My Lovely Ghost | SELESAI

Oleh rsdtnnisa

4.6K 228 0

Banyak orang berkata, tidak ada yang abadi di dunia. Apakah cinta juga termasuk dalam sesuatu yang akan sirn... Lebih Banyak

Part 1 : Rumah Oma
Part 2 : Hari baru
Part 3 : Gangguan
Part 4 : Siapa kamu?
Part 5 : Di sini
Part 6 : Teman
Part 7 : Dekat
Part 8 : Danau
Part 9 : Rindu
Part 10 : Kedatangan
Part 11 : Setelah datang
Part 12 : Hadir
Part 13 : Bunga Ilalang
Part 14 : Pasar
Part 15 : Cerita danau
Part 16 : Rasa?
Part 17 : Bolos
Part 19 : Cerita?
Part 20 : Kilas balik
Part 21 : Cemburu
Part 22 : Teman lama
Part 23 : Sinar bulan
Part 24 : Bu Hana
Part 25 : Rumah
Part 26 : Foto yang sama
Part 27 : Kecewa
Part 28 : Chandra dan Liam
Part 29 : Pernyataan
Part 30 : Kilas balik (2)
Part 31 : Pergi?
Part 32 : Menjadi bulan
Part 33 : Extra : Awal yang baru

Part 18 : Foto

92 4 0
Oleh rsdtnnisa

- • Happy Reading • -

"Kamu ini siswi baru, harusnya bisa jadi lebih baik bukan malah berani-beraninya bolos di jam pelajaran saya" omel Ibu guru dengan kacamata bulat yang bertengger di hidungnya.

Aesa hanya bisa menundukkan kepala, tak berani menatap mata Ibu guru yang sedang berkacak pinggang itu.

"Anak sekarang tuh emang susah dikasih tau" ketus Ibu guru itu sambil memperbaiki letak kacamatanya, "Besok pas ada jam pelajaran saya lagi, kamu di luar saja".

Ibu guru itu kemudian pergi begitu saja, kejadian tadi tak luput dari teman-teman sekelas yang menyaksikan Aesa dimarahi dari balik jendela kelas.

Gadis itu masuk ke dalam rumah, seisi kelas yang mulanya diam kini mulai saling berbisik.

Aesa tidak terkejut, dia sudah biasa ditatap seperti itu. Gadis itu duduk di bangkunya sambil menghela nafas menatap tempat duduk kosong di sebelahnya.

Masih ada dua mata pelajaran lagi sampai bel pulang berbunyi, dan Aesa sudah ingin segera berada di rumah.

Ia membuka ponsel yang tadi dia simpan di laci, pesan yang dia kirim ke Ibunya belum juga terbalas. Liam juga belum mengirim pesan padanya, setelah kedatangannya tempo hari hubungan mereka menjadi sedikit lebih dekat seperti dulu.

Sama seperti Indah yang mulai kembali berbicara dengan Bayu, walaupun masih berada dalam bayang-bayang mengerikan dari kekasih laki-laki itu.

Aesa meletakkan ponselnya saat guru datang, kini dia duduk sendiri lagi.

"Saya temani".

Gadis itu menoleh singkat melihat sosok laki-laki yang tadi berada bersamanya di taman belakang sudah duduk dengannya di bangku kosong milik Alya.

"Ngapain?" tanya Aesa pelan berusaha untuk tidak menarik perhatian teman-temannya.

"Cuma duduk" jawab Chandra, "Saya juga mau ikut belajar".

Aesa melihat ke arah Anis yang sedang berbisik dengan teman sebangkunya, "Ada apa, Nis?" tanya Aesa karena sepertinya mereka bukan sedang membicarakannya.

"Bau melati gak sih?" tanya balik Anis.

Netra Aesa melebar, sepertinya beberapa teman sekelasnya merasakan keberadaan Chandra di kelas ini.

"Ojo diilokno, Nis" sahut teman sebangkunya menampar lengan Anis kecil.

Pelajaran tetap berlanjut sampai Ibu guru hendak meninggalkan kelas saat anak didiknya mengerjakan contoh soal yang dia beri.

"Besok kita koreksi sama-sama ya" pesan Ibu guru sambil merapikan tasnya.

"Iya, Bu" balas mereka serentak.

Ibu guru setengah abad dengan paras yang masih cantik itu melangkah meninggalkan kelas.

Aesa menutup bukunya kemudian memijat pelipis serta matanya yang mulai pedih dan lelah. Chandra masih ada di sampingnya, duduk diam seperti anak kecil yang baru saja masuk sekolah dasar.

"Indah!" panggil Aesa, gadis itu beranjak menghampiri tempat duduk Indah.

"Nanti nginep lagi ya" pinta Aesa, "Aku lagi halangan" lanjutnya pelan.

"Iya" balas Indah singkat karena dia sedang sibuk mengerjakan soal, rajin sekali gadis ini.

Tersenyum Aesa lalu melangkah hendak kembali ke mejanya, sebelum itu diam kembali melirik Indah.

"Bagi contekan ya" pintanya lagi, Indah hanya berdeham sebagai jawaban membuat Aesa bersorak kecil.

***

"Ayo, Al!".

"Iya iya, sabar!".

Layaknya Kakak dan Adik pada umumnya, Alya dan Bayu memang sering bertengkar.

Motor matic Bayu melaju saat Alya masih kesusahan naik ke atas jok yang cukup tinggi baginya, alhasil pemuda itu mendapat tamparan keras pada bahunya oleh Alya guna melampiaskan kekesalannya.

Karena buru-buru akan pergi dengan kekasihnya malam ini, Alya langsung dibawa pulang begitu saja agar dia bisa bersiap-siap.

Demi tidak pulang jalan kaki, pikir Alya. Sesampainya di rumah, Bayu melempar tasnya ke sofa ruang tamu begitu juga sepatunya yang tidak diletakkan dengan benar di rak sepatu.

"Mas Bayu!" sentak Alya yang dihiraukan oleh si empu. Bukan dia yang dimarahi jika rumah berantakan, jadi santai dia berbuat sesuka hati.

Dengan sabar Alya merapikan rak sepatu, membawa tas Bayu yang tercecer beberapa buku keluar dari sana.

Gadis itu memutar bola matanya malas mendengar nyanyian sumbang yang berasal dari dalam kamar mandi. Ia berniat memasak namun sudah ada lauk yang tersaji di atas meja yang tertutup oleh tudung saji.

"Ibu pergi ke desa sebelah sama Abah, baik-baik di rumah sama Mas Bayu ya" Alya membaca tulisan pada secarik kertas yang tadi terselip di bawah piring.

Bibir Alya melengkung ke bawah, "Baik-baik sama Mas Bayu apanya, orang nanti malem mau pergi sama pacarnya".

"Uwes masak?" tanya Bayu yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang melilit sampai batas dada.

Bukannya menjawab pertanyaan sang Kakak, Alya malah menyembuhkan tawa.

"Model apa ngene iki?" gadis itu tertawa sambil berusaha menurunkan handuk yang Bayu pakai.

"Saru, Al!" sahut Bayu kemudian berlari menjauh dengan Alya yang masih menertawakannya.

Si cantik bergegas membersihkan diri lalu bersiap untuk mengisi perutnya yang sudah lapar ini. Seragamnya bertukar dengan baju santai rumahan, duduk dengan nyaman sambil makan ikan goreng dan sayur kangkung yang sangat nikmat.

Bayu datang ikut makan dengan bersama Adik perempuannya, "Berani di rumah sendirian?".

"Gak usah nanya, udah biasa" jawab Alya, "Emang ape rindi sih?".

"Desa sebelah ada layar tancap" balas Bayu, "Mau nonton sama ayang sambil ngobrol dikit".

Alya menggelengkan kepala membuat Bayu yang sedang makan terheran, "Kayaknya Indah salah suka sama Mas".

Bayu mengernyit, "Suka sama Mas?" beo pemuda itu mengulang pertanyaan Alya.

"Tapi, Mas-".

Alya mengangguk, "Iya, Indah juga tau Mas udah punya pacar" potongnya.

Bayu terdiam beberapa saat, suasana makan sore mereka jadi hening setelah Alya mengatakan itu. Si cantik nampak merasa bersalah saat melihat wajah melas Kakaknya.

"Mas mau putus" celetuk Bayu.

Alya panik, "Ojo ngono, Mas, masa gara-gara Alya atau Indah Mas Bayu putus".

"Ora!" sahut Bayu setelah berdecak kesal, "Ada alasannya, tapi bukan karena kamu atau Indah".

Alya masih penasaran tapi akan dia tanyakan lagi nanti saat mereka benar-benar sudah mengakhiri hubungan.

Acara makan mereka selesai sudah, Alya pergi mencuci piring sedangkan Bayu membantu mengerjakan PR di buku tugas milik Alya.

"Palingan nanti Mas ketemu sama Ibu" ujar Alya yang baru datang dari arah dapur menghampiri Bayu yang duduk di sofa ruang tamu.

"Biarin" balas pemuda itu cuek.

Alya duduk di samping Kakaknya itu sembari membuka ponsel, membiarkan Bayu mengerjakan tugas sekolahnya sembari mengomel.

***

"TIKUSS!!".

Jerit melengking dari seorang gadis yang melompat kesana-kemari menghindar dari hewan pengerat gemuk yang juga berlari tak tentu arah.

"Pukul, Chandra!".

Sosok dengan sapu di tangannya itu juga panik menerima tekanan dari Aesa karena tak tega memukul tikus itu.

"CHANDRA!" jerit Aesa saat si tikus melompat ke tempat tidur membuatnya berlari turun dan bersembunyi di balik tubuh Chandra.

Tikus itu memanjat kelambu lalu merayap terus ke atas menyusup masuk bersembunyi di antara atap dan dinding.

Keadaan kamar sangat berantakan, cat yang tadinya mereka gunakan untuk melukis kini tercecer mengotori lantai.

Dari mulai kain selimut sampai baju-baju berserakan keluar dari keranjang semuanya terkena noda cat.

Aesa jatuh terduduk lemas melihat semua itu, bukunya pun berhamburan dimana-mana bahkan kursi belajarnya sampai terjungkir balik.

"S-saya bantu bersih-bersih ya" Chandra mengulurkan tangannya meminta Aesa untuk bangkit.

Penuh sabar Aesa mengangkat kain-kain itu dan membawanya ke halaman belakang untuk dia cuci di air mengalir. Sementara Aesa mencuci baju, Chandra merapikan kamar yang dimulai dengan meminggirkan kursi kemudian menata kembali buku di meja.

Sore hari ini mereka habiskan untuk memperbaiki kerusuhan yang mereka buat sendiri, tidak mungkin mereka menyalahkan tikus yang turun dari sarangnya untuk mencari makan.

Baju-baju ini memang akan Aesa cuci, namun sekarang jadi lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Gadis itu menyandarkan ember basah di tempat semula setelah selesai mencuci, Ia masuk ke dalam rumah sembari menutup pintu dapur.

"Chandra!" panggilnya karena tak terdengar sama sekali suara sosok laki-laki itu.

Aesa menyalakan seluruh lampu rumah karena hari sudah mulai gelap, tak lupa menutup jendela mencegah cahaya jingga kemerahan masuk ke dalam rumah.

Pintu kamar tak tertutup rapat, perlahan ia mendorong pintu melihat apa yang sedang Chandra lakukan.

Sosok itu duduk diam membelakangi pintu dengan menundukkan kepala. Aesa membuka pintu lebar-lebar dan masuk ke dalam kamar, "Makasih ya, udah bantu" ucapnya pada Chandra sembari duduk di pinggir ranjang.

Chandra hanya diam, Aesa lihat sosok itu memegang sesuatu yang terlihat seperti secarik kertas.

Si cantik turun dan duduk di samping Chandra, tangan pucat itu gemetaran memegang kertas usang yang sedari tadi dia pandang.

Ia sedikit melirik isi kertas yang membuat Chandra menggigit bibir dalamnya seolah menahan tangis itu.

Aesa mengulurkan tangan hendak mengamati lebih jelas isi gambar dari kertas kusam itu. Namun saat jarinya baru saja menyentuh ujung kertas, Chandra seketika menghilang bersama hembusan angin kencang singkat yang sampai menerbangkan beberapa helai rambut Aesa.

Gadis itu membuka matanya setelah sedikit terkejut dengan kedatangan angin tadi, di tangannya kini kertas itu berada.

Sebuah foto usang berdebu dengan warna yang sudah sedikit pudar serta bintik-bintik jamur di sekitar gambar mengatakan bahwa satu lembar foto itu pastilah telah dibiarkan lama sekali.

Entah di mana Chandra menemukan foto itu tapi yang ada di dalamnya merupakan sosok pemuda yang sangat mirip dengan Chandra, apakah itu dirinya sendiri?.

Jika benar itu Chandra, pemuda itu berdiri bersama seorang anak laki-laki yang mengangkat piala tinggi-tinggi dirangkul oleh wanita yang tidak dapat Aesa lihat wajahnya.

Tangannya mengusap pelan bekas robekan pada satu lembar foto itu, siapa wanita ini?.

Netra cantik itu kemudian tertuju pada pemuda yang sama persis dengan Chandra itu, senyumnya tipis dan tidak menyiratkan kebahagian dari kedua matanya yang menatap sayu ke arah kamera.

Aesa menoleh melirik pintu kamarnya, pikirnya pasti sekarang Chandra sedang berada di danau.

Bersamaan dengan itu, adzan magrib berkumandang. Aesa simpan saja foto itu di laci meja belajarnya sebelum berdiri dan keluar dari kamar untuk menunaikan ibadahnya.

Malam ini mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Aesa duduk di ruang tamu ditemani bukunya menunggu Indah yang tak kunjung datang.

Ia bangkit untuk membuka pintu, meninggalkan beberapa soal PR yang masih dia biarkan kosong tanpa jawaban.

Dari jauh dapat Aesa lihat Indah berlari mendekatinya, gadis itu membawa serta bukunya untuk mengerjakan PR bersama-sama.

Tepat saat Indah sampai di depan pintu, kilat menyambar bersama dengan suara gemuruh yang menggelegar. Keduanya terkejut dan langsung segera masuk ke dalam rumah.

Rintik demi rintik hujan turun semakin lama kian deras membasahi apapun yang ada di bawahnya. Di depan mereka tersaji roti panggang dengan susu hangat yang mengeluarkan asap tipis siap menghangatkan badan di tengah dinginnya hujan.

"Yang ini gimana, Ndah?" tanya Aesa menunjuk soal yang menurutnya susah dengan ujung tumpul pensil.

"Dikali sekawan aja, terus dibagi sama x" jawab Indah menjelaskan sambil memberi sedikit coretan di buku Aesa, "Kayak gini".

Indah menunjukkan jawabannya pada Aesa, mengajari gadis itu perlahan penuh kesabaran. Aesa menganggukkan kepalanya mengerti, ternyata dia salah mengerti dengan cara yang Ibu guru beri dan lebih mudah memahami penjelasan dari Indah.

"Semoga masih inget sampai ujian" ucap Aesa.

"Kan bisa dipelajari lagi, Es" balas Indah.

Bosan dengan PR yang tak kunjung selesai, Aesa berbaring di kursi menatap lampu yang menyala remang dan kipas angin di langit-langit ruang tamu.

"Indah" panggil Aesa, "Masih suka sama Mas Bayu?" tanyanya.

Indah menggeleng, "Gak tau" jawabnya cuek karena sedang fokus dengan soal-soal di bukunya.

"Gue juga gak tau harus semangatin atau patahin perasaan kamu ke Mas Bayu" lanjut Aesa, "Dia udah punya pacar, Ndah, galak lagi".

"Yang terpenting sekarang bukan itu" sahut Indah, "Ini PR nya kerjain dulu".

Dengan malas Aesa kembali duduk di samping Indah, mengerjakan kembali soal-soal sulit sebisanya.

Malam mulai larut, hujan mulai mereda digantikan oleh gerimis yang ramah. Aesa mengeratkan selimutnya yang tidak begitu tebal, ia membuka mata melirik Indah yang nyaman tanpa selimut padahal Aesa sudah memberikan sebagian selimut kepada gadis itu.

Gadis itu tidak bisa tidur, dia bangkit mengubah posisinya menjadi duduk. Kadang Aesa heran dengan Indah yang tukang tidur tapi tetap rajin.

Ia menghela nafas kemudian bangkit hendak mengambil air ke dapur. Lampu dapur menyala remang, tak pernah Aesa matikan saat ia tertidur sekalipun.

Netra cantik itu terasa berat sambil beberapa kali memejamkan mata, Aesa mambawa gelas berisi air segar kembali ke kamar.

Entah kenapa Aesa berharap Chandra muncul, tapi sepertinya sosok itu masih belum ingin menemuinya. Apalagi setelah menemukan foto yang membuat perasaan Chandra campur aduk itu.

Jika yang ada di foto itu benar Chandra, kenapa sosok itu lari setelah melihatnya? Belum selesai masalah antara keluarganya dan rumah sang Oma, Chandra hadir dengan segala rahasianya.

Aesa mencari-cari foto itu dan menemukannya di dalam laci, ia kemudian duduk lesehan bersandar pada tempat tidurnya.

Ia menghela nafas, "Chandra, lo di mana?".

***

- • To be continued • -

Ojo diilokno
(Jangan ditegur)
Ngene iki?
(Begini ini?)
Saru
(Tidak sopan)
Ape rindi?
(Mau kemana?)
Ojo ngono
(Jangan gitu)
Ora
(Enggak)

Thanks for the vote and comment

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

697K 111K 54
VANESSA ABHIGEAL LUCY Adalah gadis cantik dengan tinggi di bawah rata-rata, meski terlahir dari keluarga berpunya tak lantas membuatnya menjadi priba...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.4M 206K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
881K 65.8K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...