Keluarga Serigala ✔

By dinaaa313

5.8K 800 460

JANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyel... More

1. Pengantin Baru
2. Hadiah Terindah
3. Liburan, Yuk!
4. Happy Holiday
5. Para Princess
6. Petualangan Lautan
7. Kasmaran
8. Desa Salju
9. Jepang & Kasih Sayang
Tobatnya 'Seorang' Buaya 🎁
Cinta Dua Negara ☁️

10. Sayonara!

565 61 56
By dinaaa313

Hari terakhir di Jepang. Dan jadwal liburan untuk keluarga Mahesa masih akan bersenang-senang.

Danu dan Mentari telah selesai dengan quality time mereka berdua. Jadi kembali ke Tokyo setelah bulan madu di daerah Shirakawa, Danu dan Mentari siap untuk menghabiskan waktu bahagia bersama semua rombongan keluarga Mahesa.

Yang tujuan jalan-jalan kali ini, adalah di daerah Shinjuku dan Harajuku yang selalu ramai sekali.

Kedua daerah ini, Shinjuku dan Harajuku, terkenal sekali sebagai pusat fashion kasual dan subkultur dengan harga yang sangat terjangkau untuk semua kalangan.

Di sini, banyak sekali terdapat toko-toko fashion yang menjual baju-baju dan berbagai macam pernak-pernik khas mode Jepang. Beragam jenis gaya pakaian mulai dari Gothic Lolita, Rocker, Rapper, atau semua jenis gaya pakaian Etnic sampai Vintage sekalipun diterima dengan tangan yang sangat terbuka di area unik ini.

Dan semua hal menarik yang ada di sini, bisa dijangkau dengan jalan kaki. Jadi kali ini, semua rombongan keluarga Mahesa sedang saling bergandengan tangan untuk menikmati hari terakhir di negara yang terkenal sekali dengan keberadaan gunung Fuji.

"Aduh. Koper Mama sampai beli lagi nih. Saking banyaknya Mama belanja di sini. Kalap terus."

"Nggak papa. Kalau masih ada yang mau Mama beli, beli aja, Ma. Mumpung lagi ada di sini."

"Tapi kalau bagasinya sampai nggak muat, gimana?"

"Gampang. Nanti bisa aku urus."

Diberi tawaran begitu menggiurkan dari putra tampannya, Mama Hesti Prameswari jelas langsung berseru dengan penuh suka cita.

"Asik! Terimakasih, sayangnya Mama! Makin banyak rezekinya ya, sayang. Terimakasih banyak sudah selalu menyenangkan hati orangtua."

"Sama-sama, Ma. Semua hasil kerja kerasku, juga jelas untuk Mama."

"Aduh. Udah nikah. Udah punya istri. Udah punya anak. Sekarang, anak kakunya Mama, jadi bisa romantis banget nih."

"Romantis, si romantis, Ma. Tapi, please. Tolong. Jangan cium-cium aku di tempat umum kaya gini dong, Ma."

"Ya memang kenapa? Kan, Mama cium anak sendiri." Alibi Mama Hesti, yang masih terus menciumi pipi Danu sampai berkali-kali.

"Tapi tetep gawat banget, Ma."

"Memang kenapa si? Masa dicium sama Mama sendiri, nggak mau?"

"Bukan nggak mau, Ma. Tapi nanti, kalau Ibu-Ibu lain yang ada di sini lihat, dan jadi pengin juga, gimana? Aku nggak sanggup kalau harus tenangin Mentari yang cemburu. Bisa gawat kalau Tari jadi nggak mau mantap-mantap sama aku."

Dan Mentari Mahika yang ditarik namanya, jelas langsung mengeluarkan sungutannya.

"Idih. Gaya banget. Siapa juga yang lirik-lirik Kakak. Sok!"

Memang begini keributan asik yang bisa selalu ada di antara keluarga Mahesa. Baik yang kecil, mau pun yang dewasa. Karena Ega bersama Lala dan Emma, juga tak kalah menarik perhatian dengan bentuk ocehan heboh mereka.

"Jadi, habis ini, kita mau ke cafe Cinnamoroll?"

"Iya. Jadi nanti, Lala dan Emma bisa ketemu sama roti, cake, atau minuman yang bentuknya Hello Kitty, Sanrio atau Kuromi."

"Wah. Mau!"

"Iya. Emma juga mau!"

"Ayo dong. Kita meluncur ke sana. Jadi, nanti, Duo Bocil, harus anteng ya. Gandengan terus. Jangan sampai lepas. Biar nggak ilang. Antre yang tertib. Jadi nanti, bisa dapat makanan lucu. Oke?"

"Siap!"

*****

Dan seperti apa yang sudah para bocil tunggu-tunggu, akhirnya, rombongan keluarga Mahesa sampai di Sanrio Cafe yang ada ada di dalam Mall Sunshing City. Tepatnya, di lantai B1 F. Dan sampai di sini, keadaannya sungguhan sudah ramai sekali. Yang semua pengunjung ini pasti sama seperti Lala dan Emma. Yang tak sabar ingin segera mencicipi hidangan karakter lucu dengan ciri khas telinga empuk mereka.

Menu yang ada di Sanrio Cafe benar-benar beragam sekali. Mulai dari hamburger, pancake, soup, latte art, ice cream, cake, smoothies, baked doughnuts, dojima rolls, crepes, juga berbagai macam minuman sampai beragam side menu yang pilihannya sungguhan begitu banyak dan lucu-lucu sekali.

Akhirnya dapat juga. Dan setelah terbebas dari acara galau memilih banyaknya pilihan menu teramat imut yang ada. Kini rombongan keluarga Mahesa sudah mulai menikmati semua hidangan lucu pilihan Lala dan Emma.

Dan menu pilihan yang dipesan ada kuromi beef burger, gudetama hamburger berisi saus tar tar dengan banyak telur dan saus yang berlimpah, kuromi strawberry latte, cinnamoroll crepes dengan isian cream vanilla dan topping pisang serta bubuk cinnamon, hello kitty pancake dengan topping buah apel, pompompurin pancake dengan topping puding utuh, dan terakhir ada hello kitty donat panggang dengan glaze rasa sweet chocolate dan strawberry.

Yang semuanya, habis tak bersisa.

"Semua makanan dan minumannya, enak banget! Perutku sampai gendut karena kekenyangan."

"Iya, La. Lucu-lucu juga."

"Aku paling suka yang minuman busa ada Kuromi."

"Itu bukan minuman busa, La. Tapi latte."

"Ya. Pokoknya itu namanya."

Dan semua bentuk celotehan tanpa henti, sebagai luapan rasa suka cita tentang betapa senangnya Lala dan Emma hari ini.

Gemas!

*****

Waktu malam sudah tiba. Dan kini, Danu sudah diapit oleh kedua kesayangannya. Ada Lala dan Mentari yang sejak tadi begitu setia memeluk tubuh tegap dan kekar milik Danu dengan pelukan erat mereka.

"Lala gimana?"

"Apanya, Pa?"

"Waktu Papa sama Mama pergi berdua, perasaannya Lala, gimana? Marah? Atau sedih?"

Lala langsung memberikan gelengan kepalanya. "Lala nggak mungkin marah sama Papa dan Mama. Nggak sedih juga."

"Beneran?"

"Iya dong."

"Jadi, waktu Papa dan Mama jalan-jalan berdua, Lala gimana? Lala ngapain aja di sini?"

"Lala happy, Pa. Lala oke di sini. Kan, Lala sama Oma. Sama Om Ega. Sama Emma juga. Lala nggak pernah sendirian. Jadi, Lala nggak papa waktu Papa dan Mama lagi bulan madu."

Mentari jadi tersenyum malu di balik bahu seluas samudera milik Danu.

Berbeda dengan Danu yang jadi melebarkan kedua matanya, karena terkejut sekali dengan kosa kata tak terduga yang diketahui oleh Lala.

"Lala tahu kata bulan madu, dari mana?"

"Dari Om Ega."

Yang seharusnya, tanpa perlu bertanya, Danu sudah bisa menebak siapa pelakunya. Tapi tetap saja, mendengar jawaban teramat lugas dan cepat dari Lala, saat ini Danu jadi ingin sekali menarik telinga Ega supaya tak memberikan didikan yang macam-macam pada Lala.

"Om Ega bilang apa aja sama Lala?"

"Kata Om Ega, Papa sama Mama lagi bulan madu. Lagi berduaan. Mau pacaran. Papa dan Mama harus kencan, dan nggak boleh diganggu. Biar Lala bisa punya adik bayi kaya Emma. Biar perutnya Mama bisa besar kaya Mama Dian. Om Ega bilang gitu sama Lala. Makanya, waktu Papa dan Mama jalan-jalan berdua, Lala nggak sedih. Nggak marah juga. Tapi, Lala malah seneng banget. Soalnya, Lala jadi bisa punya adik baby lucu juga kaya Alnira! Iya kan, Pa?"

Seruan senang dan pandangan mata berbinar dari Lala tentang adik bayi kesukaannya, membuat Danu benar-benar jadi ingin sekali segera memiting leher Ega. Tapi di waktu yang sangat sama, juga jadi khusyuk sekali berdoa, bahwa semoga, harapan tulus dari Lala bisa segera dikabulkan oleh Sang Pencipta. Bahwa semoga, Mentari bisa segera mengandung buah cinta keluarga Mahesa.

Aamiin.

"Papa."

"Iya, sayang."

"Terimakasih, Papa."

"Terimakasih untuk apa?"

"Banyak banget."

"Memang kenapa? Papa nggak ngapa-ngapain."

"Papa udah banyak banget kasih sesuatu buat Lala. Bagus-bagus semua."

Dan bagaimana hati Danu tak jadi menghangat?

Jika pelukan dan kalimat tulus yang Lala katakan, sungguhan sesuatu begitu baik yang membuat Danu jadi diliputi banyak sekali macam kebahagiaan.

"Karena Lala, anak Papa. Jadi memang sudah seharusnya kaya gitu, sayang."

"Iya. Makanya, Lala memang harus bilang banyak terimakasih buat Papa."

Jadi Danu hanya bisa semakin mengembangkan senyum bahagianya. Dan terdiam untuk mendengarkan semua cerita dari Lala.

"Terimakasih, Papa. Terimakasih, karena sudah mau jadi Papa untuk Lala. Terimakasih, karena Papa dan Oma, Lala jadi bisa punya keluarga. Terimakasih, karena Papa, sekarang, Lala juga jadi punya Mama. Terimakasih, karena Papa, Lala jadi nggak pernah sendirian lagi. Dan terimakasih, karena Papa, Lala jadi bisa lihat banyak hal bagus banget, yang dulu, bahkan Lala nggak tahu kalau itu ada."

Dan kini, bukan hanya Danu yang jadi menahan haru dari semua bentuk kepolosan ini. Tapi Mentari, yang diam-diam juga langsung menggigit bagian bibirnya untuk menahan tangis yang sudah ingin merangsek keluar karena hatinya yang terenyuh sekali.

"Sekarang, bahkan sudah sejak dulu, dari semenjak Lala jadi anak Papa, Lala akan bisa lihat banyak hal. Apa aja. Karena apa yang Papa punya, ya punya Lala juga." Jawaban Danu yang semakin mengeratkan pelukannya untuk Lala.

"Iya, Pa. Jadi, terimakasih ya, Pa. Banyak banget. Karena Papa, Lala jadi bisa naik pesawat."

"Lala happy nggak naik pesawat?"

"Happy banget dong. Lala suka. Walau awalnya, Lala sempet takut nggak bisa turun."

"Nggak papa. Ini, pengalaman pertama. Jadi wajar kalau Lala kaya gitu. Tapi nanti, kalau udah terbiasa, Lala pasti nggak akan takut lagi. Ya, sayang?"

"Iya, Pa. Jadi, terimakasih ya, Pa. Lala nggak akan pernah berhenti bilang terimakasih sama Papa."

"Tapi ucapan terimakasih dari Lala, untuk Papa, udah banyak banget, sayang."

"Ya nggak papa. Karena semua yang Papa kasih buat Lala, juga ada banyak banget, Pa."

Bilah bibir Danu jadi tak bisa mengeluarkan kata. Saat Danu jelas merasa, bahwa di balik punggungnya, Mentari telah meneteskan air matanya. Dan ini semua, jelas karena perasaan haru teramat besar sebab cerita dari Lala.

"Karena Papa, Lala jadi bisa naik pesawat. Karena Papa, Lala jadi bisa jalan-jalan dan liburan ke luar negeri. Ke Jepang, yang dulu, cuma Lala tahu dari buku. Dulu, Lala jalan-jalan, kalau cari botol bekas. Naik kendaraan, palingan, itu naik angkot. Itu juga kalau uangnya cukup."

Danu dan Mentari makin bungkam.

Dengan perasaan berkecamuk karena langsung membayangkan bagaimana beratnya perjuangan besar yang dulu telah Lala rasakan.

"Karena Papa, Lala jadi selalu bisa makan makanan enak. Bahkan sekarang, Lala jadi bisa makan makanan mahal yang makannya pakai sumpit."

Oh tidak.

Tangis Mentari sungguhan sudah semakin deras.

Dan Mentari jadi bersyukur karena Danu yang sedang berada di tengah. Karena posisi yang seperti ini membuat Mentari jadi bebas menangis tanpa perlu merasa bersalah.

"Semua makanan yang Lala mau, sekarang, bisa Papa belikan. Jadi Lala nggak perlu takut lagi." Danu masih berusaha tegar untuk saat ini.

"Iya, Pa. Karena Papa, Lala nggak pernah kelaparan lagi. Karena bahkan, Lala udah makan, juga sering banget masih dikasih jajan sama Papa dan Oma, juga sama Mama. Sama Om Ega juga. Karena Papa, Lala bisa minum susu. Padahal, dulu, Lala bisa minum susu, kalau dikasih sama Ibu-Ibu baik yang ngurusin Posyandu. Itu, juga kalau ada susu yang masih sisa. Kalau adik bayi yang ikut Posyandu banyak, ya Lala nggak dapat, cuma minum teh manis aja. Tapi itu juga udah enak banget. Soalnya, Lala dapatnya gratis."

Bagaimana caranya Danu akan bisa menahan tangisnya jika teringat kehidupan Lala?

Karena sekarang saja, gigitan Danu pada bibir bawahnya, sudah menandakan bagaimana harunya Danu memikirkan kuatnya putri kecilnya.

"Karena Papa, sekarang, Lala jadi bisa makan ice cream. Makan roti bentuk-bentuk lucu. Dulu, paling sering, Lala minumnya cuma air putih. Makannya, sama ikan asin. Biar bisa awet lama. Karena walau makannya sedikit, bisa pakai nasi yang banyak sampai kenyang. Atau pakai tahu dan tempe, yang murah. Kalau Kakek dapat botolnya banyak, Lala bisa dibelikan ikan goreng. Walau bisanya juga tetap beli yang murah, karena durinya banyak, tapi Lala tetap seneng banget, Pa."

Mentari jadi mencengkeram baju yang dikenakan oleh suaminya. Melampiaskan rasa haru yang sedang dirasakan oleh Mentari karena beratnya kehidupan yang pernah dipunya oleh Lala.

"Karena Papa, sekarang, Lala bisa makan sayur hangat yang kuahnya enak banget. Isinya, juga macam-macam. Ada dagingnya, ada telurnya, ada cumi, ada tahu, dan ada sayur yang Lala nggak tahu namanya apa. Dulu, Lala makan sayur, ya cuma satu macam aja. Kakek yang masak. Atau beli di warung yang murah. Atau ada tetangga baik yang kasih. Dulu, kalau ada tetangga baik yang kasih sayur atau lauk, biasanya banyak banget. Sampai Lala dan Kakek bisa makan buat 2 atau 3 hari. Jadi kalau sayur dan lauknya masih, dihangatin terus sampai warnanya coklat. Tapi tetap enak. Soalnya, bumbunya makin menyerap. Dan Papa tahu? Kalau Kakek masih ada, dan coba sayur yang tadi Papa belikan untuk Lala, Kakek pasti seneng banget. Bisa-bisa, Kakek sampai nangis, karena makanannya enak banget. Kaya Lala, waktu dulu, pertama kali makan di meja makan sama Papa. Waktu makan ikan besar, yang dagingnya tebel banget."

Danu jadi saling mengeratkan genggaman tangan bersama Mentari. Mulai tak kuat menahan tangis dengan semua cerita haru Lala saat ini.

"Karena Papa, sekarang, Lala jadi bisa tidur di kamar yang ada selimut tebal dan pakai AC. Kalau dulu, nggak perlu pakai AC, kalau malam, Lala udah bisa kedinginan kalau lagi hujan. Soalnya, atap sama dindingnya bocor, jadi kadang, air bisa merembes sampai kamar. Kalau Lala, masih kuat. Tapi kalau Kakek, Lala sering banget nangis kalau Kakek jadi sakit karena kena air hujan."

Ya Allah.

Anak sekecil Lala, tapi dirinya telah banyak melewati perjuangan getir di dalam hidupnya.

"Karena Papa, sekarang, Lala selalu pakai baju bagus. Tapi baju-baju Lala yang dulu, yang Lala dapat kalau lagi cari botol, yang dibeliin sama Kakek, atau yang dikasih sama orang, juga masih Lala simpan. Jadi, terimakasih ya, Pa. Terimakasih karena udah kasih Lala semua yang bagus-bagus. Dan maaf, kalau Lala jadi buat Papa banyak repot. Maaf, kalau makannya Lala banyak. Maaf, kalau Lala masih suka cerewet dan bikin berisik. Maaf, karena kadang, Lala jadi manja banget karena mau sering sama Papa. Tapi, Lala janji, nanti, kalau Lala udah besar, udah kerja dan bisa dapat gaji yang banyak, Lala pasti akan bayar semua hutang Lala sama Papa. Ya, Pa? Papa tunggu ya."

Kecupan lembut dan teramat tulus lekas Danu berikan untuk Lala.

"Papa udah selalu bilang, berulang kali, sering banget, kalau Lala nggak pernah punya hutang sama Papa. Jadi, kalau nanti Lala udah besar, dan bisa dapat banyak gaji, itu semua, uangnya Lala, untuk hidupnya Lala. Untuk beli semua kebutuhannya Lala. Bukan untuk bayar hutang sama Papa. Karena Lala, anaknya Papa. Jadi apa yang Papa kasih buat Lala, itu bentuk sayang, bukan pinjaman."

"Jadi Lala nggak boleh mengembalikan?"

"Nggak perlu dong. Cukup Lala jadi anak sholihah. Anak baik. Taat beragama. Dan selalu takut sama Allah dengan rajin beribadah. Maka itu sudah sangat cukup untuk Papa."

"Gitu, Pa?"

"Iya dong. Sama kaya banyaknya doa yang Lala kasih untuk Kakek, Ibu, juga Bapak. Papa dan Oma, juga mau yang seperti itu. Mama dan Om Ega juga. Karena kalau Lala jadi anak sholihah, Lala pasti nggak akan pernah lupa untuk doain Papa. Dan doa dari anak sholihah, itu yang lebih utama. Jadi, Lala nggak perlu bayar hutang sama Papa. Doakan Papa, semoga Allah selalu jaga kita semua."

"Kalau gitu, Lala tetap akan bayar hutang sama Papa."

"Kenapa gitu?"

"Iya. Kalau Papa nggak mau terima uang dari Lala, berarti, nanti, giliran Lala yang jagain Papa."

"Lala mau jagain Papa?" tatapan berkaca-kaca yang Danu tunjukan saat kini berhadapan langsung dengan Lala.

"Iya dong. Sama kaya sekarang, waktu Papa selalu jagain Lala. Nanti, giliran Lala yang jagain Papa. Semuanya. Waktu Papa sakit. Waktu Papa capek. Waktu Papa bosan. Waktu Papa lagi sendirian. Pokoknya, Lala akan selalu jaga Papa."

"Gitu?"

"Iya dong."

"Kalau Papa nggak mau? Atau kalau Papa lupa?"

"Harus mau. Dan harus ingat. Kalau perlu, Lala paksa. Soalnya, Lala udah biasa dipanggil tuyul boncel sama Papa. Jadi nanti, waktu Lala jagain Papa, Lala mau nempel terus, sampai Papa nggak akan pernah lupa sama Lala."

"Oke. Jadi, Lala mau selalu jaga Papa?"

"Iya. Selalu."

"Janji?"

"Pinky promise. Janji. Lala akan selalu jaga Papa. Kalau Papa lupa atau nggak mau, Lala nggak akan pernah pergi. Mau sama Papa terus. Lala akan selalu sama Papa, sampai Papa ingat, kalau Lala anaknya Papa. Jadi Papa nggak akan pernah sendirian."

"Ya. Papa juga nggak mau sendirian di dunia ini." Kalimat penuh keyakinan saat Danu semakin mengeratkan pelukannya untuk Lala dan Mentari.

"Iya. Jadi, Lala pasti akan selalu sama Papa. Karena Lala tahu gimana sedihnya ditinggalkan waktu Ibu dan Kakek nggak ada. Jadi, setelah punya Papa, Lala akan selalu jaga Papa. Janji."

"Tapi sekarang, Lala masih kecil."

"Lala memang masih kecil, tapi Lala kuat, Papa."

"Oh ya?"

"Iya dong. Jagoan. Kaya Papa."

Danu tersenyum dengan lelehan air mata.

Tapi saat merasakan Lala mulai menguap di sisinya, tangis haru Danu berubah menjadi tawa pelan penuh rasa bahagia.

"Lala udah ngantuk ya?"

Lala mengangguk dalam pelukan Papa Tampannya. "Iya, Pa. Matanya Lala, udah mulai kedip-kedip nih. Susah dibuka. Jadi, Lala mau keluar habis ini. Mau tidur sama Oma dan Emma."

"Kalau Lala udah ngantuk banget, tidur di sini aja. Sama Papa dan Mama."

"Boleh?"

"Ya boleh dong. Besok pagi, baru Lala ketemu lagi sama Oma dan Emma."

Diberi izin semanis ini, Lala jadi tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya untuk Danu yang sangat Lala sayangi.

"Terimakasih, Papa."

"Sama-sama, anak cantiknya Papa."

"Lala sayang banget sama Papa. Banyak banget sayangnya."

"Papa juga sayang banget sama Lala."

Mengusap lembut punggung kecil putri cantiknya sampai Lala tertidur lelap dalam pelukannya, senyum bahagia Danu jadi kembali tercipta, saat mendengar panggilan halus dari istri tercinta.

"Kak."

"Iya, sayang."

"Terimakasih."

"Hari ini, banyak banget bilang makasih."

Mentari jadi tersenyum dan berulang kali menciumi pipi Danu. "Ya karena Kakak memang baik banget. Super. Jadi, terimakasih ya, Kak. Yang super banyak. Karena Kakak, aku bisa punya Lala, untuk jadi banyak bahagia dalam hidupku. Terimakasih, Kak. Sehat selalu ya. Karena Kakak nggak boleh lupa, kalau ada aku yang selalu mau kebaikan di setiap hidup Kakak."

Kembali menangis haru, bagian pelipis Mentari sudah langsung mendapat kecupan lembut dari Danu.

"Kamu dan Lala, juga sudah jadi banyak sumber kebahagiaan buat aku. Jadi, bukan hanya aku yang harus selalu sehat. Tapi kalian juga. Ya? Karena kuatnya aku, dan semua bentuk usahaku, itu juga jelas untuk kalian berdua."

*****

Maka kembali dibuat percaya, bahwa hidup memang pasti selalu ada alasannya. Ada tujuannya. Begitu juga dengan setiap orang yang hadir di dalam hidup kita.

Jadi tak boleh lupa ya. Apa yang kita punya, siapa saja orang baik di sisi kita, jaga mereka.

Karena yang baik dan selalu menjaga, adalah istimewa yang nanti pasti akan jadi seseorang paling berharga, yang adanya akan bisa selalu setia.

Kalau belum menemukan baik seperti bagaimana pikiran kita, maka ayo kita yang jadi salah satunya.

Karena dimulai dari diri kita, maka kebaikan pasti akan bisa selalu menyertai di mana saja kita sedang berada.

Salam sayang selalu dari yang sedang sangat berbahagia meski darah yang mengalir di antara mereka tak sama,

- Keluarga Mahesa -

*****

EXTRA CHAPTER END

*****

Yeeaaayyyy selesai 😍😍😍

Seperti judulnya, extra chapter sampai 10 bab sudah selesai untuk "Serigala Berhati Domba" 😁

Terimakasih untuk semuanya yang sudah selalu setia bersama Nada Dina sampai selama ini 🤗🤗🤗

Jangan lupa yaaa

Kalau Dina selalu sayang kalian banyakkk banyakkkk banyakkkkk sekali 💕

Dari semua piknik online bersama Nada Dina, paling suka waktu pergi ke mana? Paling ingat dan susah lupa, acara bulan madunya pasangan siapa? 😍😍😍

Oke dehhh

Sampai jumpa 🤗🤗🤗

Semoga bisa ketemu lagi di kisah panjang berikutnya, dan terus jatuh cinta sama Nada Dina yaaa ❤️

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk semua umat islam di dunia ❤️

Ramadhan telah tiba ❤️

Semoga, bulan penuh berkah ini semakin menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih taat akan ibadah dan pada Sang Pencipta ❤️

Selamat menjalani waktu-waktu syahdu penuh pahala ❤️

Mohon maaf lahir dan batin atas segala salah yang mungkin pernah dilakukan. Baik kata mau pun tulisan. Semoga kita semua bisa saling rindu karena kebaikan ❤️

Salam sayang selalu dari yang senantiasa bersyukur karena punya kalian semua,

Dina 🌸

Continue Reading

You'll Also Like

2M 117K 38
"Bintang bisa ada didunia ini karena bunda, dan bunda adalah cahaya Bintang yang akan membantu langit untuk bersinar" -Bintang Zhivaro Ashera. "Bunda...
Mas Kevin By bio-che

Teen Fiction

69.7K 5.4K 36
Dia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi...
401K 19.1K 199
Menceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.
141K 9.9K 35
[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah...