Married For Stimulate

By xerniy

612K 10.2K 449

[21+] Airys dipaksa kakeknya menikahi Arkana (31 tahun)-seorang dokter Obgyn di rumah sakit Pradipta, salah s... More

CAST
1 ; Ripped
2 ; Unexpected
3 ; Meet Again
4 ; Denial
5 ; Found Out
6 ; Got A Married?
7 ; Debt For Marriage
9 ; Affair and Ex
10 ; Suprised
11 ; Our Wedding
12 ; First Night? πŸ”ž
13 ; Don't Now πŸ”ž
14 ; Jealous Effect
15 ; Reveal
16 ; He's Changed?
17 ; Undangan
18 ; Alasan Bersedih
19 ; Beautiful Me?
20 ; Si Paling Baperan
21 ; Mengetuk Hatimu
22 ; Surprise πŸ”žπŸ”žπŸ”ž
23 ; Try To Love MeπŸ”žπŸ”žπŸ”ž
24 ; Something About You
25 ; Sensitif
26 ; ChoosyπŸ”žπŸ”ž
27 ; Terakhir Kalinya
28 ; Dangerous Caution
29 ; Trust is HardπŸ”žπŸ”žπŸ”ž
30 ; DelusiπŸ”žπŸ”ž
31 ; Birthday Surprise
32 ; Stuck With You
33 ; Salahkah Aku Cemas?
34 ; Skeptis
35 ; About My Past
36 ; Suspicious Again
37 ; Hadiah
38 ; Mistaken
39 ; Serba Salah
40 ; Runyam
41 ; For Our Baby
42 ; Kecurigaan Yang NyataπŸ”ž
43 > Terjebak
44 ; This Our Ending

8 ; The Secret

19.3K 713 36
By xerniy

Vote dan komen ya guyss🥰

Btw, kalo mau update biasanya aku kasih tau di wall profil aku, jadi follow xerniy supaya nggak ketinggalan info yaa

Di sini kalian akan bertemu keluarga Arkana yang lain

Warning! Story content harsh words, skinship, high level of romance and adult.🔞

(Bonus pict dokter Arka😚)

Airys mondar-mandir gelisah di kamarnya, artikel tentang Arkana yang ia temukan benar-benar mengejutkannya.

Narasatya Group. Ia pernah mendengar nama perusahaan itu sebagai salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia. Bahkan, baru dia baca, sahamnya lumayan fantastis yaitu menyentuh angka 10.000 per lembar.

Jadi artinya, selama ini Arkana adalah anak seorang konglomerat kaya? Pantas saja nominal dua puluh lima juta bak sebuah kapas bagi pria itu.

Ringan sekali.

"Kenapa kak? Nahan berak?" tanya Leon yang muncul di ambang pintu membuat Airys tergelak. Satu tangannya turun dari pinggang, beralih mengibaskan rambut pongah.

"Yee. Enggaklah."

Bibir Leon mengerucut, "Makan gih, dari tadi dipanggil ibu nggak keluar-keluar."

Menghembuskan napasnya, Airys mengangguk. Leon pun pergi lebih dulu menuju ruang makan barulah dia menyusul.

Oke Airys, lupakan sejenak soal Arkana. Sekarang dia harus makan malam dengan tenang demi mengisi perutnya yang keroncongan.

"Udah dikasih tau Arkana, Rys?" tanya Anin saat Airys mengambil lauk ayam goreng. Wajah Anin tampak berseri.

"Apa tuh?"

"Besok kalian fitting gaun, foto prewed, sekalian kita ketemu sama keluarga Arka," ujarnya. Ayam yang Airys gigit mendadak terasa keras. Dia pun mengangguk malas.

Mana mungkin ia lupa karena itu adalah kesepakatannya bersama Arkana hari ini?

Menikah atas dasar perjodohan dan pelusanan hutang. Hidupnya terasa drama sekali.

"Hmm, oke, Airys setuju."

***

Airys tidak pernah mendapati rumah sebesar bangunan di hadapannya kini. Tiga tingkat. Mulutnya bahkan lupa cara terkatup rapat jika saja Anin tidak menyikut lengannya tadi.

"Tutup dong. Lama-lama mulut kamu kemasukan laler juga, Rys."

Airys menoleh. Bibirnya seketika mengatup dengan cepat. Tengsin. Ia mendongak demi memandang lagi bangunan itu tanpa kedip, dicubitnya lagi pipi, ternyata sakit.

Ini sungguh gila, bukan mimpi. Arkana ternyata memiliki rumah bak mansion yang sering ia lihat di film-film. Tapi itu pasti bukan rumahnya, kan? Paling rumah orang tuanya. Pria itu cuman numpang.

"Gede amat ya kek rumahnya," bisik Leon pada kakek yang terdengar olehnya.

Airys lirik Arkana mendekat, baru selesai memarkirkan mobilnya di carport yang sangat luas seperti lapangan bola. Tadi dia dan keluarganya dijemput oleh pria itu untuk dibawa kemari. Katanya mereka harus kumpul keluarga dulu sebelum melakukan fitting baju dan foto prewedding.

"Ayo masuk tante, Leon, kakek." Arkana mempersilahkan dengan ramahnya.

"Ini rumah orang tua atau milikmu sendiri Arka? Besar banget, Nak," tanya Anin kepo. Arkana tampak bersemu.

"Alhamdulillah. Rumah ini hasil saya menabung, Tan."

Iris Airys melebar. Apa katanya? Ck, kalau begini, Anin pasti makin setuju dia menikahi Arkana.

Benar saja wanita berhijab itu tiba-tiba menyikutnya lalu berbisik ceria, "Hidup kamu pasti terjamin sama Arka, Rys." Yang diakhiri tawa, Airys lantas meloloskan dengkusan dari hidungnya.

Ketiga sejoli itu masuk lebih dulu, sementara Airys langsung menahan lengan kemeja Arkana. "Sini dulu gue pengen ngomong."

"Kita belum menikah Airys. Jangan macam-macam."

"Daki markonah! Lo kali yang pernah macem-macemin gue," peringatnya sembari menunjuk dada lalu melotot tajam.

Arkana tertawa renyah, "Hal penting apa yang pengen kamu omongin?"

"Lo serius sama pernikahan kita?"

Pria itu tersenyum tipis, kemudian berbisik di telinganya. "Kenapa saya harus bercanda?"

"Enggak usah deket-deket napa," Membuat bulu kuduk Airys meremang, didorongnya dada Arkana agar menjauh lalu berbohong. "Nafas lo bau jengkol!"

Arkana tau Airys hanya ingin percaya dirinya berkurang, pria itu tersenyum tenang. "Lagian kamu nggak mungkin lupa soal kesepakatan kita kemarin. Saya lunasi semua hutang keluarga kamu setelah kita sah menjadi suami istri."

"Lo janji?"

"Perlu kita buat hitam di atas putih?"

"Kayaknya sih," kata Airys bersedekap. "Kita kenal baru sebentar ya kan, Om?"

"Kenal sebentar untuk hidup satu kasur selama-lamanya nggak papa," bisiknya lagi dan kali ini pria itu berani mengusap pelipisnya. Reflek dia menepis jemari Arkana.

Belum sah saja sentuhan pria itu sudah kemana-mana, bagaimana setelah menikah? Hih, dasar dokter mesum! Akan ia pastikan setelah sah nanti Arkana tidak boleh menyentuhnya sedikit pun.

"Arka," Dan suara Flora membuat mereka saling menjauh. Menatap cukup tajam. "Astaga sabar dulu kalau mau dua-duan, Nak."

"Kami cuman ngomong kok tante-"

"Iya ngerti ngomongin masa depan. Cepat masuk gih, kita bicarakan secara kekeluargaan tanggal pernikahannya. Ibu kamu udah setuju buat dipercepat, kan, Rys?"

"I-iya tante," gagap Airys diserta senyum walau hatinya membatin kesal, "Salah paham mulu anjir."

"Arka boleh minta waktu Airys sebentar, Ma?" Pertanyaan Arkana. Airys mengernyit menatap pria itu seolah berkata,"Apalagi sih, lo?!"

Namun, ia beranikan diri menolak dan memaparkan senyum palsu, "Entar aja deh, Ka. Kasian orang tua kita nunggu."

Arkana mengernyit tipis. Rupanya Airys sudah bisa bersandiwara? Ia pun mengusap kepala wanita itu seolah menyetujui permainannya, "Oke, kita masuk sayang."

"Sayang pala lo meledak!"

Mereka memasuki ruang tamu Arkana yang megah nan luas. Tatapan Airys tak putus mengamati isi ruangan tersebut hingga nyaris menabrak sofa jika saja Arkana kurang reflek membalik tubuhnya ke sisi kanan.

"Airys ini masih malu-malu yaa, Nin. Wajar kok Arka manggil kamu sayang, toh bentar lagi jadi pasangan suami istri," kata Flora yang mendaratkan pantat ke sofa.

***

Suara riuh tepuk tangan mengakhiri sesi pemasangan cincin antara Airys dan Arkana. Kedua keluarga sepakat pernikahan diadakan minggu depan. Pun, lamaran terlaksana secepat kilat secara privat.

Memasangkan cincin. Penyerahan seserahan dari pihak laki-laki dan semua printilan acara pertunangan telah mereka penuhi. Sekarang sah, Airys resmi menjadi calon istri seorang dokter kandungan bernama Arkana Bagasatya.

Sebenarnya Airys tahu pertunangan dilaksanakan hari ini, ia sudah menyiapkan diri, namun kenapa hatinya terasa masih sesak?

"Aku izin ke toilet bentar tante," pinta Airys yang diangguki oleh Flora. Keluarga mereka sedang sibuk berbincang begitu pun Arkana. Jadi, ia pergi ke toilet sendiri usai menerima arahan ART bernama bi Minah.

Masuk ke toilet, Airys meluapkan sesaknya dengan membuang napas panjang berulang kali. Menghadap cermin. Matanya terasa memanas.

"Enggak, gue nggak boleh nangis," Dulu ia berharap pertunangan ini terjadi antara ia dan Keenan yang selama dua tahun dia cintai. "Seharusnya kamu yang lamar aku, Nan." Juga laki-laki yang memutuskannya secara sepihak tanpa alasan jelas. "Sakit banget sih rasanya, gue nggak cinta sama dokter itu," Sambil menepuk dada sekuat mungkin. "Kenapa sih hidup gue begini?" Pertahanannya runtuh, tanpa sadar dia pun meneteskan air mata bertepatan saat ketukan pintu terdengar.

"Iya bentar." Bergegas Airys menyeka air mata, merapikan tatatan rambut agar tak ada yang curiga dia habis menangis. Ketika membuka pintu ia tersentak menghadapi sosok asing.

"Siapa lo?" tanya pria berkemeja putih itu sambil mengamit rokok di jemari kanannya.

"Saya tunangannya Arka," jawab Airys cepat. "Masnya siapa?"

"Oh tunangannya," Pria itu menatap dalam. "Yang ke berapa?"

"Eh? Tunangan emang ada berapa kali?"

"Salah orang ya gue. Lo bukan cewek yang gagal sama Arka kemarin?"

"Gagal?" Kernyitannya pun semakin jelas. "Maaf ya mas aku ora ngerti."

"Lo lucu deh. Tapi hati-hati aja," peringat pria itu diiringi tawa miris.

"Kenapa?"

"Calon suami lo pernah gagal nikah sebelumnya karena selingkuh sama nursenya di RS."

"Becanda ya?"

"Lo takut dipoligami nggak?" Dia menjatuhkan rokok, mematikannya dengan kaki. "Sini deh gue bisikin."

Kepalang kepo, Airys sudah mendekatkan kepalanya. Rasanya ia tidak pernah sepenasaran ini pada masa lalu siapa pun, sekarang Arkana hanya pengecualian.

"Arka itu—"

"Arven!" Mendadak suara berat memotong, tangan Arven yang hendak menggapai sisi wajah Airys terurung. "Jangan sentuh milik saya dengan tangan kotor kamu!" Arkana berdiri tak jauh, tatapannya menghunus.

Airys pun mundur selangkah menjauhi pria yang ternyata bernama Arven itu. Melihat Arkana tampak sangat marah pada kakaknya.

"Calon bini lo yang kotor, liat noh dia ngerokok."

"Gue enggak ngerokok yaa, dia bohong Ka," kesal Airys berkacak pinggang.

Arkana berjalan mendekat dengan tatapan elangnya, seolah ingin menghabisi Arven detik ini juga. "Siapa yang mengizinkan kamu datang ke rumah saya Arven?!"

"Bokap gue lah! Emang lo siapa? Rumah warisan aja bangga deh si anak mami," ujarnya membuat emosi Arkana tersulut, ia tanpa ragu mencengkram kerah Arven membuat lelaki itu berontak.

"Lepas nggak njing!"

Sadar di luar keluarganya dan Airys tengah berkumpul, Arkanq terpaksa melepaskannya.

"Bego!" Arven pun menjauh usai membenarkan kembali lipatan kerahnya sambil melirik sinis Arkana.

Airys masih berdiri mematung mencerna kejadian barusan. Untuk pertama kalinya ia lihat kemarahan Arkana begitu besar. Pria asing itu—Arven namanya. Apa hubungannya dengan Arkana? Dan kenapa Arkana seolah menolak kedatangannya di rumah ini.

"Kemana?" tahan Arkana pada Airys yang hendak melangkah pergi.

"Males ah. Pasti gue kena marah juga."

"Saya nggak marah sama kamu."

Ia menatap uluran secup es krim berukuran sedang yang diambil Arka dari pantry. "Buat gue?"

Arkana mengangguk.

"Oke, thanks." Cepat Airys menerima. "Jangan geer ya, gue ngambil biar lo nggak marah doang. Males debat soalnya."

Arkana hanya tersenyum tipis. Dia tak menjawab apa pun namun tangannya mengamit jemari Airys tanpa izin kemudian membawa gadis itu untuk duduk di stool bar.

Seumur-umur, ia baru pertama kali menemukan atensi seorang wanita sepenuhnya teralih hanya karena sebuah es krim vanilla.

"Beuhh. Enak banget. Gue yakin ini es krim mahal," batin Airys mengamati isi tulisan cupnya yang berwarna ungu. Saat deheman Arkana terdengar, ia lekas mengakhiri kekaguman.

"Dia... keluarga lo ya?" tanyanya mencari topik pembicaraan.

"Kakak saya," jawab Arkana, "Lain kali acuhkan saja kalau dia mengajak kamu bicara."

"Kesannya jadi nggak sopan deh."

"Dia bukan pria yang baik untuk diajak mengobrol."

"Kalian nggak akur?"

"Iya." Arkana menjawab sekenanya. Tampak tak senang dengan pembahasan mereka. "Saya malas membahas dia."

Airys pun menganggukan kepala kemudian mencari topik lain. "Mm.... sebenarnya gue penasaran, bokap lo kenapa harus pake kursi roda?" Ini salah satu yang menjadi pertanyaannya ketika berkumpul di ruang keluarga tadi. Satya-ayah dari Arkana yang ia dapati menduduki kursi roda, Airys ingin menanyakannya langsung, tetapi enggan karena takut membuat suasana tidak nyaman.

Dari tutur katanya Satya itu baik dan penyayang, namun tak mengurangi ketegasannya sebagai seorang ayah. Bahkan ketika dia meminta maaf karena datang ke apartemen Arkana tanpa izinnya malam itu, Satya hanya menjawab, "Aku juga pernah muda, nakal sedikit nggak masalah, Nak. Yang penting Arkana bertanggung jawab sama kamu."

"Saya nggak bisa kasih tau alasannya."

Airys mengerucutkan bibir, menatap kesal, "Katanya nggak boleh ada yang disembunyikan setelah lamaran gimana sih oneng." Sembari mengaduk es krim.

"Bukan menyembunyikan, cuman sekarang bukan waktu yang tepat Airys."

Malas berdebat, Airys mengangguk singkat.

"Saya boleh menyingkirkan sesuatu?" tanya Arkana keluar topik bikin Airys mengernyit.

"Apa?"

Tanpa menjawab, ia bergerak cepat membersihkan sisa es krim di sudut bibir wanita itu dengan bibirnya membuat Airys mematung.

"Enggak liat kok aku kak." Dan Arkana langsung menjauhkan kepalanya, mereka mendapati Leon berdiri di ambang dapur.

"MA!" Bocah itu mengadu sembari berlari kecil meninggalkan dapur. "CEPET NIKAHIN KAK AIRYS DONG MEREKA UDAH BERANI CIUMAN!"

"Leon!"

"Airys," tahan Arkana. "Bibir kamu belum benar-benar bersih."

"Gue bisa bersihin sendiri ya pak Dokter!" Spontan mendapat pelototan sang calon istri.

***

To be continueee...

Ciah dokter Arka nerobos bibir anak orang sembarangan, enggak papa katanya otw halal😚

Instagram : @xerniy_

Continue Reading

You'll Also Like

195K 3.7K 8
Karenina Natanegara. Calon CEO yang takut hartanya jatuh ke tangan orang lain. Dia rela melakukan apa saja demi mendapatkan warisan Papinya. Termasuk...
1.6M 10.2K 4
β€’ CERITA INI TELAH PUBLISH KE APLIKASI FIZZO DAN BISA DIBACA GRATIS SAMPAI TAMAT β€’ Gemerlap pinggiran ibukota membawa Dian pada pergaulan yang jauh d...
2.8M 142K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
591K 39.4K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...