Sesama Santri LH

By karfann_

813K 42.4K 7.7K

Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaa... More

prolog
01. hari pertama
02. sudah takdir
03. menyimpan rasa
04. MTQ
05. insiden orang gila
promosi
06. gombalan islami
07. perpisahan
08. masuk pondok
09. awal rasa sakit
10. kembali terluka
11. terjebak dalam pernikahan
12. di benci semua orang
13. kembali bertemu
SEKEDAR MAMPIR
15. istri murahan
16. berhenti berharap
17. peduli tapi gengsi
18. sadar posisi
19. ditinggal sendiri
20. karina or Aisyah?
21. beban
22. mulai khawatir
23. mulai menjauh
INFO PENTING
24. tidur berdua
25. akal akalan Iqbal
26. kebenaran yang menyakitkan
27. kembali mengalah demi Aisyah
28. tidak membiarkan karina pergi
29. ke khawatiran Iqbal
30. sayang?
31.
32. mulai bucin
33. kembali di buat kecewa
34. kenyataan sebenarnya
35. ke bucinan Iqbal
36. permintaan tersulit
37.
INFORMASI!!
38. menyerah
39. kehilangan
40. akhir dari segalanya (ending)
41. kehidupan baru
42. papa untuk Zhabran?

14. di bully

10.4K 494 11
By karfann_

Selamat membaca part 14

Assalamu'alaikum
.
.
.
.
.
💗Heppy reading💗

🚐🚐🚐🚐

Di kawasan pondok pesantren lukmanul hakim sudah terdapat beberapa mobil yang berjejer rapih di depan gerbang, kali ini ada sebuah kajian yang dimana harus di hadiri oleh ustadz ustadzah serta beberapa santri yang terpilih.

Termasuk ustadz Iqbal kini ia sudah berpenampilan rapih dan gagah. Ia juga membawa satu mobil miliknya untuk menghadiri kajian penting itu.

"Udah selesai semua?" tanya ustadz Zulfan pada semua santrinya yang akan di bawah

"Udah ustadz" Jawab mereka kompak

"Baik, sekarang masuk kedalam mobil masing masing yang udah semalam di tentukan"

Semua santri yang terpilih untuk pergi kajian mulai bergerak menuju mobil yang sudah di tentukan oleh ustadz Zulfan semalam, jumlah yang terpilih sekitar dua puluh orang saja selebihnya di tinggalkan di asrama.

"Aisyah kenapa belum naik mobil?" tanya Iqbal dari arah belakang

Aisyah yang kaget pun seketika menoleh kebelakang mendapati wajah tampan Iqbal yang begitu glowing nan putih.

"M-mobilnya penuh" jawabnya gugup

Iqbal melihat semua mobil yang nampak full terisi semua santri, kenapa tiba tiba tidak cukup begini? Bukannya kemarin saat rapat semuanya sudah pas dengan jumlah mobil dan jumlah santri yang di bawah Lalu sekarang?

Di lirik mobilnya yang masih kosong membuat niatnya untuk menawarkan masuk ke mobilnya saja tapi masalahnya tidak ada orang ketiga yang menjadi penengah antara keduanya.

Satu persatu mobil sudah berangkat meninggalkan mereka berdua yang masih setia berdiri.

"Ehh kenapa kamu belum berangkat Iqbal? Terus kamu Aisyah? Kenapa masih disini bukannya kamu udah berangkat ngisi mobil pertama yah?" celetuk ustadz Zulfan merasa heran dengan kedua orang itu

"Mobilnya pada full tadz, kasian Aisyah kalau nggak jadi pergi" ucap Iqbal terlihat begitu peduli dengan Aisyah

Jelas peduli orang dia suka :\

seakan ingin terbang Aisyah meremas kuat tangannya menyalurkan rasa gugup yang tiba tiba saja melanda, bagaimana ia bisa menghilangkan rasa kagumnya pada Iqbal kalau Iqbal saja selalu memberi peluang untuk bisa merebutnya dari karina.

"Lalu kita harus gimana?" ustadz Zulfan juga mulai pusing

"Saya nggak papa kok jika emang saya belum bisa pergi menghadiri kajian itu, bukannya saya ingin mengusir ustadz disini tapi alangkah baiknya jika kalian berangkatlah sesegera takutnya terlambat gara gara saya"

Mata Iqbal menelisik Aisyah pertanda ia tidak suka dengan perkataan perempuan itu.

"Kamu harus pergi, kami nggak ingin memberikan harapan palsu kepada santri santri disini termasuk kamu sekarang. Saya udah mengumumkan total santri yang ikut kajian tersebut dan kamu pun harus ikut"

"Tapi nggak ada kend-"

"Pake mobil saya!" bantah Iqbal lebih dulu

Iqbal menatap ustadz Zulfan sesaat memohon untuk meminta ijin apakah boleh ia satu mobil dengan santrinya atau tidak karna semua keputusan ada pada ustadz Zulfan selalu pemimpin pondok pesantren lukmanul hakim.

"Emm, mungkin ini jalan satu satunya. Kamu bisa satu mobil dengan ustadz Iqbal Aisyah"

Kaget? Jelas mata Aisyah seperti ingin keluar saja dari tempatnya, bagaimana jika saja Aisyah tiba tiba pingsan akibat terlalu lama berdekatan dengan Iqbal? Apakah jantungnya bakal aman? Kurasa tidak.

"S-satu mobil?"

"Iya Aisyah, tenang aja saya bakal jaga batasan dan saya nggak akan ngapain ngapain kamu kok"

Seulas senyuman manis tercetak jelas di bibir Aisyah ia tidak bisa membendung bibirnya untuk tidak tersenyum.

"Owh iya apakah Karina nggak ikut nak? Kamu bisa membawanya dan pergi bersama mungkin itu jauh lebih baik" ucap Ustadz Zulfan

Seketika raut wajah Iqbal berubah menjadi masam, tidak ada kha dalam satu hari ia tidak mendengar nama perempuan itu? Bikin telinga panas saja.

"A-anu dia sibuk ngurus rumah katanya nggak bisa pergi tadz" jawab Iqbal

Mendengar itu hati Aisyah berdenyut nyeri.

"Beruntung sekali karina bisa mendapatkanmu kak" Aisyah membatin

"Owalah ngurus rumah toh? Saya baru ingat Karina kan udah jadi seorang istri pasti sibuknya dua kali lipat dari dulu"

Iqbal hanya tersenyum paksa bagaimanapun caranya kehidupan di keluarga nya harus terlihat baik baik saja walau aslinya hancur berantakan.

Iqbal mempersilahkan Aisyah masuk ke dalam mobilnya, meskipun tidak duduk di depan tapi itu mampu membuat jantung keduanya memompa lebih kencang.

Di balik semua itu Karina menatap sendu dari arah jendela melihat kedekatan keduanya. Kapan Iqbal bisa bersikap lembut seperti itu kepadanya juga?

"Sikap lemah lembutmu kamu perlihatkan kapada perempuan yang kamu cinta sedangkan sikap kasarmu kamu perlihatkan pada diriku yang tak lain adalah istri sah mu kak"

"Entah seberapa batas kesabaran ku menghadapi ini semua?"

🚐🚐🚐

Suasana rumah begitu sunyi seperti tidak ada kehidupan di dalamnya, terlihat begitu damai dan tenang namun membosankan bagi Karina.

Bahkan di pondok pun tidak jauh beda terlihat sama saja tidak ada bedanya, semua santri tidak ada yang mengikuti kegiatan pembelajaran seperti biasa di karena kan seluruh ustadz dan ustadzah pergi menghadiri kajian besar yang ada di luar.

"Atau aku ke asrama aja kali ya? Dari pada disini seorang diri bikin bosen"

Merasa sudah tidak tahan lagi berlama lama di rumahnya Karina mengganti bajunya menjadi sebuah gamis hitam polos di padukan dengan hijab syar'i Salem pastel.

Terlihat sederhana namun sangat cocok di tubuh Karina.

Karina berjalan seorang diri di kawasan asrama masih seperti biasa banyak tatapan tidak suka yang mengarah pada dirinya namun Karina tidak mau memperdulikan itu semua.

"Aduh kok perutku tiba tiba sakit ya? Ke wc aja deh" ucap Karina sambil memegangi perutnya

Sesampai nya Karina di WC Karina langsung masuk kedalam ia tidak bisa membendung lagi perutnya sungguh sangat sakit. Setelah selesai pintu kamar mandi terbuka menampilkan Karina dengan wajah leganya.

"Lega bangat"

Sebelum keluar Karina menyempatkan dirinya untuk menghadap ke cermin yang berada di dalam kamar mandi, ia memperbaiki hijabnya yang terlihat sedikit berantakan.

"Ga baya ta? Tikung temen sendiri?" Celetuk tiba tiba dari arah belakang

Karina menatap ke cermin memperlihatkan segerombolan santriwati yang tiba tiba masuk ke dalam kamar mandi tersebut.

"Hay kamu yang namanya Karina ya? Yang sengaja jebak ustadz Iqbal di perpus biar bisa nikah sama dia kan?" Tuduh qiyyah

"Puhh ajaring dong puhh tingki wingki dibsi Lala puhh sepuhh. Ajarin jadi tukang perebut dong"

Teman teman yang lainnya pun seketika tertawa remeh mengejek Karina kemudian menyalimi tangan Karina kasar.

"Salam kenal wanita murahan"

Mata Karina memerah mendengar penuturan itu, hatinya seperti di cubit dengan keras membuat rasa sakit yang luar biasa.

"Udahlah qiya, kasian tuh anak orang mau nangis" ucap Riyanti pura pura kasian terhadap Karina

qiyyah menampar pelan pipi Karina "Cup cup cup masa udah gede masih nangis sih? Cengeng bangat. Bersyanda....."

Air mata Karina sudah luru tangisnya ingin meledak kenapa orang orang ini sangat jahat kepadanya? Andai saja mereka tau jika dirinya juga ikut terjebak dalam perpus itu apakah mereka masih bisa berkata demikian?

Tiba tiba saja qiyyah mencengkram pipi Karina keras membuat Karina mendongak ke atas menatap qiyyah yang lebih tinggi darinya.

"Baru kali ini saya melihat santri baru yang cukup berani disini, ternyata nyali kamu tinggi juga ya. Hebat"

"S-sakit" lirih Karina menahan sakit yang luar biasa

"Itu sih derita kamu" balas qiyyah langsung melepaskan cengkraman itu dengan kasar

Karina memegangi pipinya yang sudah memerah akibat cengkraman itu. kenapa orang itu tega sekali kepada dirinya?

Mau melawan pun dia tidak bisa dirinya belum terlalu punya banyak nyali untuk melawan perempuan yang ada di hadapannya sekarang.

"Dasar murahan!"

"Perempuan perebut" maki semua orang

Karina hanya bisa menunduk menangis dengan begitu pilu, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis dan menangis.

"Mungkin segitu aja dulu hasil bully dari kami sampai ketemu ke bully berikutnya"

"Guyss cabut"

qiyyah menginstruksi teman temannya untuk segera pergi dari tempat itu meninggalkan Karina yang masih senantiasa menangis tersedu-sedu.

Pandangan Karina mendongak naik ke depan melihat sekelilingnya yang sudah tidak menemukan siapa siapa lagi di sana. Bukannya air matanya berhenti justru malah semakin deras mengalir membasahi pipinya.

"Kenapa orang orang begitu membenci diriku?"

Menghapus air matanya dengan kasar kemudian keluar dari kamar mandi dengan mata yang begitu sembab. Langkahnya berhenti tepat di bawah pohon mangga yang tidak jauh dari kawasan santri putra.

Ia menduduki dirinya di sana mencari ketenangan pada dirinya, hingga sebuah celetukan membuat kesadaran nya buyar.

"Karina?" Panggil seseorang dengan lembut

Karina mendongak ke atas melihat Syam yang tersenyum manis ke arahnya.

"Mata kamu kenapa sembab, apa yang terjadi?" Ucap Syam lagi namun tidak ada respon

"Kar?"

Hanya suara tangisan yang keluar dari mulut Karina, rasanya mengeluarkan sepatah kata saja mulutnya terasa keluh untuk mengucapkan.

Ingin rasanya Syam memeluk perempuan itu mencoba memberi ketenangan padanya namun dirinya bisa apa jika menyentuhnya saja membuat sebuah dosa.

"Tolong bicaralah kar saya akan menjadi pendengar terbaik untukmu"

Sebelum memulai berbicara perempuan itu nampak membuang nafas kasar. "Apakah aku nggak berhak bahagia kak?"

Kening Syam berkerut mendengar itu. "Kenapa berbicara kaya gitu? Kata siapa kamu nggak berhak bahagia? Seluruh manusia itu berhak mendapatkan kebahagiaan tapi dalam waktu yang berbeda"

"Terus kenapa kehidupan aku sekarang malah semakin hancur seolah olah Allah nggak membiarkanku untuk bahagia walau sebentar aja"

"Perbanyak istighfar kar. kamu nggak boleh berpikir seperti itu, satu hal yang harus kamu tau bahwa sesungguhnya Allah melarang kita untuk berprasangka buruk. Dalam hadis mengatakan ' jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta (HR. Al BUKHARI)"

"Ingat kar, Allah nggak bakal ngasi cobaan kepada hamba-hamba-Nya melebihi batas kemampuan nya, Allah ngasi kamu cobaan ini karna Allah tau kamu pasti bisa melewatinya"

Karina diam mencerna baik perkataan Syam hatinya seketika merasa bersalah kala mendengar hadits tersebut.

"Cerita sama saya kamu ada masalah?"

"A-aku hiks...hiks..."

Bersamaan dengan itu Iqbal sudah tidak lagi bisa mengendalikan dirinya, tubuhnya refleks memeluk Karina menenangkan perempuan yang dia cintai itu.

"Ya Robb maafkan saya telah melewati batasan, saya berdosa"

Syam memejamkan matanya merasa sangat berdosa dengan apa yang di lakukannya.

"Aku capek kak hiks.."

"Capek kenapa kar? Kasi tau saya"

"Mereka jahat"

"Siapa yang jahat?"

Karina tidak lagi bisa berbicara, bibirnya bergetar hebat di iringi air mata yang terus saja mengalir tanpa henti.

"Sebenarnya apa yang terjadi kar? Hati saya benar benar sakit melihat ini"

Merasa sudah tenang Syam melonggarkan pelukannya memegang pundak Karina yang tampak masih bergetar.

"Kamu tunggu di sini dulu saya mau ambil air minum" ucap Syam tidak di respon Karina

Syam pergi dengan begitu tergesa-gesa menuju ke kantin pondok, niatnya ia ingin membelikan air mineral untuk Karina agar perempuan itu bisa lebih tenang.

Tidak lama setelah itu Syam kemudian kembali ke tempat tersebut dengan membawa sebotol air mineral di tangannya.

Syam membuka tutup botol. "Minum dulu"

Karina menerimanya dengan sorot mata yang masih merah akibat menangis.

"Udah mulai tenang?" Karina mengangguk

"Kamu ada masalah apa sampai bisa kaya gini? Tolong cerita sama saya supaya saya bis membantu kamu kar"

"Jangan diam aja bicaralah"

"A-aku habis di bully sama santri lain kak" jawab Karina

Mendengar itu mata Syam seketika menajam menahan amarah, urat lehernya pun sudah tercetak jelas menandakan emosinya sudah meluap tinggi.

"Siapa yang berani bully kamu?"

Karina menggeleng lemah dirinya sama sekali tidak mengenali siapa orang orang tadi. "Aku nggak tau, aku masih santri baru disini jadi belum terlalu kenal dengan yang lain"

Terdengar helaan nafas kasar dari Syam, ia tidak bisa tinggal diam dan membiarkan perempuan yang dicintainya terkena korban bully seperti peristiwa barusan.

"Kamu nggak perlu takut lagi, saya bakal jaga kamu dan memastikan diri kamu bakal aman di tangan saya" ucapnya sambil menyunggingkan senyum manisnya

Karina membelalak mendengan penuturan tersebut, entah dorongan dari mana tangannya tiba tiba saja jadi tremor.

"Kak Syam kenapa begitu baik padaku? Dari banyaknya orang yang aku kenal hanya kak Syam aja yang sering menolong aku ketika aku lagi dalam keadaan meminta pertolongan"

"Syam selalu ada di samping aku meski aku nggak membutuhkan bantuan sekalipun, kenapa kak Syam?"

"Kenapa apa?" Tanya Syam

"Kenapa baik bangat sama aku"

"Bukannya itu adalah sebuah kewajiban kita sebagai umat muslim? Saling berbuat baik? Emang salah ya kalau saya baik Sama kamu?"

Karina menggeleng

"Nggak salah tapi kebaikan kak Syam ini berlebihan Dan aku takut nggak bisa membalas kebaikan kak Syam ini"

"Cukup balas perasaan saya aja kar itu udah lebih dari kata cukup"

"Nggak papa saya ikhlas nolong kamu tanpa rasa pamri"

Karina jadi semakin terharu, begitu banyak pengorbanan Syam yang dia relakan demi dirinya, sangat berbanding terbalik dengan Iqbal suaminya. Justru suaminya itu merasa bodoh amat masalah dirinya bahkan suaminya lebih memprioritaskan perempuan lain ketimbang dirinya yang sekarang berstatus sebagai istri sahnya.

"Owh iya, saya kira kamu ikut kajian di luar sama santri lain" lanjut Syam mengalihkan topik

"Nggak di pilih" jawab Karina lesu

"lho bukannya ustadz Iqbal yang memutuskan untuk pergi nggaknya santri disini? Aku beneran ngira kamu ikut lho tadi"

"Justru itu, kak Iqbal nggak memilih aku karna dia punya Aisyah untuk bisa ia bawah"

"Mungkin bukan rejeki, lagian kok kak Syam nggak ikut pergi juga? Seharusnya kak Syam ikut karna kak Syam kan anaknya pemimpin pondok di sini" imbuhnya

Sebelum menjawab Syam lebih dulu menyunggingkan senyum nya. "Pangkat nggak bisa di jadiin prioritas kepentingan pribadi kar, lagian itu nggak ada sangkut pautnya dengan diri saya selaku anak dari pemimpin pondok, mereka mengundang umi Abi sedangkan saya? Saya di amanahkan dengan mereka untuk menjaga rumah"

Karina manggut manggut menyetujui, tidak ada yang salah dari ucapan Syam.

"Pantes sendiri" celetuk Karina

"Ya karna kalau berdua itu sama kamu di pelaminan kelak haha"

"Kenapa? Kamu mau nemenin saya di rumah, hm?"

Karina menggeleng keras. "Ihh nggak! Kak Syam mah ada ada aja. Mana mungkin aku mau nemenin yang ada jadi fitnah lagi"

Jawaban itu membuat Syam tertawa lepas di depan karina membuat perempuan itu melongo tidak percaya dengan apa yang di lihat barusan.

Terlihat sangat manis

🚐🚐🚐

Kini kajian yang sempat di hadiri oleh Iqbal telah usai tinggal beberapa orang saja yang masih tertinggal di sana termasuk Aisyah dan juga Iqbal.

"Ais kamu pulang sama saya ya" usul Iqbal

"Nggak ngerepotin tadz?"

Iqbal menggeleng keras, ia sama sekali tidak merasa terbebani dengan hal itu justru ia sangat senang bisa satu mobil dengan perempuan yang di cintai ya.

Kapan lagi kan bisa berduaan?

"Selagi saya yang menawarkan itu artinya saya nggak merasa direpotkan"

Aisyah tersenyum kaku tidak tau harus bereskpresi seperti apa ia sudah terlanjur gugup dengan ucapan Iqbal.

Iqbal membuka pintu mobil bagian belakang mempersilahkan Aisyah untuk masuk kedalam, melihat mobil sudah terbuka Aisyah masuk.

Iqbal menutup pintu kemudian melangkah masuk ke dalam pintu pengemudi, sebelum menyalakan mobil tersebut Iqbal melirik sesaat Aisyah di dalam kaca.

Terlihat wanita itu menunduk sambil meremas kuat jari jarinya. Seulas senyum terbit di bibir Iqbal kemudian menyalakan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

"Ais?"

Aisyah menggeliat di tempat tiba tiba saja dirinya merasa gugup mendengar suara berat itu.

"I-iya tadz?"

"Sampai kapan kamu memanggil saya ustadz terus, hm?"

"Ah iya kak kenapa?" balas Aisyah kembali membuat Iqbal langsung tersenyum tipis

"Umur kamu sekarang udah berapa?"

"17 tahun kak"

Iqbal manggut manggut mengindahkan jawaban Aisyah. "Terget nikah pas kamu umur berapa?" tanya Iqbal sedikit penasaran dengan hal itu

Mendengar lontaran tersebut membuat Aisyah sedikit mendongakkan kepalanya menatap Iqbal di depan, ada unsur apa Iqbal bertanya hal seperti itu?

"Aku nggak bisa menarget nya kak, aku hanya bisa menunggu kapan jodoh aku datang sendiri"

Iqbal tertegun. "Jodoh kamu nanti beruntung sekali bisa mendapatkan spek yang cukup sempurna kaya kamu" ucap Iqbal lagi semakin membuat Aisyah tidak nyaman dengan arah pembicaraannya

"Kak Iqbal kenapa ngomong kaya gitu?"

"Nggak papa, emang nggak boleh ya? Maaf"

Aisyah menjadi merasa bersalah mendengar kata maaf dari Iqbal.

"Boleh kok kak, aku tadi hanya heran aja tiba tiba kaka berbicara masalah ini. Justru aku yang berfikir kak Iqbal beruntung bisa dapetin sosok karina, ya walaupun aku belum tau pasti sikap dia kaya gimana tapi aku tau dia orangnya sangat baik"

"Betul dia emang baik saking baiknya dia bisa rebut saya dari kamu ais"

"Kenapa kamu begitu yakin kalau dia baik?" tanya Iqbal menelisik

"Ya a-aku bisa melihat pada dirinya, dia emang baik kok dia nggak pernah ngelakuin kejahatan kepada aku begitupun yang lainnya" jawab Aisyah

Terdengar helaan nafas panjang keluar. "Kamu nggak boleh menilai seseorang dari luarnya aja, bisa jadikan di dalamnya jauh lebih busuk"

Sepertinya Iqbal sangat membenci karina bahkan dengan mudahnya laki laki itu tanpa sadar sudah merendahkan istrinya sendiri.

Mobil itu terhenti di pinggir jalan membuat Aisyah semakin was was. "Saya mencintaimu ais bukan karina. Saya nggak mau karina yang jadi istri saya tapi saya mau kamu!" ucap Iqbal membuat Aisyah hanya bisa bungkam

🚐🚐🚐

Jeng jeng jeng😜

Pengen tabok ustadz Iqbal deh greget bgtt saya!

Ayuk ayuk kalau mau up nya cepat tolong kerja samanya sebagai pembaca 🙏😇

Terget!!!

Vote>>200 keatas

Comen>>200 keatas

Sampai target saya bakal up cepat!

Sampai jumpa di chap selanjutnya 👋




Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
94K 18.1K 52
๐ŸTeen Lit - Fantasy - Minor Romance๐Ÿ [ Pemenang Wattys 2021 - Fantasy ] Sebagai anak terlantar, aku cukup optimis. Aku tidak tau kenapa, tapi aku s...
722K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] โschool and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.โžโ–ซnot an...