
[boyxboy] Wren Ridley is always two steps ahead of everyone, or so he thinks. His life seems out of his control when he starts having feelings for so...
589K 27K 42
Needs editing [ the destiny series #1] 𝑻𝒉𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆 𝒑𝒖𝒔𝒉𝒆𝒅 π’•π’‰π’†π’Ž 𝒂𝒑𝒂𝒓𝒕 𝒃𝒖𝒕 π’…π’†π’”π’•π’Šπ’π’š π’‚π’ˆπ’‚π’Šπ’ 𝒑𝒖𝒍𝒍𝒆𝒅 π’•π’‰π’†π’Ž π’•π’π’ˆ...