Rengkuh Sang Biru

By Lalanaraya

81.8K 9.6K 3.6K

Renjana Sabiru harus menerima fakta tentang kepergian kedua orangtuanya yang membuatnya menjadi yatim piatu... More

Awal || intro
Karakter tokoh
Bab.1 || Awal kisah, Di Balik Sebuah Janji
Bab.2 || Kembali Pulang, Bersama Segenggam Hangat
Bab.3 || Pengakuan Dan Harapan
Bab.4 || Harap Yang Patah
Bab.5 || Porak-Poranda Dalam Diam
Bab.6 || Dingin Yang Tidak Terbaca
Bab.7 || Setumpuk Amarah Dan Seberkas Iri.
Bab.8 || Langkah Pertama Menuju Petaka
Bab.9 || Perisai Dingin Yang Membentang
Bab.10 || Ketika kecewa dan patah mulai melebur
Bab.11 || Perihal Kecewa Dan Amarah
Bab.13 || Ketika Asa Tidak Lagi Tersisa.
Bab.14 || Bagaimana Pahit Terasa Manis.
Bab.15 ||Sederhana Yang Patut Disyukuri
Bab.16 ||Sudut-Sudut Ruang Hampa
Bab.17 || Dua Sisi Koin Yang Berbeda
Bab.18 || Tawa Yang Kembali Terenggut
Bab.19 || Yang Telah Putus Tidak Bisa Dibenahi.
Bab.20 || Ketika Hujan Kembali Menyamarkan Tangis.
Bab.21 || Jutaan Rasa Sakit Absolute.
Bab.22 || Sunyi Di Antara Riuh Semesta.
Bab.23 ||Secercah Harap Berselimut Fana
Bab.24 || Sepasang Binar yang Kembali Berpendar.
Bab.25 || Badai yang Belum sepenuhnya Usai
Bab.26 || Rengkuh Hangat Untuk Sang Biru
Cerita baru

Bab.12 || Patah, Hancur Lebur, Tercerai Berai.

3.1K 387 260
By Lalanaraya


_____________________

Angkasa di luar sudah cukup gelap untuk seseorang berada di luar. Aroma tanah yang basah selepas hujan masih terasa kental meski hujan telah mereda sepenuhnya. Pun bagaimana dingin udara malam selepas hujan yang menusuk kulit masih begitu terasa.

Meski begitu, kemerlap suasana ibu kota di malam hari tidak pernah absen dari sibuk. Padat kendaraan yang berlomba untuk melaju lebih dulu masih menjadi pemandangan yang kerap terlihat.

Di antara padatnya kendaraan yang berlalu lalang, di pinggiran jalan sana sosok Biru berjalan tak tentu arah dengan pandangan kosongnya.

"Aku harus kemana ... " lirih Biru dengan suara bergetar.

Sepasang cokelat madunya yang sayu berkeliling menatap sekitarnya, sebelum terhenti pada sepasang sepatu usang yang ia kenakan.

Sudah terhitung delapan jam sejak Biru putuskan meninggalkan rumah Galaksi pukul dua siang tadi, dan yang Biru lakukan hanya berkeliling tak tentu arah tanpa tempat tujuan.

"Ibu, bapak, Biru harus kemana. Biru capek, Biru lapar, Biru ngantuk," keluh si mungil sambil merehatkan tubuh ringkihnya di pelantaran ruko kelontong. Netra cokelat madunya mendongkak menatap langit yang perlahan menampakkan hamparan bintangnya.

Malam semakin larut dan Biru belum menemukan tempat untuknya sekedar bermalam. Biru hanya membawa tas selempang usang berisi pakaian lamanya, serta ransel kecil yang terisi buku paket dan seragam sekolahnya.

Seluruh barang dan pakaian pemberian Galaksi tidak Biru bawa. Pun bahkan smartphone pemberian Galaksi untuknya Biru tinggalkan di kamarnya.

Dan di saat seperti ini Biru tidak tahu bagaimana cara menghubungi sahabat karibnya, Arayaksa. Sebab hanya Arai lah yang tersisa sebagai tempatnya untuk pulang saat hampir seluruh keluarganya menolak hadirnya. Untuk pergi ke rumah Arai pun Biru tidak tahu alamatnya.

Ya, Biru memang bersahabat dengan Arai sudah cukup lama. Namun setiap Biru ingin bermain di rumah Arai, bocah itu selalu berdalih ibunya sibuk melakukan sesi wawancara. Sebab yang Biru tahui Ibu kandung Arai cukup terkenal sebagai aktris dan model papan atas.

"Heh bocah, ngapain kamu tidur di depan ruko saya."

Lantang suara bernada tegas itu membuat Biru yang terkantuk-kantuk hampir terlelap tersentak di tempatnya. Bocah itu mendongkak menatap wanita paruh baya berdaster khas ibu-ibu menatap nyalang dirinya.

Biru bangkit dengan tergesa-gesa, pun netra sayunya yang menatap takut wanita di hadapannya.

"B-bu saya boleh numpang tidur di teras tokonya ibu nggak? Malam ini aja bu. Saya janji besok pagi langsung pergi." Kendati rasa takut mendominasi, Biru beranikan untuk suarakan permohonannya. Sebab asa yang Biru miliki hampir menghilang bersama harap yang perlahan redup.

"Kamu pikir toko saya tempat penampungan gembel. Minggir sana! Saya mau tutup toko!" usir wanita pemilik toko, sambil bersiap menutup gerbang tokonya.

Melihat wanita yang hendak menutup gerbang teras toko tersebut membuat Biru tanpa pikir panjang meraih tangan sang ibu dan menggenggamnya dengan jemari mungilnya yang dingin.

"Saya mohon, bu. Saya nggak tahu mau tidur di mana malam ini. S-saya cuma numpang di terasnya ibu, a-atau di depan pagar juga gak papa. Saya janji gak bakal ganggu ibu," lirih Biru mengiba, sepasang kelereng cokelat madunya telah sempurna berbingkai kaca. "Saya mohon, bu. Saya nggak tau mau kemana lagi."

Si mungil mendongkak perlihatkan netra sayunya yang berkaca-kaca. Bibirnya bahkan bergetar menahan tangis juga dingin yang menusuk sedari tadi.

Wanita pemilik toko tersebut sedikit terenyuh. Dengan kasar ia hempaskan tangan mungil Biru sebelum berbalik memunggungi Biru.

"Malam ini saja. Besok sebelum saya bangun, kamu sudah harus pergi dari toko saya."

Dengan perasaan berbuncah penuh syukur, Biru kembali meraih tangan keriput tersebut untuk ia salami berulang kali.

"Makasih Bu! Makasiiiih banget, Biru janji akan balas kebaikan ibu suatu hari nanti," ucap Biru penuh rasa syukur.

Wanita tersebut menggeleng geli melihat kelakuan Biru, ia mengangguk malas sebelum beranjak memasuki toko dan mengunci pintu dalamnya, membiarkan Biru menempati teras tokonya untuk tidur.

Dan di malam yang dingin itu, Biru tertidur di pelantaran toko hanya dengan beralaskan karton-karton bekas yang tidak mampu menghalau dingin yang menusuk kulitnya.

°°°°°


Pagi-pagi sekali bahkan saat fajar belum sepenuhnya terlihat, Biru sudah berada di sekolah mendahului satpam penjaga. Beruntung gerbang sekolah tak terkunci hingga Biru bisa masuk dengan leluasa.

Setelah terbangun dari tidurnya di pelantaran toko semalam, Bocah itu langsung bergegas menuju sekolah dengan meninggalkan secarik kertas bertuliskan ucapan terimakasih untuk wanita pemilik toko semalam.

Biru membawa seluruh barang yang di bawanya ke sekolah. Bersyukur karna hanya beberapa potong pakaian dan buku paket serta sepatu usang yang hanya di bawanya. Biru bisa menyimpannya di loker penyimpanan miliknya.

Selama menunggu bel tanda masuk jam pelajaran, juga menunggu kedatangan Arai sahabatnya, Biru habiskan waktunya untuk belajar setelah menyelesaikan piket paginya.

Namun saat Biru hendak melangkah menuju ruang guru setelah mendapat panggilan dari wali kelasnya, Biru di buat risih oleh tatapan anak-anak lain padanya. Herannya, tatapan merendahkan itu lebih mengintimidasi, seolah Biru baru saja melakukan perbuatan memalukan.

"Perasaan aku udah mandi tadi. Bajuku juga masih rapih, kok." batin Biru terheran, seraya memindai tubuhnya sendiri.

Pun ketika Biru sampai di koridor utama yang terdapat papan mading. Biru harus menghentikan langkahnya saat banyak siswa-siswi berkumpul di depan mading seolah melihat hal menghebohkan.

"Oh, ini toh murid berprestasi di sekolah kita, Renjana Sabiru."

Langkah Biru tertahan di tempat saat sosok yang kerap merisaknya keluar dari kerumunan. Bocah itu memundurkan langkahnya saat Reyhan dan teman-temannya memajukan langkah ke arahnya.

Dan yang membuat Biru semakin heran adalah gerombolan siswa siswi tadi kini menatap dirinya dengan pandangan menjijikkan.

"Murid kesayangan guru yang selalu jadi nomor satu di sekolah, yang selalu kelihatan polos dan lugu-"

"--Ternyata gak lebih dari pelacur murahan."

Kepala Biru mendongkak dengan netra cokelat madunya yang bertubrukan dengan manik kelam Reyhan.

"Maksud kamu apa, Rey?" tanya itu Biru suarakan dengan nada bingung. Biru memang benar-benar bingung saat hampir seluruh murid di sekolah menatap jijik padanya.

Entah apa yang Biru lewatkan selama absen setelah perseteruannya dengan Galaksi dua hari lalu.

"Gak usah munafik lagi deh, Ru. Satu sekolah udah tau kerja sampingan lo," ucap Reyhan dengan berpangku tangan juga langkah yang semakin menyudutkan tubuh mungil Biru.

Detik setelahnya netra sipit Biru di buat membulat tak percaya saat Reyhan menunjukkan selembar kertas berisi foto dirinya berada di kelap malam, juga saat dirinya duduk berdampingan bersama pria asing di samping tantenya.

"Kamu dapat dari mana foto ini, Reyhan!" Seru Biru sambil meraih foto di tangan Reyhan dan merobeknya hingga bagian terkecil.

Biru yakin foto itu di ambil saat dirinya di bawa oleh Mayang ke sebuah kelap malam saat ia mencari pekerjaan. Yang berakhir dengan dirinya yang berseteru dengan Mayang sebelum Galaksi memergoki dirinya.

"Sobek aja, copy-an nya bahkan udah di tempel di semua mading sekolah," sahut Reyhan enteng. Dia memindai tubuh mungil Biru dari atas hingga bawah sebelum berceletuk dengan kurang ajar.

"Di bayar berapa lo tadi malem?"

"Jaga mulut kamu ya!"

Untuk pertama kalinya selama masa sekolahnya yang penuhi perisakan, Biru berani meninggikan suaranya di hadapan orang yang selalu merundungnya. Juga kilatan marah berapi-api yang baru pertama kali Biru tujukan.

"Kenapa lo, gak terima? Bukti udah jelas gitu masih gak terima. Satu sekolah udah tau kalo gimana aslinya lo dari foto itu," ujar gadis di samping Reyhan yang juga kerap merisak Biru.

"Harusnya lo kasih tau pekerjaan asli lo, biar gue bantu cariin pelanggan. Tapi bagi dua hasilnya, ya." celetuk Anhar, sahabat Reyhan.

"Ternyata lo sama tante lo sama aja. Sama-sama jadi pelacur buat dapet duit."

"Dulu aja sok marah waktu di bilang jual diri."

"Dasar murahan."

"Bikin malu sekolah tau gak."

"Udah berapa banyak yang lo hasilin dari jual diri?"

"Ternyata si ranking satu gak lebih dari pelacur."

Telinga Biru berdengung bersama suara-suara cacian dan pandangan merendahkan yang tertuju pada dirinya. Sepasang manik cokelat madunya memerah berkaca-kaca menatap siswa-siswi yang terlihat mengerikan di matanya.

Biru sudah biasa dengan tatapan merendahkan karena dirinya yang miskin. Namun untuk tatapan merendahkan yang saat ini mereka tujukan padanya adalah yang pertama Biru dapatkan. Biru tidak pernah merasa serendah ini di hadapan semua orang. Entah orang jahat mana yang tega memfitnah Biru sejahat ini.

"Gue ketinggalan berita kayaknya."

Suara berat lainnya menyahut dari belakang Biru. Hal itu lantas membuat Biru menghapus kasar air matanya sebelum berbalik menatap sumber suara.

Wildan, sosok yang paling sering melontarkan kalimat makian untuk Biru itu kini menatap objek bully-an nya dengan tatapan remeh.

"Wil, udah lihat belom posenya si cupu di depan om-om pedo. Suhu juga ternyata tuh cupu," sahut Reyhan di belakang Biru.

Senyum remeh yang terkesan merendahkan yang Wildan tujukan untuknya membuat Biru menatap Wildan dengan amarah terpendam.

"Aku salah apa sama kamu, Dan? Aku cuma diem setiap kamu dan temen-temenmu bully aku. Nggak pernah sekalipun aku lapor guru. Tapi kali ini apa nggak keterlaluan sih, Dan?" tanya Biru dengan nada bergetar yang ia tahan mati-matian.

"Aku bahkan gak pernah bongkar rahasia kamu sekalipun aku tahu rahasiamu."

Usai kalimat terakhir yang Biru suarakan tak berlanjut setelahnya. Raut wajah Wildan yang semula penuh ekspresi cemooh itu terganti tatapan datar penuh arti.

Wildan tatap manik cokelat madu milik Biru yang seolah meneriakan kesakitannya. Hela napas berat menyertai bagaimana Wildan mengubah postur tubuhnya menjadi berhadapan dengan Biru.

"Kalo lo ngira gue yang nyebarin foto-foto itu di sekolah, lo salah besar soal itu. Gue lebih suka main terang-terangan sama lo." Wildan bisa melihat bagaimana raut wajah Biru yang berubah, sebelum kalimat yang ia keluarkan setelahnya membuat Biru membeku di tempatnya.

"Tapi gue cukup menikmati sih. Ngelihat aslinya lo dari foto-foto itu. Gue harus berterima kasih sama sahabat baik lo, Ru."

Detik itu tubuh Biru membeku hingga benar-benar tidak mampu bergerak setelahnya. Pompaan jantungnya dua kali lebih cepat dari yang seharusnya, bersama spekulasi-spekulasi buruk yang berkeliaran di otaknya.

"Ma-maksud kamu apa?" lirih Biru dengan nada bergetar.

Alis Wildan menyatu bersama satu tangannya yang mengikuti gadis di sebelahnya, "Mel, siapa kemaren yang nyuruh lo masang foto-foto itu?"

Gadis bernama Imel yang bertugas sebagai sekretaris OSIS itu memasang raut main-main seolah tengah berpikir, mengejek Biru yang hampir tak mampu berpijak lagi dengan benar.

"Eum, anak kelas lo si ranking dua itu. Anaknya artis itu loh, siapa namanya Ar ... Arayaksa bukan, sih?"

Tepat setelah nama sahabat yang paling ia percaya itu di sebut, sosok pemilik nama itu muncul di hadapan Biru dengan raut wajah yang tak pernah Biru lihat sebelumnya.

Sosok itu berdiri di belakang tubuh Wildan dengan wajah datar dan tatapan dingin yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.

"Sabiru, lo di panggil Bu Meta di ruang kepsek."

Hanya kalimat terlampau pendek tanpa nada lembut atau jahil yang biasa menenangkan Biru di saat kalut, setelah berujar dengan nada datar demikian, sosok Arai berlalu meninggalkan Biru dan kerumunan siswa tanpa mempedulikan dirinya yang menjadi pusat perhatian.

"Well, kayaknya Arai juga gak nyangkal kalau dia yang nyebarin foto itu. Gimana menurut lo, Ru?" tanya Wildan dengan nada mengejek.

Biru sendiri hanya tergugu tanpa mampu melontarkan sanggahan atau sekedar membalas tatapan merendahkan yang tertuju padanya. Sebab atensinya saat ini hanya tertuju pada punggung Arai yang perlahan menjauh hingga tak terlihat dari jangkauan matanya.

Ada patah yang benar-benar tidak mampu Biru gambarkan saat menyelami manik sekelam jelaga milik Arai yang begitu asing baginya. Ada rematan menyakitkan yang jauh lebih menusuk dari saat dirinya di patahkan oleh keluarganya.

Sebab kini, satu-satunya sahabat yang paling ia percayai, sahabat yang selalu ia jadikan rumahnya untuk pulang, telah begitu jauh untuk ia gapai.

Dan sekali lagi, asa yang Biru rajut kembali di patahkan semestanya, untuk kesekian kalinya.


tobekontinu.

Kalo kamu jadi Biru, dan di patahkan oleh semesta berkali-kali. Di kelilingi orang² toxic, dan di hianati sahabat terdekatmu, kamu... bisa bertahan gak?

Jawaban kalian menentukan nasib Biru di chapter depan, lho.

Fyi, sebagian kisah Biru aku ambil dri kehidupan pribadiku. Dan, aku berhasil buat survive.

Buat kamu yg sempat patah semangat dan putus asa, ingat! ada 7 bujang yg harus kita nafkahi🤧


Biyuuuuu capek
.
.

Mungkin ada yg mau kasih qoutes buat Arai?
..
.

Continue Reading

You'll Also Like

185K 36.5K 28
Dua tahun setelah kepergian Langit, tiba-tiba saja muncul seseorang yang sangat mirip dengannya, bagaikan pinang dibelah dua. Membuka kotak pandora y...
47.5K 5.2K 33
Suatu kebenaran yang terungkap dengan caranya. Star : 15 oktober 2021 End : 4 juni 2022
28.2K 276 4
[WHEN THE STARS FALL] "Katanya buat permintaan saat bintang jatuh, bisa cepat terkabul." ______________________________________________ [JIMIN FANFIC...
27.3K 3.6K 28
[ H I A T U S ] ⚠️ WARNING !!! ⚠️ Bahasa kasar & Non-Baku Homophobic menjauh !!! Hanya cerita khayalan saya :) Slow Update ~ ________________________...