Glacier | Renjun āœ“

By 23byeolbamm

1.1K 170 1

Rena pikir hidupnya akan baik-baik saja saat memasuki dunia sekolah menengah atas. Namun ternyata, ia salah k... More

read me please šŸ™
prologue
prelude: tentang rena, ayah, dan mama
prelude: tentang raja dan sepi
O1 | first time
O2 | sensitive topic
O3 | a small surprise
O4 | can we go back?
O5 | pensi
O6 | just friend
O8 | arrgghhhhh
O9 | his life history
1O | unexpected gift
11 | talkative
12 | sick
13 | typo
14 | special chapter: sigit gasendra
15 | permintaan kembali
16 | what?!
17 | upset
18 | confession
19 | karma
2O | reason (finale)
epilog: lost (pt.1)
epilog: lost (pt.2)

O7 | close to you

35 6 0
By 23byeolbamm

“Rena?”

Reno terkesiap, buru-buru menukar posisi berbaringnya jadi duduk. Terkejut, sebab baru membuka mata ia sudah disambut kehadiran sang putri di kamarnya. Duduk sendirian di depan foto Laura.

“Ayah,” panggil Rena. Namun tetap tak mengalihkan pandang dari senyum sang ibu di depannya. “pernah mimpi Mama gak?”

“Pernah, tapi jarang. Kamu ngapain di sini?”

Gadis itu menarik napas panjang. “Barusan aku mimpiin Mama...”

“Buruk?”

“Nggak tau, aku gak inget masa.”

“Yaudah gak papa, Mama lagi kangen kamu.” Ia beringsut bangun, lantas melipat selimutnya. “Sana mandi, siap-siap, udah mau jam 5.”

“Yah, Mama tuh cinta pertama ayah, ya?”

“Hm?”

“Ya soalnya ayah sesetia itu sama mama, sampai gak mau nikah lagi. Kan, cinta pertama selalu punya tempat spesial.”

“Bukan, kok.”

Rena menoleh cepat padanya, matanya yang membulat terlihat lebih lucu dengan wajah bantalnya. “Serius?”

“Iya. Sebelum Mama, Ayah pernah suka satu perempuan. Kita satu angkatan, satu jurusan, jadi ke mana-mana pasti berdua. Ayah suka dia duluan, tapi dia cuma nganggap Ayah temen doang. Kita juga... beda.”

“Beda?”

“Beda kasta. Dia putri keluarga kaya. Makanya Ayah nggak memperjuangkan dia lebih lanjut.” Reno menarik senyum lebar setelahnya. “Untungnya Ayah ketemu Mama. Waktu itu Mama maba di jurusan Ayah, kita saling suka, dan menikah habis wisuda.”

“...”

“Tapi kenapa kamu nanya itu?”

“Bukan apa-apa, cuma penasaran aja.”

“Kamu naksir cowok di sekolah ya?”

Kali ini Rena membisu. Tak menjawab, juga tak membantah.

“Sigit?”

Lantas, kepalanya menggeleng seraya mendengus kesal. “Nggak. Apaan sih? Dia temenku.”

“Kamu udah besar.” Reno terkekeh kecil. “Perasaan cinta itu sesuatu yang rumit, Nak. Susah ngebedain mana yang sekedar suka dan mana yang beneran jatuh cinta kalau kamu belum benar-benar paham situasinya. Makanya banyak orang yang berpisah, entah itu pas pacaran atau malah pas udah menikah. Karena mereka salah dalam memahami dua itu, jadinya terkesan salah pilih.”

“Ayah tau gimana cara ngebedainnya?”

Reno tersenyum, sepasang matanya secara ajaib dapat melihat sosok cantik Laura yang berdiri di belakang Rena. “Ketika kamu udah suka sama seseorang, tunggu sampai empat bulan. Kalau dalam waktu kurang dari empat bulan kamu udah gak suka dia lagi, itu berarti kamu cuma naksir. Begitupun sebaliknya, kalau udah empat bulan lebih dan kamu tetap suka dia, artinya kamu jatuh cinta sama dia. Kata psikologi sih gitu.”

“Ayah bisa menjamin gak?”

“Bisa. Karena Ayah pernah ngalamin. Tapi ya lebih baik kamu pikirin dulu sekolah ya, sayang. Hari ini UAS, kan?”

Rena langsung memasang wajah panik. “Ya ampun aku belum siap-siap!”

•••

UAS jam pertama berjalan lancar. Sudah seharusnya, sebab Rena telah mempersiapkan ujian ini mati-matian. Ada waktu satu jam untuk berisitirahat sebelum memulai pelajaran kedua, dan Rena menggunakan waktu itu untuk menghafal daripada makan ke kantin seperti peserta yang lain. Kebetulan hari ini ia dibuatkan bekal lagi oleh Reno.

Jadilah Rena keluar dari ruangan tempat ujiannya dengan membawa satu kotak bekal yang ia tumpangkan bersama dua buku tebal pelajaran.

Kelasnya berisik karena beberapa anak laki-laki memilih bermain game di dalam, jadi ia memutuskan memakai ruang OSIS untuk menghafal. Suasana hening pasti membuat hafalannya lebih mudah masuk, kan? Namun ia dibuat mematung sesaat manakala menemukan Raja juga ada di dalam. Cowok itu mengangkat wajah begitu pintu terbuka.

“Eh, masuk aja, Ren.”

Mau tak mau, Rena masuk walau dengan gestur canggung, karena dia benar-benar tak pernah berpikir akan bertemu Raja di sini.

“Kak Raja lagi ngapain?”

“Hafalin bahan ujian. Lo?”

“Sama.”

Raja mengangguk singkat. Dan karena telah kembali pada buku di depannya, Rena kemudian duduk di kursi panjang yang agak jauh dengan pria itu. Agar tidak mengganggu.

Lima belas menit pertama berjalan tanpa obrolan, keduanya sibuk dengan buku masing-masing. Sampai kemudian Raja menyadari kehadiran benda lain yang menarik perhatiannya.

“Itu apa by the way?”

Refleks, Rena menatap kotak bekal yang ditunjuk Raja. “Bekal, dari Ayah.”

“Kenapa lo gak makan kalau gitu?”

“Lupa,” katanya, lalu meringis.

Padahal isinya hanya sebutir telur balado, dua potong sayap ayam, dan sekepal nasi, tapi cukup membuat Raja merasa iri.

“Kak Raja mau?”

Ditawari makanan yang dari tampilannya saja sudah pasti enak, Raja mengangguk cepat. Kapan lagi ia bisa memakan masakan rumah, ketika sehari-hari ia lebih sering memesan online atau makan di luar ketimbang masak sendiri.

Mereka lalu menghabiskan makanan itu berdua. Raja yang menghampiri dan duduk di samping si gadis, tampak menikmati makanannya. Praktis membuat Rena tersenyum senang. Canggung di antara mereka sudah lenyap sejak bermenit-menit lalu.

“Makanannya enak, gue gak pernah ngerasain chicken wings seenak ini di restoran mana pun.”

“Nanti kalau Ayah bikin bekal lagi aku minta dua deh, buat Kak Raja.”

Raja tersenyum kecut, tapi tak membalas apa-apa. Entah kenapa, semua yang dimiliki Rena selalu membuatnya iri. Ini bukan Raja sekali. Serius. Sebelum gadis ini, dia sudah lama mengenal Juan dan Jean, yang hidupnya lebih sempurna dari Rena. Mereka memiliki orang tua yang masih lengkap, bahkan satu kakak perempuan. Keluarganya harmonis. Rumah yang ditinggali pun dipenuhi cinta dan kasih sayang yang hanya dengan mengunjunginya saja, akan terasa kehangatannya. Tapi ia tak pernah sekalipun iri, bahkan setelah mamanya juga turut menganggapnya seperti putra sendiri. Tapi gadis ini... Raja sungguh tak tahu ada apa dengan dirinya.

“Kak? Itu...”

Cowok itu mengerjap, lamunannya otomatis lenyap. Ia kembali ke kenyataan berkat sentuhan Rena di sudut bibirnya.

“Maaf, ada butir nasi,” jelasnya dengan sungkan, “Kak Raja lagi mikirin apa?”

“Hm?”

“Kak Raja gak dengerin aku ngomong, ya?”

Matanya kontan membelalak lebar. “Lo ngomong apa? Sorry sorry, gue gak denger.”

“Bukan hal penting sih, jadi lupain aja.”

“Ren, sorry...”

“Gak papa, jangan sungkan gitu sama aku.” Rena tampak meyakinkan dengan senyuman yang terpasang. Namun tetap saja, Raja merasa tidak enak.

“Apa Kak Raja lagi punya masalah?”

“Hah?”

“Siapa tau punya, dan gak tahu harus cerita ke siapa, Kakak cerita ke aku aja. Aku siap, kok, dengerin.”

“...”

Raja tak mampu berkata-kata, otaknya terlalu bingung menjelaskan perasaan aneh yang kini mendesak dadanya. Sebentuk emosi tak bernama yang membuat matanya seperti diserang puluhan biji cabai.

•••

“Semangat ujiannya.”

Kalimat terakhir Raja sebelum ia keluar tadi terus menggema tanpa henti. Selama ujian jam kedua berlangsung, Rena tak pernah memudarkan senyum. Jika boleh jujur, ujian kali ini berjalan dengan menyenangkan. Rena menjawab semua soal dengan mudah berkat beberapa trik rahasia dari Raja. Sepertinya untuk pelajaran hari-hari berikutnya pun, ia akan meminta cowok itu untuk mengajarinya.

Sore hari ini, Rena tengah duduk di warmindo, menunggu Sigit yang pamit untuk membawa motornya di dalam sekolah. Sudah satu jam berlalu sejak ujian hari itu selesai, juga lima menit lalu sejak mereka selesai makan mi berdua di sana, dan cowok itu belum kelihatan—

Ah, itu dia.

Rena tersenyum dan langsung berdiri, menyambut si pria yang sedang melaju mendekati.

“Naik,” titah Sigit singkat. Rena menurut.

Motor melaju tak sampai dua menit berhenti. Tadinya, Rena memilih enggan mengganggu fokus cowok yang tengah memboncengnya dengan mengajaknya mengobrol, tapi saat menyadari jalan yang mereka lalui bukan jalan menuju rumahnya, ia tak bisa menahan diri untuk bertanya.

“Kita mau ke mana? Ini bukan jalan rumah gue.” Beruntungnya jok yang ia duduki sedikit lebih tinggi dari Sigit, jadi mereka tetap sejajar dan Rena hanya perlu sedikit mencondongkan tubuh untuk bertanya tepat di telinga cowok itu.

“Temenin ke gramed bentar.”

Alis Rena terangkat mendengar permintaan Sigit. “Tumben? Mau beli apa?”

“Bloknot gue kecebur kolam ikan tadi, gue mau beli yang baru.”

•••

“Eh, gue pengen belajar masak deh. Ada buku resep yang buat pemula gitu gak?”

Berdiri berdampingan, dengan tinggi yang cukup tajam, membuat Rena harus sedikit mendongak saat menatap sang teman. Di depannya berbagai desain dan ukuran buku catatan berjajar dalam rak.

“Mendadak banget?” tanya Sigit, masih fokus memilah cover buku di masing-masing tangannya.

“Lagi pengen, bukannya cewek harus pinter masak?”

“Gak juga ah. Tapi kalau lo mau berusaha ya bagus. Biar kita gak nyewa asisten di rumah entar.”

Butuh waktu bagi Rena untuk memahami maksud kalimat Sigit sampai akhirnya wajahnya yang kebingungan berubah jadi datar. “Jadi ada bukunya gak sih?!” sentaknya kesal. Tapi balasan yang ia dapat justru kekehan Sigit.

“Ada, sini,” katanya, lalu menariknya melewati beberapa rak hingga akhirnya Rena berdiri di hadapan jajaran buku resep masakan. “Noh, pilih.”

Sigit suka senyum Rena. Maka saat melihat Rena tersenyum dengan mata berbinar-binar, ia juga ikut tersenyum tanpa sadar. Bodohnya daripada membantu memilihkan buku, dia lebih memilih meneliti wajah gadis itu.

“Menurut lo buku mana yang bagus? Gue... bingung.”

“Lo mau belajar masak apa dulu?”

“Ada yang dicampur gitu gak, sih? Yang semuanya ada.” Rena meringis setelahnya.

“Ini bagus, menunya gampang-gampang,” paparnya, “Kalau ini menunya lumayan lengkap,” sambungnya lalu mengambil buku yang dimaksud.

“Kok lo tau banyak soal beginian?”

“Gue liat punya nyokap. Dia punya banyak di rumah,” kata Sigit kemudian.

Bicara soal orang tua, mendadak Rena terpikirkan pada Raja. Memang tidak ada korelasinya, tapi fakta bahwa orang tuanya sudah tiada... entah kenapa membuatnya lalu menghela napas.

“Omong-omong, lo tau soal keluarganya Kak Raja gak?”

Sigit menoleh cepat, raut wajahnya berubah terkejut ketika dengan tiba-tiba Rena menarik Raja dalam topiknya. “Kenapa emang?” Akhirnya ia bertanya begitu, dengan niat memancingnya.

“Beberapa hari lalu gue denger pembicaraan Kak Raja sama Kak Mahen di ruang OSIS. Gue denger... sesuatu tentang keluarga Kak Raja.” Gadis itu menghela napas. “Ini gue belajar masak juga buat dia, setelah dia bilang dia suka masakan ayah gue.”

“...”

“Gue udah janji bakal bawa bekal buat dia, tapi lo tau, kan, gimana keponya ayah gue?” Ia menjeda sejenak dengan satu helaan napas. “Ayah pasti bakal tanya macam-macam, duh... mikirinnya aja udah puyeng duluan gue. Jadi gue mau belajar masak, biar gue yang masakin dia. Ini murni kasihan aja ya gue, jangan mikir macam-macam, soalnya emang pas pertama lihat juga dia kayak kesepian, dan ternyata gue baru tau kalau dia hidup sendirian—Sigit?”

“...”

“Sigit!” Serta-merta ia mencubit pinggang Sigit yang tak meresponsnya. “Lo gak dengerin gue?!”

“..., hah?”

“Sigiiitt! Gue udah ngomong panjang lebar anjrit! Ngeselin banget sih!” Rena berlalu dengan bibir cemberut. Rasa kesal yang sudah di ubun-ubun membuatnya tak menghiraukan panggilan Sigit sekalipun, terus berjalan menuju meja kasir.

Niat hati ingin melakukan pembayaran, dia justru dibuat membeku ketika tak sengaja melihat ke depan dan menemukan Raja sedang berjalan... bersama seorang gadis SMP. Mereka juga seperti habis dari sini, tapi kenapa ia sampai tidak sadar?

Lihat! Raja merusak tataan poni si gadis sembari tersenyum manis. Siapa? Siapa anak perempuan itu?


—Tasikmalaya, 25 Juni 2023—

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 122K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
3.3M 170K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
898K 66.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
7.5K 1.5K 7
ć…” C Y C L E M A T E ; "Kisah mereka dimulai dari sepasang sepeda dan pencarian sebuah IDEAL"