Ana menoleh ke arahnya dan terdiam berpikir. Menggeleng.
Alcyone merasa miris, bahkan dirinya saja dilupakan olehnya. "Saya Alcyone, orang yang pernah menjual kamu ke luar negeri." ucap Alcyone.
Ana terdiam sesaat didalam kepalanya mulai muncul kilasan seseorang yang waktu itu datang ke rumahnya lalu berkata padanya.
"Rayyan dibunuh oleh bos Alcyone." ucap pria misterius itu yang langsung membuat Ana melotot tidak percaya. Bahkan saat ini ketika ia mengingat semua itu, ia langsung lempar bunganya, maupun bantal, vas bunga, gelas atau apapun hingga pecah dan berserakan.
"Pembunuh! Alcyone pembunuh! Pergi kamu! Pergi! Kamu sudah membunuh suamiku! Pergi kamu!" tandasnya.
Alcyone coba terus menghindarinya dan menjauhkan dirinya dari wanita itu tapi mirisnya wanita itu terus mencakar bahkan sampai menggigit karena geregetan, melampiaskan kemarahannya.
Alcyone sedikit bingung. Ia mendadak memiliki sebuah ide. Ia langsung menahan serangannya dan balik mencengkeram tangannya lalu berbisik ke telinganya. "Kau tahu, saya hanya berbohong, saya Rayyan suamimu." ucapnya tersenyum menyeringai.
Ana tersentak melotot balik menatap wajahnya. Mendadak dirinya terdiam lirih. "Suamiku?"
"Benar.... Saya suamimu Rayyan bukan Alcyone, apa kau melupakan diriku sebegitu cepat, babe? Aku adalah suamimu tercinta jadi berlututlah dibawah kakiku sekarang. Kamu milikku." ucap Alcyone membelai pipinya lembut.
Ana yang semula marah dan berontak segala macamnya jadi lebih tenang.
"Mas...Rayyan..?" tanyanya.
"Ya, kau tidak semestinya melupakan suamimu, bukan?" tanyanya menyeringai.
Ana balik memegang tangan Alcyone dan menciuminya.
Alcyone memeluknya erat saat itu. "As i said, you are mine forever, babe." ucapnya.
Sebuah fakta yang menarik, dimana Ana kemudian menurut saja apa yang dikatakannya, tapi berkat itu juga Ana jadi lebih sadar lagi, lebih terlihat hidup dan mau disuapi makanan oleh Alcyone, bahkan dirinya sampai bisa bertanya beberapa hal pada Alcyone.
Meski sekalipun ia malah jadi keterusan menganggapnya suaminya, Rayyan, yang telah meninggal. Yah, keuntungan juga sih buat dirinya, karena wanita itu mulai sekarang dan seterusnya akan berada terus di dalam genggamannya.
Bahkan kalau perlu tidak usah sadar saja sekalian. Supaya tidak usah dikejar lagi, karena begitu melelahkan untuk terus mengejarnya.
Alcyone tersenyum memandang Ana yang dagunya terus ia belai.
Ia sangat rindu dengan wajah lugunya ini, sudah berbulan-bulan dirinya tidak bertemu dengannya, rindu itu terbayar sudah, bahkan ia sangat ingin melampiaskan hasrat terpendamnya atasnya. Tapi sayangnya, mereka belum menikah.
Apakah tidak apa-apa ya? Sedangkan dia adalah seorang muslimah yang taat...
Alcyone pun langsung melihat di pencarian google tentang hal itu, ternyata tidak diperbolehkan bahkan jatuhnya itu sebagai perbuatan zina yang dilarang oleh agama.
Alcyone mendadak memiliki ide, mungkin ini sedikit konyol, tapi ia coba untuk lakukan itu di keesokan harinya dirumah sakit.
Ia mencoba untuk memanggil penghulu dan nikahkan dirinya dengan Ana detik itu juga. Meski Ana sendiri tidak mengerti dengan hal ini, ia bahkan bertanya pada Alcyone saat itu. "Kenapa kita nikah lagi?" tanya Ana polos.
"Karena pernikahan kita yang kemarin itu belum sah babe." bisiknya dengan kopiah diatas kepalanya.
Ini tindakan yang konyol, ketika Loki melihat pemandangan diruang rawatnya ini. Kenapa Alcyone begitu sesumbar ingin menikahi Ana padahal wanita itu masih dalam keadaan setengah sadar seperti ini? Apakah dirinya lupa kalau Ana baru saja kehilangan Rayyan?
"Tapi kan kita sudah menikah mas, masa menikah lagi?" tanya Ana masih penasaran.
"Kita menikah lagi karena untuk kembali mengukuhkan ikatan yang terjalin diantara kita berdua sayang."
Tak lama akad nikah pun dilangsungkan, dimana Loki mendengar Alcyone menyebut nama dirinya sebagai Rayyan didalam ijab qabul itu.
Loki merasa sangat heran, apakah mungkin.... Alcyone menikahinya untuk mengganti posisi sebagai Rayyan?! Tidak bisa dipercaya, dia melakukan hal sedemikian rupa hanya untuk mendapatkan wanita ini?! Atau dia melakukan semua ini karena suatu alasan?
Bukankah dirinya tidak pernah ada hubungan apapun dengan wanita manapun? Dia benar-benar tidak terduga.
Mirisnya Ana menerima saja apapun yang dikatakan oleh Alcyone, padahal ia tidak tahu dan tidak sadar kalau suami yang dirinya nikahi saat ini adalah mafia kejam yang telah membunuh suami aslinya.
Mungkin iya Ana bisa dibodohi dalam keadaannya yang seperti ini tapi bagaimana dengan kakaknya dan teman-temannya yang juga hadir di pernikahan kemarin? Mereka tentu tidak akan lupa bagaimana perbedaan rupa antara Alcyone dan Rayyan.
Bahkan kemungkinan besar dirinya yang juga akan repot meluruskan tentang hal ini.
Sehari setelah pernikahan dilaksanakan, Ana sudah kembali ke rumahnya, ia sudah cukup pulih keadaannya sekarang.
Alcyone terus mendengar bunyi telepon Ana, bahkan bisa terlihat deretan misscall yang tertahan dilayar. Alcyone mengangkatnya.
"Halo Ana?" suara Reno dari seberang.
"Maaf ini saya suaminya."
"Ana gimana keadaannya Ray?" tanya Reno.
"Ah, Ana baik. Dia hanya perlu istirahat saja." balasnya.
"Jangan sampai sakit ya dia, saya titip Ana ke kamu. Obatnya rutin diminum kan?" tanya Rayyan.
"Tentu."
"Kapan Ana balik dari rumah sakit?" tanya Reno.
"Hari ini sudah dirumah."
"Eh? Hari ini? Kalau begitu nanti sore saya kesana ya mau berkunjung." ucap Reno.
"Iya tentu."
Alcyone segera menutup teleponnya seiring sambungan itu dimatikan. Ia taruh hapenya ke atas meja.
Alcyone ajak Ana untuk duduk diatas kasurnya lalu pegang dua pundaknya.
"Ana, kamu tahu kan kita sekarang sudah menikah. Jadi kamu harus bersiap untuk melakukan hal itu denganku." ucap Alcyone.
Ana pun tahu yang dimaksud olehnya dan mengangguk.
"Tapi kalau kamu masih belum mau saya tidak akan memaksa. Saya bisa menundanya besok."
"Kalau kamu mau sekarang tidak apa-apa." ucap Ana tersenyum. Alcyone tersenyum menyeringai dan usap lembut ujung dagunya dan sesumbar langsung mencium pipinya, kemudian langsung tidurkan Ana saat itu juga.
Sore harinya, Reno mampir ke rumah Ana dan dilihatnya anak buah Alcyone membuka pintunya saat itu, cukup membuatnya kaget sejak awal. Kenapa ada begitu banyak bodyguard di rumah Ana?
Cukup mengherankan.
Ana segera menghampirinya dan mencium tangannya. "Mas kesini bareng siapa?" tanya Reno.
"Sendirian. Ini juga habis pulang kerja. Kamu gimana keadaannya? Udah agak lebih baik?" tanya Reno. Ana mengangguk.
"Kamu jangan capek-capek ya kerjanya, kamu kayak gitu mungkin karena banyak pikiran, enggak perlu terlalu diporsil kerjanya. Bahkan kalau bisa kamu enggak usah deh kerja lagi, biar Rayyan aja yang kerja, kamu kan udah jadi tanggung jawab dia." ucap Ana.
Mereka saling duduk di sofa. Disana mendadak muncul Alcyone yang ikut duduk disebelah Reno.
Ana tersenyum. "Iya mas."
"Oh iya ngomong-ngomong kok dirumah kalian banyak bodyguard ya?"
Alcyone langsung meluruskan.
"Ah, itu karena belakangan ada orang yang mencoba untuk masuk ke dalam rumah ini, khawatirnya dia mau maling. Sepertinya wilayah ini tidak cukup aman." ucap Alcyone.
"O-oh kirain kenapa." ucap Reno sedikit merasa heran dengan bentuk wajah Alcyone yang sama sekali tidak serupa dengan yang ada dipikirannya selama ini.
"Kok perasaan mukanya beda ya? Apa cuma perasaan doang? Dia operasi plastik bukan sih? Kok jadi berubah gini mukanya? Dia suaminya bukan sih?" batin Reno heran dan tatapan yang menyelidik tentu membuat Ana heran dengan tatapannya itu.
"Mas Reno kenapa kok liatin mas Rayyan kayak gitu?" tanya Ana.