Berdasarkan bukti-bukti yang sudah terkumpul, untuk sementara sang hakim membebaskan Pierre sampai pelaku yang sesungguhnya tertangkap.
Setelah sidang berakhir, Conrad dan Annette meninggalkan persidangan. Teman-teman Pierre satu persatu mengucapkan selamat serta memeluknya. Kebahagiaan mewarnai ruang sidang.
Bahasa Prancis= bahasa Indonesia
"Chéri, akhirnya kau bebas. !" (Chéri= panggilan sayang bahasa Prancis)
Biana hendak mencium Pierre. Namun Pierre menghindar. "Kau takkan mengingkari janjimu bukan? Aku sudah kehilangan banyak pengawal untuk membebaskanmu!"
"Aku berterima kasih kau sudah berusaha membebaskanku!" ucap Pierre tanpa ekspresi.
"Bukan ucapan terimakasih yang ku inginkan! Tapi dirimu sayang. Aku menginginkanmu menjadi suamiku!"
"Aku tak kan menikahimu sebelum tes DNA dilakukan!"
Biana tersenyum tipis. Sial! Laki-laki ini begitu keras kepala!
"Tentu saja!" Biana memeluk Pierre. "Ayo Sayang, kau ikut aku ke Marseille. Kita tinggal bersama!"
Pierre melepas pelukannya. "Untuk sementara aku akan tinggal bersama Vlad! Jo, ayo pergi!"
"Brengsek!" umpat Biana penuh emosi. "PIERRE!! Kau tak bisa melanggar JANJIMU!! INGATLAH, aku masih memiliki poto-poto MALAM ITU!!"
Pierre tak menghiraukan. Ia tetap melaju bersama yang lain meninggalkan ruang sidang.
"Aku ingin sekali membunuh jalang itu! ARGGGH!!!" Amarah Biana bergejolak. "
Tiba-tiba sesosok pria mendekatinya. "Nyonya, tuan Komisaris ingin bertemu anda!"
*
Ruang Komisaris
B
ahasa Inggris= bahasa Indonesia
"Salah satu bawahan tuan Pierre tengah melakukan tes DNA untuk tuan Pierre dan putri anda."
"Apa? Bagaimana mereka melakukannya? Anakku tak bisa disentuh sembarang orang!" Biana melayangkan pandangan tajam pada Ethan.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Komisaris Gregory Smith membuat pandangan wanita itu beralih padanya.
"Suruh teman doktermu itu membereskannya!" Seringai licik terpatri. "Pastikan semua berjalan lancar!" Biana beranjak dari kursi berjalan keluar ruangan dikawal Ethan.
"Nyonya tunggu!" Komisaris itu menghentikan langkah mereka.
"Ada apa lagi?"
"Terimakasih untuk makanan yang kemarin anda berikan!"
"Jangan bilang dia tak memakannya lagi?!" Polisi itu terdiam membuat Biana menatap curiga.
"Kali ini tuan Pierre ikut mengantri, namun komplotan itu mengganggu waktu makannya."
"APA? SIALAN!" Biana mengernyitkan alis. "Aku menyuruh mereka menekannya agar dia memohon pertolongan padaku! Tapi apa? Dia tetap keras kepala memilih hidup menderita di tempat terkutuk itu!!"
Biana merasa usahanya selama ini sia-sia. Hingga sang hakim melepaskan Pierre dari jeratan hukum pun ia masih mengacuhkannya.
"Siksa para napi itu. Jangan biarkan mereka makan selama 3 hari!"
*
Staten Island, New York
"Bagaimana, apa sudah ada kabar dari orang-orang kita yang kau utus untumelacak keberadaan Revela?"
"Belum, Tuan. Mereka kabur melewati Laut Utara dengan sekoci. Seharusnya negara yang mereka tuju tak jauh dari Belgia. Satu-satunya negara terdekat adalah negara Inggris. Kemungkinan mereka kabur ke sana. Namun orang-orang kita belum menemukan jejak mereka!" tutur Markus.
"Suruh mereka untuk terus mencarinya! Christian orang yang sangat cerdas. Kemungkinan dia bersembunyi di tempat yang sukar dicari!" Pierre memperhatikan sepupunya yang sedari tadi tak berhenti menatapnya dengan perasaan tak suka.
"Ada apa Vlad? Kenapa kau menatapku seperti itu?! Apa ada yang aneh denganku?"
"Dengan keadaanmu yang seperti itu ... apa yang bisa kau perbuat? Apa kau benar-benar pantas untuknya??"
"Apa maksudmu?"
Suasana di ruang itu sedikit memanas.
"Tuan Vlad, jaga bicaramu pada Kak Pierre!"
"Hah berhenti memanggilnya Kakak! Dia bukan Kakakmu! Dan hentikan sikap sok mu itu!" Vlad sedikit mencemooh.
"Kau-"
"JO! Antar aku ke kamar! Kepalaku sedikit pusing. Tubuhku sangat lelah. Aku ingin beristirahat!"
Jordi mengantar Pierre menuju kamar tamu yang sudah disediakan pelayan.
*
Dua minggu berlalu sudah sejak hakim menjatuhkan penangguhan tahanan untuk Pierre di pengadilan. Meski sudah terbebas, Pierre masih harus wajib lapor untuk memenuhi persyaratan penangguhan. Disela kehidupannya sekarang, laki-laki itu setiap hari menyibukkan dirinya dengan terapi. Dirinya tak sabar ingin segera berjalan kembali. Olahraga ringan pun dilakukannya untuk kembali membentuk otot-otot yang telah lama hilang.
Markus datang membawa amplop coklat berisikan selembar kertas. Pierre membuka amplop besar itu merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat.
"Tuan anda kenapa?" Markus mengambil selembar kertas itu dan membacanya. Disana tertulis kedua pasien secara biologis mempunyai kecocokan 99,99% ayah dan anak. "Apa?! Ini tidak mungkin! Pasti dokter itu telah melakukan kesalahan!"
Jordi cepat-cepat merebut kertas itu dari tangan Markus dan segera melihatnya. Jordi meradang. "BRENGSEK! Aku akan membuat perhitungan dengan pihak rumah sakit!!"
Tiba-tiba seorang wanita dikawal dua orang pria datang berkunjung.
Bahasa Prancis= bahasa Indonesia
"Mengapa suasana disini begitu tegang?" sapa Biana namun tak ada yang menyahut wanita perfeksionisme itu.
Biana berjalan mendekati Pierre. "Bagaimana keadaanmu Sayang?" Ia mencoba menyentuhnya. Namun kali ini laki-laki yang tengah bersedih itu tak menolaknya, membuatnya sedikit memberanikan diri mencium pipinya. Biana tersenyum menang. "Sepertinya kau mulai memperhatikan kesehatan tubuhmu kembali!"
"Mau apa kemari?!" tanya Pierre kecut.
"Aku tidak akan lama. Aku hanya ingin memberikanmu ini!"
Biana memberi sebuah kertas yang ia dapat dari hasil replika tes DNA yang dilakukan Markus dengan bantuan dokter. Pierre mengambil kertas itu tanpa melihatnya karena ia tau hasilnya seperti apa. Laki-laki itu tau maksud kedatangan wanita itu untuk menekannya.
"Sekarang kau tak bisa mengelak lagi! Disana tertulis kau ayah biologis dari putriku!"
"Aku mau menikahimu dengan syarat harus menunggu kedua kakiku dapat berjalan kembali!"
"APA? Itu terlalu lama! Aku tidak mau!!"
"Kau tidak mau menahan malu didepan publik bukan menikahi suami cacat sepertiku?"
Biana menahan amarah. "Hah baiklah lakukan sesukamu! Tapi awas jika kau berani membohongiku, aku tak segan-segan menyebar luaskan poto-poto tak senonoh kita!!" Wanita itu mengambil tas yang tergeletak diatas meja dan meninggalkan sebuah poto lalu berjalan keluar menuju pintu.
Markus, Jordi dan Vlad menatap tak percaya dengan keputusan Pierre.
"Akhirnya kau menyetujuinya juga!" ucap Vlad yang sedari tadi terdiam di sofa.
Pierre tersenyum memandang poto yang diberikan Biana. Poto seorang bayi mungil yang terlihat begitu lucu dan menggemaskan tertawa ke arahnya.
Anak ini bermata biru sepertiku ... apa benar dia anakku?
***
BERSAMBUNG 💖
Published Apr 16, 2023 12:55 PM