Parella Perigosa {REVISI}

Por joyreana

64.5K 3.1K 170

Ketika seorang mafia jatuh cinta pada gadis psychopath, apakah yang akan terjadi? Terutama saat sang gadis me... M谩s

-Prolog PP-
1- Siapa Yang Mengincar?
2- Gadis Brutal
3- Tuduhan Atas Pembunuhan
4- Bertemu Pria Gila
5- Pria Aneh
6- Petunjuk
7- Taruhan? Atau Tawaran?
8- Liora Si Penggoda
9- Ancaman Untuk Hanza
10- Hampir Saja
11- Menjadi Milik Lionel
12- Pertemuan
13- Romance
14- Perpecahan
15- Claretta Hilang {?}
16- Tuduhan dan Kesepakatan
17- Kembali
18- Tertangkap
19- Dendam Tertahan
20- Incident In The Kitchen
21- Perpisahan
23- Nyawa Itu Berharga
24- Kenapa Menjadi Psychopath {?}
25- Berita Pertunangan & Pernikahan
26- Kejadian Menghapus Harapan
27- Tentang Hana
28- Menjenguk
29- Siap Dinikahi?
30- Kedatangan Javas
31- BOM!!
32- Psychopath come back
33- Asisten Pribadi
34- New Parents
35- Tidur Bersama
36- Selamat Wahai Pecundang!
37- Penjelasan
38- Kegilaan Alvio
39- Salah Tindakan
40- Dua Kurcaci Sialan!
41- "Lionel, Help Me."
42- Pregnant
43- Berakhir
44- Masalah Tes DNA
45- Tragedi Gazebo

22- Pregnant (?)

1.1K 55 6
Por joyreana

⚠️Jangan lupa votenya
Happy Reading

"Lebih baik ayah kembali saja lebih dulu. Aku dan Gevariel akan menyusul ke-Huek! Huek!"

"Astaga. Kasihan sekali putriku."

Ayah Liora terus memijat pelan tengkuknya. Setelah kejadian anaknya di perlakuan tidak baik oleh Lionel, Liora jatuh sakit. Terlebih Liora yang sering muntah. Makan atau minum sedikit saja langsung keluar lagi. Ayah Liora jadi mengurungkan niatnya untuk segera membawa anaknya pulang.

Kini mereka masih di mansion Liora. Luka pada perut perempuan itu sudah di obati. Untunglah tidak terlalu dalam lukanya, hanya goresan saja.

Liora dibantu berjalan kembali ke kasur. "Istirahatlah. Ayah akan memanggil dokter lagi." Katanya. Lalu mengusap lembut puncak kepala Liora.

"Dokter wanita saja. Aku tidak mau lelaki asing menyentuh tubuhku."

"Iya baiklah." Javas-ayah Liora menuruti keinginan putrinya. Dia keluar dari kamar setelah melihat mata Liora terpejam kembali. Lebih baik Javas menyuruh bawahannya untuk membawa dokter ke mansion.

"Datangkan seorang dokter terbaik. Dokter itu harus wanita." Perintah Javas pada bawahannya.

Di tempat yang sama namun kamar berbeda. Saga sedang melamun menatap jendela. Semenjak kejadian itu, dia terpikirkan tentang Claretta juga anaknya. Haruskah ia bertanggungjawab demi anaknya?

"Apa yang kau pikirkan?" Katrina datang sambil membawa secangkir susu coklat hangat. "Daripada melamun, lebih baik tidur. Hari sudah malam."

"Aku terpikir sesuatu. Ada pertanggungjawaban yang harus aku lakukan."

"Dalam bentuk apa?"

"Menikahi seseorang."

Katrina langsung terdiam. Tangannya memegang erat cangkir itu. Perasaannya mulai tidak enak. Jika Saga akan menikahi seseorang, pasti dirinya akan ditinggalkan.

"Siapa orang itu?" Tanya Katrina. Tanpa menatap ke arah Saga yang berdiri di sampingnya.

"Kakak Lionel. Korban pemerkosaan yang aku lakukan. Dan ternyata dia mengandung setelahnya."

Katrina langsung menangis. Cangkir isi susu miliknya jatuh. Membuat Saga panik saat Katrina menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. Dia tidak memedulikan pecahan cangkir serta air susu coklat itu yang tumpah mengenai kakinya.

"Katrina. Ada apa denganmu?" Saga mencoba menjauhkan tangan Katrina dari wajahnya. "Terjadi sesuatu? Katakan, ayo katakan padaku."

Di tengah isak tangisnya Katrina berkata, "aku hamil Saga. Aku mengandung anakmu." Tangisnya semakin kencang begitu tangan Saga melepaskan tangannya.

Saga mematung syok. Ia tidak pernah berpikir atas tindakannya selama ini. Lagi-lagi ia melakukan kesalahan yang sama. Lalu bagaimana sekarang? Dia berkata akan bertanggungjawab demi Kiara pada Claretta, tapi sekarang Katrina sedang mengandung anaknya.

Tiba-tiba Katrina berhenti menangis. Ia tatap wajah Saga dengan seksama. "Pergilah menikahinya. Maka akan aku gugurkan kandungan ini," ucap Katrina. Dengan mudahnya merubah sikap.

Katrina berjalan mendekati lemari. Mengambil sebuah testpack yang disimpan di bawah lipatan baju. Lantas ia lempar benda itu tepat mengenai wajah Saga.

"Lagi pula kau tidak mengharapkan anak ini. Hanya kepuasan yang kau inginkan dariku. Pergilah, dan aku pun akan pergi dari hidupmu."

Perkataan Katrina membuat jantung Saga berdebar hebat. Semuanya terdengar seperti ancaman yang mengerikan.

"Dari awal kita hanya rekan kerja. Dan mulai sekarang aku berhenti bekerja sama denganmu." Segera Katrina mengambil koper. Memasukkan bajunya ke dalam beserta beberapa emas batang hasil menjadi pembunuh bayaran.

"Tidak, tidak." Saga berlari. Menjauhkan koper Katrina dari jangkauan pemiliknya. "Kau tidak boleh pergi meninggalkanku. Ada anakku dalam rahimmu. Jangan menggugurkan kandungan itu."

"Jangan menikahi Claretta dan aku tidak akan menggugurkan kandungan ini termasuk pergi darimu."

"Tapi aku sudah berjanji padanya."

"Hanya kau yang berjanji. Tidak dengan Claretta yang menerimanya."

"Kiara membutuhkan seorang ayah. Usianya sudah dua tahun."

"Jika kau hanya menganggap Kiara anakmu yang membutuhkan sosok seorang ayah. Maka aku akan menggugurkan kandungan ini yang tidak perlu pertanggungjawaban seorang bajingan!"

"Jangan seperti ini Katrina!"

Suara keduanya mulai meninggi.

"Maumu seperti apa?! Ingin memiliki dua istri? Sekaligus pemuas nafsu bejatmu! Huh?!"

"MENGERTILAH KATRINA! AKU TIDAK MAU BERPISAH DARIMU!"

"MAKA JANGAN MENIKAHI CLARETTA!"

"AKU HARUS BERTANGGUNGJAWAB!"

"PERGILAH PADA WANITA ITU! AKU MUAK DENGANMU!"

Katrina memukul Saga dengan brutal. Mencubit, meninju, menggigit, menendang. Semua Katrina lakukan untuk melampiaskan amarahnya. Saga terlalu berbelit dengan keputusannya sendiri. Tidak pernah tegas dalam mengambil keputusan. Mungkin otaknya sudah terkontaminasi oleh sex!

"Kalian kenapa?" Gevariel datang memasuki kamar Katrina. Dia sempat mendengar benda jatuh, lantas berlanjut dengan teriakan dua insan di dalam kamar. Takut terjadi sesuatu, Gevariel pun datang. Ternyata pintunya tidak tertutup rapat. Pantaslah jika semuanya terdengar jelas keluar.

Melihat Gevariel diambang pintu. Katrina segera berlari menghampiri pria itu. Memeluknya erat setelah dekat dan bersembunyi dibalik punggung Gevariel. Membuat pria itu dilanda kebingungan.

"Singkirkan Saga dari hadapanku! Rasanya isi perutku hendak keluar saat melihatnya!" Katrina mengadu pada Gevariel. Padahal keduanya tidak akrab sama sekali.

"Katrina. Jangan memeluknya seperti itu!" Saga marah melihat Katrina memeluk Gevariel begitu eratnya. Apalagi melihat tangan Gevariel yang ikut memeluk tubuh Katrina yang sudah dipindahkan ke samping menjadi memeluk pinggangnya.

"Memangnya siapa kau! Aku tidak mengenalmu!" ucap Katrina garang.

"Katrina." Saga mencoba untuk menarik Katrina, tapi wanita itu menolak disentuh olehnya.

"Stop. Jangan memaksanya." Gevariel mendorong Saga supaya tidak terus memaksa Katrina. "Katakan ada masalah apa?" lanjutnya.

"Saga akan bertanggungjawab untuk menikahi wanita yang pernah ia perkosa, dan aku mempersilahkannya. Lagi pula aku akan pergi dari hidupnya," ujar Katrina.

"Katrina--"

"KATRINA! KATRINA! KATRINA! Berhenti menyebutkan namaku!" potong Katrina dengan cepat. Lantas ia memejam erat. Semakin menguatkan pelukannya pada Gevariel yang seperti patung hidup.

Saga tidak mau kebersamaannya dengan Katrina berakhir. Ia kembali memaksa Katrina untuk melepaskan Gevariel. Mereka butuh bicara berdua sambil menenangkan diri masing-masing.

"Jangan memaksanya!" bentak Gevariel lalu menendang perut Saga. Ikut kesal lantaran Saga yang egois menginginkan Katrina. Hingga tubuh Katrina pun tiba-tiba lemas tak bertenaga. Gevariel langsung menggendong wanita itu karena ternyata Katrina pingsan.

"Aku akan memanggil dokter. Kebetulan masih ada karena memeriksa Liora." Gevariel meninggalkan kamar Katrina. Menuju kamar Liora.

Di kamar Liora. Wanita itu merasa lemas juga mual. Dokter yang memeriksanya baru saja selesai.

"Apakah aku penyakitan? Kuharap bukan penyakit mematikan," harap Liora. Di sana ada Javas setia menemaninya.

Dokter wanita itu membereskan kembali peralatannya. "Kau terlalu tertekan dan kelelahan. Tidak baik untuk wanita hamil terutama sedang hamil muda," ungkap sang dokter.

"Syukurlah hanya kelelahan dan--tunggu! Kau bilang hamil muda? Siapa yang hamil muda?" Liora beringsut duduk. Menatap sang dokter meminta penjelasan ulang lantaran telinganya menangkap kata 'hamil muda' dari dokter tersebut.

"Nona, jangan bilang kau tidak tahu jika sedang hamil."

"Aku memang tidak hamil!"

"Kau sedang hamil Nona."

"Bagaimana bisa? Kau salah periksa ya?"

"Kehamilan disebabkan oleh hubungan badan pasangan suami-istri."

"Tapi aku tidak bersuami."

"Tapi Nona pasti memiliki kekasih."

"Keka-Wait?" Liora mengernyit dalam. Meraba perutnya lantas menyingkap bajunya hingga menampilkan perut ratanya. "Setahuku, orang hamil itu perutnya besar. Sedangkan perutku." Jarinya menunjuk perut. "Sangat rata seperti biasa."

"Ya ampun." Terdengar Javas menepuk dahinya sendiri. Mendengar perkataan putrinya membuat dirinya terlihat bodoh karena Liora bersikap seperti itu.

"Ayah. Bisakah dokter itu memeriksa Katrina? Dia pingsan." Gevariel baru saja datang.

"Apakah dia kekasihmu, Nona?" Tanya sang dokter saat melihat Gevariel.

"Kekasih apanya! Dia kakakku. Lagi pula mana ada gadis yang ingin menjadikan dia sebagai kekasih." Bibir Liora terus berkomat-kamit ketika melihat Gevariel. Seolah jijik pada pria itu.

"Jangan menatapku seperti itu! Aku bukan kotoran!" Gevariel tak terima.

"Sudah Liora. Lebih baik kau istirahat." Javas angkat bicara. Mempersilahkan dokter itu untuk memeriksa kondisi Katrina dan diantar oleh Gevariel.

"Liora."

"Ayah. Aku tidak mau hamil."

Javas tersenyum tipis. Memberikan tatapan hangat untuk putri bungsunya. Walaupun dengan kabar ini Javas sedikit terkejut, sebisa mungkin dia menjadi penenang untuk anaknya.

"Sebelumnya. Boleh ayah tahu siapa yang sering tidur bersamamu?" tanya Javas penuh kelembutan. Tangannya menggenggam kedua tangan kecil putrinya.

Liora menunduk. Benarkah ia hamil? Jika iya, maka Lionel ayahnya.

"Ayah tahu sendiri jika aku tidak suka di sentuh oleh sembarang pria. Jadi."

"Jadi?"

"Hanya Lionel yang aku beri izin."

"Jadi bayi ini hasil buah cinta kalian? Hm?"

Pipi Liora jadi merona tiba-tiba. Javas seperti tengah menggodanya, tapi samar kepala Liora pun mengangguk pelan.

"Sayang. Lihatlah ayah." Javas menuntun Liora untuk menatapnya. "Sekarang katakan pendapatmu tentang kehamilan ini. Apakah ada keputusan tentang bayi dalam perutmu?"

Liora diam sesaat. Memikirkan sesuatu yang hendak ia jadikan sebuah keputusan.

"Ayah. Apakah bayi dalam perut bisa disingkirkan selain dengan cara aborsi?"

"Ada. Minum racun saja, maka bayi itu akan tersingkirkan." Liora segera menumbuk bahu ayahnya. Bisa-bisanya berkata seperti itu. Jika meminum racun, bukan hanya bayinya yang tersingkirkan, tapi nyawanya juga.

Javas terkekeh melihat reaksi putrinya.

"Liora. Kau sudah dewasa. Segala keputusan tentang dirimu akan mutlak jika sudah ditanamkan dalam hati. Maka bijaklah dalam mengambil keputusan. Ayah akan beri kau waktu untuk sendiri. Berpikir dengan otak dan jangan lupa melibatkan hati." Javas menepuk pelan kepala Liora lantas pergi dari kamar putrinya.

Jadilah Liora benar-benar merasa sendiri. Mencoba untuk memikirkan keputusan yang harus dia tetapkan. Seandainya ia mengatakan ini pada Lionel, maka Liora akan bertemu dengan pria itu. Liora tidak ingin melihat wajah Lionel barang sedetik pun.

Jika Liora menggugurkan kandungannya maka masalah tentang kehamilan selesai.

"Secepat itu beresnya."

◆◇◆◇◆◇◆◇

Diruang rawat, Lionel setia menemani Amira yang sedang terbaring istirahat. Sebelumnya Amira merasa sesak akibat asap dari kebakaran di gudang. Untunglah tidak terjadi sesuatu yang fatal. Kiara pun langsung mendapatkan penanganan medis.

Kasus tentang pembunuh Haikal sudah selesai. Kali ini dia di musuhi oleh Galandra, sepupunya sendiri. Karena Galandra tidak terima jika Hanza mati dalam keadaan yang mengenaskan, katanya tidak adil. Padahal mereka sama-sama kehilangan sosok seorang ayah. Lionel pun sama bencinya pada Hanza yang telah membunuh Haikal. Maka tak salah pula jika Galandra membencinya karena Lionel membunuh Hanza.

Lionel pikir segala masalahnya akan berakhir begitu kasus kematian ayahnya selesai. Tapi nyatanya tidak. Wanita yang dicintainya pergi enggan untuk menemuinya. Entah dengan cara apalagi Lionel menebus kesalahannya pada Liora. Rasanya tidak pantas baginya menerima ampunan dari wanitanya.

Kedatangan seseorang ke dalam ruangan membuat fokus Lionel teralihkan. Tangannya masih setia menggenggam tangan ibunya. Seorang dokter perempuan muda datang menghampirinya, lebih tepatnya menghampiri Amira.

"Selamat sore Tuan. Sebelumnya izinkan saya untuk memeriksa kembali kondisi Nyonya." Ucap dokter tersebut meminta izin.

Lionel mengangguk singkat. Lantas melepaskan tangan Amira. Ternyata ibunya malah terbangun, mungkin karena decitan kursi.

"Roderick. Kenapa kau tidak istirahat?" Pertanyaan Amira begitu matanya terbuka.

"Mommy bagaimana rasanya? Apakah merasakan sesuatu yang sakit? Sesak? Atau--" Perkataan Lionel terhenti saat Amira terkekeh pelan.

"Tenang saja. Mommy tidak apa-apa." Senyum manis Amira perlihatkan pada putranya.

Lionel pun ikut tersenyum. Tampan sekali putra bungsu Haikal ini. Wajahnya seperti cetakan wajah Haikal, hampir sama persis. Rahang tegasnya juga tatapan tajamnya, mengingatkan Amira pada mendiang suaminya. Untunglah kasih sayang Lionel padanya sama seperti Haikal, tidak pernah pudar.

"Oh iya." Amira kembali membuka pembicaraan. "Roderick, dia dokter Hana. Gadis cantik yang selalu Mommy ceritakan padamu."

Hana-dokter cantik itu menunduk malu. Bisa-bisanya Amira memujinya di depan seorang pria. Hana tidak kuat mental jika diberi pujian. Lebih baik dia melakukan operasi pada pasien daripada menerima pujian.

"Hai Hana." Lionel menyapa. Tak lupa mengulurkan tangannya.

Dengan ragu Hana pun menerima uluran tangan itu. "Hai--"

"Roderick." Sambung Lionel. Dia biasa memperkenalkan dirinya pada seseorang dengan nama depannya. Lantas dengan Liora? Itu spesial.

"Wah. Kalian serasi sekali." Puji Amira. Karena hal inilah Hana segera melepaskan jabatan tangannya.

Lionel menatap lekat pada Hana. Membuat sang empu semakin menunduk. Aura yang dipancarkan Lionel begitu kuat. Sampai Hana menjadi diam terkaku.

"Tertarik makan malam bersamaku?"

◆◇◆◇◆◇◆◇

TBC!!!

Update lagi nih. Semoga suka ya.
Oh iya Guys, aku minta sama kalian buat panggil aku azzki atau azzkiara, sesuka aja.
Kalo bisa jangan author nee? :)

Oke jangan sampe ketinggalan votenya.
Babay see u😘

👉Lanjut👈

🤑🤑🤑

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

885 77 14
Dia Atarfa Atharazzka Xavier seorang CEO muda di umur 25 tahun yang terpandang dengan kekayaan yang dimiliki, ketampanan yang ada pada wajahnya membu...
60.7K 3.7K 20
[ SEBAGIAN PART DI PRIVAT, FOLLOW TERLEBIH DAHULU ! ] Diperkosa teman sekelasnya sendiri adalah awal mula dari kehidupan suram Riana. "Kalau orang tu...
216K 17.2K 12
"饾悎饾悵饾悶饾惂饾惌饾悽饾惌饾悮饾惉 饾悿饾悽饾惌饾悮, 饾悁饾悵饾悶饾惀饾悮饾惈饾悵 饾悿饾悽饾惌饾悮, 饾悰饾悽饾悮饾惈饾悿饾悮饾惂 饾悮饾悿饾惍 饾惒饾悮饾惂饾悹 饾惁饾悶饾惁饾悰饾悮饾惏饾悮饾惂饾惒饾悮 饾惁饾悮饾惌饾悽." 馃洝 ADELARD CLAN | 2 馃洝 馃毇PLAGIA...
66.4K 10.8K 40
Edisi BeckFreen...