Let's Break The Wind

By miPaaii

29.5K 4.2K 387

Windbreaker × OC Dia adalah sepupu dari Jay Jo. Season 1 ✔ ⚠ RATE : 15+ Di bawahnya, mohon meninggalkan lapa... More

[S1] - 01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
[End of s1] - 15
16 - SPECIAL CHAPTER
[S2] - 17
18
19
21
22

20

1.1K 156 22
By miPaaii

England
Hospital, ICU...

Tidak lama usai jemari putrinya menutupi kelopak matanya dan mengatakan, "Sudah waktunya bangun, Papa." Mr. Lin terbangun. Begitu membuka mata lagi ia sudah melihat cucunya yang berlinang air mata terlihat senang.

Pasalnya, perawat mengatakan kondisi Mr. Lin stabil lebih cepat dari perkiraan dan entah bagaimana Mr. Lin mendadak sadar dengan sendirinya, ini sungguh sebuah keajaiban.

Dia sempat berbincang singkat dengan Zophy sebelum menyuruh cucunya pulang dan beristirahat di rumah.

Belum ada 30 menit berlalu, kini ia sudah memiliki pengunjung baru.

Mr. Lin dan Sangho saling menatap satu sama lain dengan tatapan bermakna tersirat. Masing-masing memiliki pikiran yang tersimpan baik dan masing-masing pun berusaha membaca pikiran tersimpan itu.

"Kau datang menjengukku?" tanya Mr. Lin memecah keheningan yang sangat tidak nyaman.

Sangho berdehem. "Saya datang secepatnya setelah mendengar kabar bahwa Anda masuk rumah sakit."

"Secepatnya itu cepat sekali, ya? Padahal aku juga nggak bakal mati kalau kau datangnya besok."

"Saya hanya ingin melihat Anda yang masih bernapas jika memang ajal menjemput Anda keesokan harinya."

Percakapan apa ini? Ini adalah percakapan antara seorang CEO perusahaan dengan mantan atlet binaannya dahulu.

Hubungan mereka dekat untuk setidaknya bercanda mengenai kematian. Tetapi karena sudah lama tidak bertatap muka, pertemuan pertama sejak beberapa tahun lalu ini menjadi agak canggung.

Kwak kwak~

Burung gagak hitam terbang di antara mereka. Tidak nyata, hanya perumpamaan kecanggungan saja.

"... Ya, makasih."

Sementara itu, nasib Zophy dan Owen juga tidak kalah canggung. Mereka berdua berdiri di halaman luar rumah sakit setelah sadar akan perbuatan mereka semalam.

Owen mamalingkan wajah ke kanan dan Zophy menunduk malu─masih meratapi kegoblogannya.

"Mm... Ini ponselmu." Owen menyodorkan ponsel yang langsung diterima Zophy.

Zophy juga memberikan sepeda Owen kembali ke pemiliknya. Transaksi mereka berjalan mulus dan lancar.

Semua sudah selesai, tinggal Owen mengayuh sepeda pergi dari sana saja. Tapi kakinya mendadak kaku karena masih salting.

Kalau mengingat kejadian semalam, suap-suapan sampai tidur menyender satu sama lain... Ugh, apa yang merasuki dirinya waktu itu?

Kalau mau pergi juga kan harus pamit, dia jadi nge-blank bingung caranya pamitan kayak gimana. Otaknya kayak ke-reset.

Di tengah kebingungan harus ngapain, Zophy berteriak menarik atensi Owen padanya.

"GOD! DIA ULANG TAHUN!"

Ulang tahun? Kepala Owen menoleh sampai sepenuhnya menghadap Zophy. Dia memerhatikan perempuan itu yang sedang mencoba menelepon dan terlihat panik.

Seberapa besar kepanikan itu bisa Owen takar dari gerak gerik Zophy yang menggigit kuku jarinya sendiri.

Full panic.

°°°

Korea Selatan,
Club milik Dom...

"SELAMAT ULANG TAHUN, JAY!!!" teriak Yuna, Mia, dan Shelly kompak.

Shelly berdiri di antara Yuna dan Mia, dia yang memegang kue. Sungguh Shelly sangat bersemangat merayakan ulang tahun crush-nya ini.

Shelly sampai rela tidak masuk sekolah untuk menyiapkan semuanya. Menyiapkan pesta juga pergi membeli hadiah hasil patungan anggota Kru Humming Bird.

Jay yang diberi surprise tentu tidak menduga. Ia tersipu malu meski tidak begitu kelihatan.

Tanpa banyak basa basi lagi, mereka semua menyeret Jay masuk ke club, lalu memasang topi birthday dan menyanyi.

Semua berkumpul dalam satu meja memutari Jay─sang tokoh utama hari ini, tapi Vinny tidak ikut duduk.

Ia memilih berdiri bersender pada dinding dan memerhatikan ponselnya. Masih bertanya-tanya apakah Zophy memang sibuk seperti yang dikatakan pria misterius itu kemarin.

Atau mungkin pria itu pacar baru Zophy? Seriously? Again? Dia bahkan belum mencoba tapi selalu keduluan? Perbuatan apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga harus menghadapi hal menyesakkan begini. Begitu kurang lebih yang Vinny pikirkan.

Sementara Humming Bird lain tersenyum bahagia merayakan ulang tahun Jay. Mereka bersikap seolah melupakan Zophy dan memang iya.

"Minu? Kok kau tau ulang tahunku?" tanya Jay malu-malu setelah para anggota berkata semua berkat Minu.

"Ibumu nandain di kalender. Aku nanya ke adekmu itu hari apaan~"

"Ibuku nggak nandain, kok..." jawab Jay masih malu-malu. "Itu Zophy yang nandain," lanjutnya.

"Ah... Zophy. Benar juga. Apa di sini ada yang sudah mendengar kabarnya? Dia nggak ikut nimbrung di grup, kan?" June menyahuti.

"Nggak. Aku belum dengar kabarnya."

Zophy yang menghilang tanpa kabar baru 1 hari saja sudah membuat gaduh. Di hari spesial Jay ini, harusnya ia merasa bahagia.

Memang bahagia, tapi setelah mengingat Zophy, wajahnya kembali muram. Shelly yang tidak ingin kerja kerasnya sia-sia, mengalihkan topik pembicaraan.

Dia berdiri dan memberikan hadiah kepada Jay. "Itu nggak penting~ Dia sudah besar, pasti ada sesuatu. Nanti dia pasti akan mengabari kalau sudah selesai. Mending sekarang kau buka ini. Kami patungan membeli ini."

"Eh..."

Jay membeku beberapa saat, agak ragu mau menerima atau tidak tapi tetap diterima. Ia membukanya dan speechless begitu melihat isinya─sebuah helm berwarna hitam.

Baru saja Jay hendak mengucapkan terima kasih, Minu merebut helm itu dan menghiasinya sesuai kreativitas otak.

"..."

Ulang tahun tanpa musik dan tarian rasanya percuma. Maka dari itu, Dom berdiri melepas seragamnya dan beralih profesi dari murid menjadi DJ.

"Aku nyalain musik EDM biar makin asyik, ya!"

Shelly juga melepas jaket yang ia kenakan. "Apa ini waktunya joget?"

Dia siap menghancurkan lantai dansa dengan dance-nya yang bukan kaleng-kaleng. Mia dan Yuna juga gabung. Tidak ada jaim-jaiman di sini. Semuanya harus bersenang-senang!

Musik dan tarian, semuanya sempurna. Atau mungkin masih pada tahap hampir sempurna? Sebab Dom, Vinny, Minu dan June memiliki ide gila lain.

Sebenarnya hanya Dom, tapi dia nyari parner supaya kalau kena masalah tidak sendirian. Contohnya saat ini, mereka meracik alkohol dicampur miras yang Vinny selundupkan.

Dom menyebut ramuan buatan mereka sebagai 'napas naga'. Dari namanya saja sudah bisa dibayangkan seberapa besar kadar alkoholnya.

Sangat sialnya, bukannya target yang meminum napas naga itu alias Jay, melainkan cucu Principal Nick─Shelly.

Tidak butuh waktu lama untuk Shelly langsung berada dalam pengaruh alkohol berkadar tinggi. Alkohol itu membawa tamasya kesadaran Shelly ke Hawaii.

Karena kesadarannya yang pergi meninggalkan dirinya, Shelly jadi melakukan apa yang ingin ia lakukan tanpa berpikir panjang.

Apa yang Shelly inginkan? Mencium sepupu Zophy Jo.

Muach~

Lips to lips without tongue.

Alis Jay menukik, pipinya merona dan matanya membulat kaget. Dia benar-benar terkejut. Hadiah kedua ini sangat di luar dugaan.

Semua Humming Bird terkejut bukan main. Secepatnya mereka langsung memisahkan Shelly dari Jay beberapa saat usai ciuman. Takut muncul mini Jo generasi baru.

Shelly yang enggan dipisah, menyusahkan para Humming Bird. Mereka sekuat tenaga menarik Shelly yang terus menendang dan memukul ke sembarang arah.

"Tahan dia!"

"Awas kena pukulan!"

"Jangan pisahkan aku dengan Jay!!! Kalian jahat!!"

"Shelly, sadarlah! Kau bisa jadi mama muda nanti!"

Sangat gaduh, rusuh, dan berantakan.

Belum lagi ponsel jadul Jay berbunyi. Si pemilik ponsel masih shock membeku, jadi Minu yang angkat.

"Halo?"

"Jay?"

Minu tersentak mendengar suara dari penelepon. Jantungnya berdetak tidak karuan. Dia tahu betul siapa yang berada dalam sambungan sekarang.

England,
Halaman depan hospital...

"Kau dengar aku? Jay?"

Zophy terus menyebut nama Jay dan bertanya apa sepupunya bisa mendengarnya.

Hening.

"Jawab aku kalau kau dengar!"

"Iya, aku dengar." Mata Zophy membulat sempurna mendengar suara Minu dan bukannya Jay. "Apa kau baik-baik saja? Kenapa nggak bisa dihubungi seharian penuh? Kau tau? Aku khawatir sekali!"

Penuturan Minu yang terang-terangan itu membuat hati Zophy ter-sway. Siapa sih yang tidak meleleh digituin sama mantan, apalagi kalau belum move on.

"Mi─ Minu?"

"Iya, ini aku!" Minu sedikit meninggikan nada suaranya. "Kau ke mana aja? Kenapa susah dihubungi? Kau baik-baik aja, kan? Apa kau kesusahan di sana? Kapan kau kembali?"

Pertanyaan beruntun Minu membuat Zophy kelabakan. Ia bingung mau jawab yang mana dulu. Mana waktu mau jawab pertanyaan sudah dikasih pertanyaan lain dan begitu seterusnya.

Jangan salahkan Minu, dia hanya merasa khawatir. After all, mereka pernah berbagi kasih dan Zophy masih ada di hatinya.

Cie, sama-sama gamon.

Senyum tipis terbentuk di wajah Zophy. Tidak lama setelahnya setetes air mata jatuh melintasi pipi. Dia senang mendengar suara Minu dan kekhawatirannya, kalau saja mereka dekat Zophy pasti akan langsung memeluk Minu.

"Maaf aku baru bisa menghubungi. Iya, I'm okay. Aku juga sudah membaca pesan grup. Selamat atas kemenangan di babak penyisihan dan maaf nggak ikut bahas pesta Jay."

Di sisi lain, manik mata Minu bergetar. Air tergenang di bawah sklera mata. Sebisa mungkin menahan supaya tidak menangis.

Sejak awal memang gamon, ditambah sekarang bisa berbicara begini jadi terbawa suasana.

Hatinya yang sejak kemarin terserang kegundahan, kini perlahan mulai tenang karena mendengar suara Zophy yang seakan berdiri di di depannya.

"Ah, katakan pada Jay selamat ulang tahun. Aku nggak tau bagaimana kalian tau soal ulang tahunnya, tapi terima kasih banyak. Katakan juga rasa terima kasihku ke teman-teman, ya."

Minu berdehem sendu. "Akan kukatakan. Tapi katakan terima kasih sendiri kalau kau kembali nanti. Kau berutang rasa terima kasih, jadi cepatlah kembali."

Tidak ada lagi yang berbicara setelah itu. Baik Minu dan Zophy sama-sama diam. Meski begitu hati mereka tidak diam.

"Zoo," ucap Minu lembut setelah beberapa saat. "Aku..."

Hati Zophy yang berdetak hebat semakin berdetak kencang menunggu apa yang hendak Minu katakan.

"Aku..."

Deg

Deg

"Aku... Ka─"

Mata Zophy melotot mendengar ucapan Minu yang belum selesai ia dengar karena mendadak Owen merebut ponsel miliknya.

Raut wajah Owen yang datar, sulit Zophy artikan apa yang sedang pria itu rasakan. Apa ia sedang membully atau kah apa. Karena itu, Zophy hanya diam memandang si pria jangkung menunggu penjelasan.

"Tutup saja teleponnya kalau menangis begitu. Sudah susah-susah kuhibur semalam, sekarang malah nangis lagi."

Owen mengungkit kejadian semalam dengan wajah serius. Padahal tadi dia yang paling anti mengingat kejadian itu. Dia bahkan melarang penggunaan kata 'semalam', sekarang malah diungkit sendiri.

Alis Owen mengernyit melihat aliran air mata Zophy keluar dari tempat persembunyian.

"Kembalikan!" rengek Zophy berjinjit berusaha mengambil ponselnya kembali.

Beda tinggi badan, Zophy yang setinggi dada Owen tentu sia-sia usahanya. Owen yang sudah tinggi hanya perlu mengangkat tangannya saja.

"Balikin! Mau kubanting lagi, hah?!"

Tidak mengindahkan ancaman, jemari Owen yang lain bergerak menyeka air mata Zophy.

"Jangan menangis," ujar Owen lembut mengusap pipi Zophy yang basah.

Pshhh

Kepiting rebus part 2.

Siapa yang tidak luluh mendapat perlakuan lembut dari orang yang ia benci? Sebenarnya tidak benci, cuma tidak suka saja.

"Jeleknya nambah kalau nangis. Mataku yang lihat jadi sakit. Udah jelek tambah jelek, mau jadi apa?" Owen melanjutkan.

Tidak jadi blush, blushnya ditarik lagi.

Begitulah, kalau sejak awal Owen tidak menyebalkan, mungkin mereka sudah berteman sekarang.

Selagi Owen dan Zophy berbincang, Minu mendengarkan. Ia mengerti sedikit bahasa Inggris meski tidak semuanya.

Satu hal yang ia tahu pasti. Dia cemburu.

Cemburu sekali sampai enggan mendengar kelanjutan percakapan itu. Ia langsung mematikan sambungan dengan napas membara menandakan kemarahan.

"Minu, ada apa?" Tangan Mia menepuk pundak Minu, membuat sang empu terlonjak kaget. "Ah, maaf. Aku mengagetkanmu, ya."

"Mi─ Mia.. Ah, nggak, kok. Hehehe."

Kemarahan Minu tadi lenyap begitu saja kala berinteraksi bersama Mia. Memang ajaibnya kalau suka sama 2 orang tuh ya begini.

Kalau lagi sama si A nanti lupa sama si B, lagi sama si B lupa sama si A.

Aduh...

Tut

Suara sambungan yang ditutup menarik atensi keduanya yang sebelumnya hanya fokus pada satu sama lain.

Owen langsung menyingkirkan jemarinya dari pipi Zophy dan mengembalikan ponsel itu.

Harusnya Zophy marah karena Owen sudah mengganggu waktunya melepas rindu dengan sang mantan. Tetapi tidak, dia tidak marah.

Bagaimana bisa marah di saat jantung berdegup kencang sekali? Gerak gerik Owen yang susah diprediksi, memang meresahkan.

"Kau diputusin pacarmu?" tanya Owen masih kepo dengan alasan Zophy menangis.

"Pacar?" Zophy memiringkan kepala, menatap Owen bingung.

"Kemarin waktu aku mengambil ponselmu ada yang menelepon. Aku angkat karena mengganggu. Nggak sengaja ngelihat chat tersematkan."

Sudut bibir Zophy terangkat perlahan. Ia lalu tertawa kecil.

"Kenapa ketawa? Nggak marah ponselmu kucek begitu?"

"Nggak tau, lucu aja. Kan kau nggak sengaja."

Nggak sengaja? Owen meneguk saliva lalu membuang muka.

Melihat reaksi Owen, ekspresi Zophy berubah. Urat dahinya keluar semua dan ia segera mencengkeram kerah baju Owen. "Kau sengaja? Mau kupukul?"

Masih memalingkan wajah, Owen menjawab, "Sengaja nggak sengaja."

"Persetan. Mumpung di rumah sakit, langsung aja registrasi." Zophy menguatkan cengkeraman di kerah baju Owen dan membalik badan siap membanting.

Owen yang panik berusaha berpikir cepat. Cara menanggulangi bantingan perempuan pemarah, satu cara terpikirkan di otaknya.

Tanpa perlu pertimbangan panjang membuang waktu lebih lama keburu dibanting, Owen menggendong Zophy ala bridal style membuat si perempuan kaget.

"Turunkan aku, brengsek!" pekik Zophy menggeliat.

"Stop! Kau pikir nggak sakit dibanting?"

"You started it first!"

"Nggak sengaja!"

"Sengaja nggak sengaja katamu!"

"Banyak nggak sengajanya!"

Orang-orang yang berlalu lalang memerhatikan tingkah Owen dan Zophy. Senyuman tergambar di wajah mereka, terutama seorang kakek yang duduk di kursi roda.

"Jadi ingat masa muda dulu, hoho. Pasangan jaman sekarang sudah nggak malu bermesraan di depan umum. Beda sekali dengan jamanku."

Entah bagaimana si kakek bisa melihat keagresifan Zophy dan kepanikan Owen sebagai sesuatu yang romantis.

Padahal menurut suster yang mendorong kursi roda, terlihat seperti anjing yang mengamuk dan pemiliknya yang berusaha menenangkan si anjing bengis.

LoL, ilustrasinya.


°°°

Empat hari berlalu dan karena sementara ini Sangho selaku panitia penyelenggara League Of Street sedang berada di Inggris, pertandingan diundur dari waktu awal yang sudah ditentukan.

Selama 4 hari itu, banyak yang terjadi entah di Inggris maupun di Korea.

Di Korea ada Minu dan Dom yang kena amarah Shelly tapi berhasil selamat karena guru datang.

"KALIAN BIKIN MINUMAN ITU UNTUK MIRAS ULANG TAHUN?" bentak Shelly seraya kedua tangannya masing-masing mencengkeram erat kerah seragam Minu dan Dom.

"Bel sudah bunyi. Kenapa kalian masih berisik?" Guru datang membawa buku pelajaran mengganggu Shelly yang hendak memukul 2 orang itu.

Mau tidak mau harus dihentikan kalau tidak bisa kena detensi.

"Terima kasih, Pak!"

"Fyuh~ Aku bebas~!"

"Cih... Awas kalian!"

Jay yang selalu memakai helmnya bahkan di kelas.

"Ngapain kau pakai helm saat jam belajar?"

"Oh. Ma─ Maaf, Pak." Jay menjawab terbata-bata.

Kelihatan seperti bukan dia yang meletakkan helm itu di kepalanya sendiri.

Mia yang menjadi model berkat dorongan dari Shelly dan dukungan Minu. Terakhir, June dan Harry yang ketahuan PDKT.

Kemudian di Inggris, Mr. Lin melarang Zophy datang menjenguknya karena Sangho yang rajin sekali datang menjenguk.

Ada 1 hari sampai 3 kali. Pagi, siang, dan malam. Rajin sekali dia itu sampai Mr. Lin ngebatin, 'Ini orang kapan baliknya, sih? Nggak usah jenguk aku, nggak apa-apa! Aku mau ketemu cucuku~T_T'

"Bagaimana keadaan Anda?" tanya Sangho sembari mengupas apel.

Apel yang sudah dikupas itu kemudian ia suapkan kepada Mr. Lin.

"Kau nggak perlu sampai segininya. Aku bisa makan sendiri."

"Ini sebagai bentuk terima kasih saya kepada Anda beberapa tahun lalu."

"Aku akan lebih senang kalau kau pulang saja dan mengurus League Of Street daripada menyuapiku begini." Meski berkata begitu, Mr. Lin tetap menerima suapan demi suapan.

"Saya akan kembali jika Anda sudah keluar dari rumah sakit."

'Aigoo! Aku kangen cucuku~T_T'

Selain itu, ada Owen dan Zophy yang semakin hari hubungannya menjadi lumayan adem ayem.

Bruk

Owen tidak sengaja menyenggol Zophy yang baru saja mau menjilat es krim batangan. Melihat es krim yang jatuh sebelum sempat tersentuh, kekecewaan tergambar di wajah Zophy.

"Ah, aku nggak lihat. Kau pendek jadi nggak kelihatan," ujar Owen menggaruk belakang kepalanya.

Bagaikan seorang penguasa sekolah, dia menghentikan seorang siswa yang melewati mereka dan membisikkan sesuatu padanya.

Anak itu lalu berlari dan kembali tidak lama kemudian membawakan es krim yang sama seperti punya Zophy yang jatuh. Tidak hanya 1 tapi 3.

Owen mengambil es krim dari anak itu dan memberikannya pada Zophy. "Sorry."

Zophy menatap Owen skeptis. Namun tangannya tetap menerima 3 es krim tersebut.

"Buat aku?"

Owen mengangguk.

"Semuanya?"

Mengangguk lagi.

Waktu itu juga Zophy lagi berjalan melewati tangga sembari membawa segunung kertas yang pastinya berat.

Tali sepatunya lepas dan ia menginjaknya. Badannya sudah hilang keseimbangan dan otw jatuh ke depan. Beruntungnya, Owen menghalau menggunakan tubuh kekarnya dan memegang pundak Zophy, menahan anak itu supaya tetap seimbang.

"Hati-hati."

"... Makasih."

Tidak sampai situ saja, pria itu bersikap lebih aneh lagi. Dia berjongkok dan mengikat tali sepatu Zophy di hadapan umum.

Siswa yang melewati tangga semuanya hampir jatuh karena salah menapak saking fokusnya memerhatikan Owen dan Zophy.

Jantung Zophy hampir saja berdetak cepat tapi batal karena Owen yang ternyata ada udang di balik batu. Dia menambah beberapa kertas lagi untuk Zophy bawa.

"Mau ke ruang guru, kan? Sekalian."

"Sial."

Meski begitu, Zophy tidak merasa kesal. Dia tersenyum simpul menghargai Owen yang sudah menolongnya.

Akhirnya 3 hari berlalu lagi dan Mr. Lin sudah boleh pulang beserta Sangho yang mengantarnya.

Kehadiran Sangho itu mengganggu Mr. Lin yang ingin bertemu cucunya tapi tidak ingin sampai membongkar eksistensi Zophy. Tetapi di sisi lain, kehadiran Sangho juga mengisi rasa kesepian Mr. Lin yang sudah tidak memiliki putri dan menantu untuk merawatnya di kondisi dirinya tengah sakit begini.

Sangho bahkan memapah Mr. Lin sampai ke ruang tidurnya. Sangat cekatan dan luar biasa, cocok jadi menantu idaman.

Hahaha.

"Terima kasih, ya. Kau sudah banyak membantuku meski sebenarnya nggak perlu sampai segininya," ujar Mr. Lin seraya bersender di head board tempat tidur.

Sangho tersenyum samar. "Kalau begitu saya pamit," katanya sembari menundukkan kepala sedikit lalu pergi.

Sifat Sangho ini lah yang menjadi alasan Mr. Lin ragu dengan pendapat bodyguard-nya bahwa Sangho telah menjebak Mahon.

"Anak sebaik dia?" Mr. Lin berpikir sejenak. "Haruskah kuberitahu dia mengenai anaknya Mahon? Mahon kan temannya juga."

Pikiran dan hati Mr. Lin yang sebelumnya ikut mencurigai Sangho, perlahan rasa curiganya pudar dan terganti dengan kepercayaan yang tetap sewaktu-waktu bisa berubah lagi.

Menurutnya tidak ada alasan untuk Sangho menjebak menantunya. Selama ini mereka selalu terlihat baik-baik saja.

"Haruskah aku?"

°°°

Korea,
League Of Street...

League Of Street kembali dilaksanakan setelah Sangho balik ke Korea. Banyak partisipan yang heran dan sedih ketika League Of Street ini diundur.

Begitu hari League Of Street terlaksana lagi dan semua partisipan dipanggil untuk berkumpul dan bertanding ke babak selanjutnya, kebahagian mereka sulit dideskripsikan.

Humming Bird juga merasa senang dan deg-degan. Sudah seminggu lebih mereka menanti pertandingan ini.

"Hoaah~ Badanku pegal~!" Shelly meregangkan badannya yang terasa pegal usai latihan beberapa hari bersama Pak Nam.

"Makasih sudah diantar, Kak."

"Semoga menang."

Seperti biasa, yang mengantar Humming Bird adalah paman gangster Dom Kang. Mereka rajin dan selalu bersemangat mengantarkan Tuan Muda mereka beserta teman-temannya pergi ke mana pun.

"Cuaca hari ini cerah, ya~" Minu bermonolog.

Memang cuacanya cerah. Langit biru terang dihiasi awan putih. Burung-burung beterbangan dan angin sepoi. Tidak panas tapi juga tidak mendung.

Cuaca yang sempurna untuk dilaksanakannya pertandingan.

"Itu Humming Bird!" panggil Juhwan lantang, lantas seluruh Humming Bird menoleh bersama. "Apa kabar?"

"Lama nggak ketemu, ya? Kabar kami baik, kok."

"Hai, Bro~! Ketemu lagi, nih~" Dom menyapa si penipu yang menipunya lain hari.

Rupanya dia memang sudah menganggap masalah di antara mereka selesai. Dia menyapa dengan senyum lebar dan suara yang hangat juga lambaian tangan.

"Ah... Nggak... " Orang yang disapa menangis haru tatkala bertemu kembali dengan sepatu kesayangannya yang seolah menyapa, 'Kakak~'

Dia lantas berlari gembira dan mengangkat sepatu Dom dengan bibirnya yang dimonyongkan. "Uuuh~ Apa kabar? Cium dulu~"

"Eh, kau gila?!"

"Mereka ngapain lagi?"

Dia yang sedang bergembira ria melepas rindu berubah kaget begitu melihat kondisi sepatunya yang sudah tidak cantik. "Hah?! Alas sepatunya sudah rusak?! Kau nggak rawat dengan benar, ya?"

"Ah, lepaskan!"

Tidak usah dihiraukan, mari bergeser saja pada Juhwan dan Jay yang sedang mengobrol.

"Eh, tau nggak? Setelah babak penyisihan, orang-orang jadi ngawasin kamu~" terang Juhwan. "Termasuk aku. Hahaha."

Suasana riang gembira berubah. Entah harus dikatakan memcekam tapi bukan mencekam. Ah, kompetitif. Suasana berubah menjadi kompetitif.

Tapi tidak lama, karena Shelly muncul di tengah menggandeng Jay dan bermanja-manja seperti bagaimana Shelly Scott pada umumnya terhadap Jay Jo.

"Wow... Kau dan si Pirang... Pacaran?"

Perkataan Juhwan tadi soal semua orang mengawasi Jay bukanlah hoax, itulah fakta lapangan.

Kru Monster Bull dan Kru Ghost, salah dua dari banyaknya kru yang mengawasi.

Nana, perempuan teman dari Deokgu juga mengawasi Humming Bird. Tapi ngawasinnya beda. Bukan merasa tersaingi.

Dia justru mengabadikan momen dengan beralih menjadi paparazi memotret Minu juga Jay sembari berkata, "Wah, mereka semua ganteng banget. Eh, di mana si Rambut Merah?"

Lagi asik memotret dari kamera, matanya pun terbelalak melihat seorang perempuan berjaket hitam dengan tudungnya berjalan mendekati Humming Bird.

"Eh, siapa perempuan itu? Anggota baru, kah?" gumamnya. "Putih banget. Humming Bird ini isinya serbuk berlian semua, ya."

Perempuan yang dilihat Nana adalah Zophy Jo.

"Hai~" Zophy tersenyum menyapa Humming Bird membuat mereka semua tercengang.

Minu, Jay, Dom, dan Shelly mematung dengan mata mereka yang membulat sempurna juga mulut sedikit terbuka. Kalau Dom terbuka lebar banget, kayak lubang tikus.

"Uwahh... Kalian punya berapa anggota cewek? Keren, keren~" Juhwan memuji begitu melihat Zophy.

Bentuk wajah yang tajam sama seperti tatapan dari siren eyes-nya, hidung mancung dan bibir plump terlihat seksi menggoda. Jemari lentik ketika membuka tudung mengekspos rambut hitam tergerai lumayan panjang dengan aroma shampo wangi yang fresh.

Juhwan mengakui perempuan yang berdiri di depannya terlihat manis, tapi hatinya sudah menjadi milik orang lain. Mau secantik, semanis, selucu apapun perempuan yang ia temui, menurutnya tidak bisa mengalahkan kerupawanan gadis idamannya sendiri.

"Melihatmu aku jadi merindukan seseorang. Siapa namamu? Dari kru mana? Humming Bird, bukan? " tanya Juhwan bersahabat.

Tujuannya memang ingin berteman.

"Aku Zophy."

Seperti yang sudah dikatakan, Humming Bird sedang diawasi dan inilah buktinya.

"Hei, Monster," panggil Si Kumis Tipis. "Itu cewek yang kau cari-cari, kan? Dia di sini. Anggota Humming Bird rupanya..."

Si Kumis Tipis yang sejak tadi memerhatikan Humming Bird, begitu melihat Zophy langsung memberi laporan.

Monster 13 yang daritadi matanya sudah berkelana mulai melakukan pencarian di hari ke-2, tentu sudah melihat Zophy sebelum dilaporkan.

Si perempuan buronan juga sudah melewatinya duluan saat dalam berjalan ke Humming Bird.

"...."

Tidak sia-sia penantiannya selama seminggu terakhir. Diam-diam Monster 13 pernah bersumpah akan berlatih lebih giat dari sebelumnya dengan syarat jika dipertemukan kembali dengan si Kucing Hitam.

Sebegitu besar keinginannya bertemu Zophy. Saat sudah dipertemukan, ia merasa senang. Memang wajahnya datar, tapi kalau dilihat lebih teliti Monster 13 sedang merona.

Kulitnya yang kecoklatan menutup blush samarnya. Bukan blush jatuh cinta, ini blush kegembiraan akhirnya dipertemukan.

Tidak hanya Kru Monster Bull, yang sudah dikatakan tadi Kru Ghost juga mengawasi.

Hwangyeon yang melihat figur familiar ketika sedang memerhatikan Jay langsung tersenyum setengah.

"Lama di Eropa dia sudah berubah, ya. Jadi cantik, aku suka." Senyum setengahnya bertambah setengah lagi, jadi senyum utuh. "Dia mengabaikan teleponku dan masih berani datang. Apa dia sengaja menarik perhatianku?"

Anggota Kru Ghost lain diam saja. Tidak ada yang berani berkomentar mengenai kepercayaan diri Hwangyeon. Anak itu memang narsis sekali.

"Kalau gitu bicaralah dengannya, Hwangyeon. Beri dia pelajaran!" / "Bicaralah dengannya nanti, Monster. Selesaikan urusanmu."

***

Bonus chapters :

1. Main ke Korea

Sehari sebelumnya...

Tok

Tok

"Kakek~" Zophy mengetuk pintu kamar Mr. Lin. "Kakek di dalam? Aku boleh masuk?"

"Masuklah, Cucuku."

Pintu kamar terbuka perlahan. Dari ambang pintu muncul kepala Zophy yang mengintip lalu seluruh tubuhnya ikut masuk setelah dipastikan kakeknya memang tidak sibuk.

Mau sibuk apa juga? Mr. Lin lagi rehat di atas tempat tidur kurang lebih selama 1 minggu ke depan lagi.

Bagaimana dengan perusahaan? Terpaksa harus ia serahkan sementara kepada para bajingan penggila kekuasaan.

"Kakek~" Zophy berlari lalu memeluk Mr. Lin sembari menduselkan kepalanya manja.

Mr. Lin terkekeh. Dia paham pasti ada yang cucunya itu inginkan, makanya bersikap manja begini.

"Ada apa?"

"Apa maksud Kakek ada apa? Aku kangen, di rumah sakit kan gara-gara kata dokter Kakek nggak bisa dijenguk, aku jadi nggak bisa merawat Kakek."

Demi mengamankan cucunya, Mr. Lin sampai meminta tolong dokter supaya memberi kabar palsu untuk pasien tidak boleh dijenguk, khusus untuk Zophy seorang.

"Baiklah, baiklah. Jadi, kau nggak mau apapun? Ya, sudah~" Mr. Lin menatap cucunya iseng.

"Sebenarnya..." Zophy menggaruk pipi yang tidak gatal, malu mau mengutarakan isi hati. "Boleh nggak aku pergi ke Korea? Sebentar aja."

"Buat apa?"

Zophy segera membenarkan posisi. Ia duduk tegak di kursi yang sejak entah kapan menganggur di samping tempat tidur.

"Seminggu lalu Jay ulang tahun. Aku ingin ke sana memberikannya hadiah. Waktu itu Kakek lagi sakit, nggak bisa dijenguk. Jadi aku tunda bilang sampai sekarang," jelas Zophy memaparkan puppy eyes.

Puppy eyes turun temurun Keluarga Lin selain bisa memengaruhi hati orang luar, juga bisa memengaruhi hati keluarga sendiri.

Mr. Lin menghela napas panjang lalu tersenyum sembari mengelus pucuk kepala Zophy. "Ya, pergilah~"

Mendengar izin yang diberikan, Mata Zophy berbinar dengan senyum merekah lebar. Ia memeluk Mr. Lin erat sekali. "AKU SAYANG KAKEK~♥︎!!"

"Hahahaha, dasar cucuku satu ini~ Kakek juga sayang cucu kakek~♥︎♥︎! Muach."

2. Doping

Korea,
Kantor Sangho...

"Ini sampel obatnya. Masih kurang sempurna." Sekretaris wanita Sangho memberikan doping yang dibuat plus dokumen hasil laboratorium obat terlarang itu.

Sangho memegang dopingnya dan menatap obat itu tajam.

Sementara Sangho fokus memerhatikan doping, sekretarisnya juga ikut memerhatikan─bukan doping, tapi si Sangho.

"Lama sekali ke Inggrisnya." Wanita itu akhirnya mengutarakan apa yang ingin ia katakan sejak tadi.

Ucapan si wanita mengambil atensi Sangho. Dia meliriknya dan mengangkat sedikit kepala.

"Ngapain aja?"

"Seperti yang kau katakan, memiliki hubungan bagus dengannya itu hal yang baik. Itu yang sedang kulakukan," jawab Sangho.

"Iya, sih. Memangnya apa rencanamu untuknya?"

Sangho meletakkan doping itu di atas meja dan beralih memeriksa dokumen hasil laboratorium. "Untuk menyempurnakan obat ini diperlukan dana lebih. Kita membutuhkan investor lagi."

Kedua alis wanita itu terangkat mendengar penuturan Sangho.

"Aku masih mencari tau bagaimana aslinya dia. Nggak bisa langsung mengajaknya bekerja sama. Semua akan hancur dengan kecerobohan kecil."

Rencana Sangho ini menjawab rasa penasaran sang sekretaris. Jawabannya memuaskan. Akhirnya dia pergi membawa kembali obat dan dokumen hasil laboratorium untuk proses lanjutan.

3. Tebidoll

Sangho berdiri di depan televisi usai berolahraga. Bertelanjang dada, handuk mini di pundak serta celana training panjang sebagai sangkar burung.

Dia memegang remote di satu tangan dan menonton sangat serius. Serius sekali sampai tidak duduk.

Semua itu berkat kameramen yang menyorot perwakilan dari Kru Humming Bird. Perempuan yang nampaknya Sangho kenal.

Begitu melihat perempuan itu, Sangho yang tadi sedang berolahraga lantas berhenti dan segera berdiri di depan televisi mengencangkan volume.

Hanya sekali melihat wajahnya, Sangho sudah mengenali perempuan itu. Dia mengenalinya dari tatapan mata galak serta wajah menyebalkan yang selalu terbayang-bayang di benaknya.

"Ada-ada saja." Sangho terkekeh. "Gadis kecil itu memang nggak berubah dari dulu, ya."

Sangho meletakkan remote televisi dan beranjak ke kamar untuk mengambil sesuatu dan kembali setelah mendapatkan barang yang ia cari. Di tangan kanannya, ada sebuah boneka beruang.

Boneka bersejarah.

"Namamu Tebi, kan? Mr. Tebi," monolog Sangho bertanya kepada si boneka beruang. "Lihat," ucapnya menunjuk ke arah televisi. "Itu pemilikmu dulu. Dia menggunakan namamu."

Tawa Sangho lepas setelah ia berbicara sendiri. Bukan tawa jahat atau tawa gila, dia tertawa pure karena menganggap semua hal ini lucu.

Dia kembali melihat sosok gadis kecil dari masa lalunya. Kini nyata, bukan hanya bayangan masa lalu saja.

Gadis kecil yang ia kenal dalam pertemuan singkat itu sekarang sudah tumbuh menjadi seorang perempuan rupawan dan penyuka sepeda sama seperti dirinya.

"Kebetulan sekali, ya."

Sangho terus tertawa hingga perutnya terasa sakit. Semakin ingin berhenti, semakin keras gelak tawanya.

"Tebi... Hahahahaha."

Haruskah mereka bertemu? Semuanya berada dalam genggaman Sangho. Dia sudah tahu keberadaan gadis kecil itu dan bertemu atau tidak, semua terserah padanya.

Bersambung...

A/N : cast Zophy sengaja aku ganti. Jadi tuh selama di negara barat, anggap aja Zophy glow up. Jadi kelihatan lebih dewasa. Alasan lain karena cast barunya lebih ekspresif dan bajunya beragam.

Btw maaf ya kalau besok² aku jarang up, kegiatan udh mulai padat lagi soalnya. Jadi klo ke-ghosting ya emg sengaja and I'm sorry!!

Cast baru Zophy :

➱ dari webtoon To Love Your Enemy ©Jungyoon / Taegeon

Continue Reading

You'll Also Like

47.2K 6.3K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
52K 8.2K 50
Rahasia dibalik semuanya
74.7K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
55.5K 4K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.