Glacier | Renjun βœ“

By 23byeolbamm

1.4K 199 1

Rena pikir hidupnya akan baik-baik saja saat memasuki dunia sekolah menengah atas. Namun ternyata, ia salah k... More

read me please πŸ™
prologue
prelude: tentang rena, ayah, dan mama
prelude: tentang raja dan sepi
O1 | first time
O2 | sensitive topic
O3 | a small surprise
O4 | can we go back?
O5 | pensi
O7 | close to you
O8 | arrgghhhhh
O9 | his life history
1O | unexpected gift
11 | talkative
12 | sick
13 | typo
14 | special chapter: sigit gasendra
15 | permintaan kembali
16 | what?!
17 | upset
18 | confession
19 | karma
2O | reason (finale)
epilog: lost (pt.1)
epilog: lost (pt.2)

O6 | just friend

45 8 0
By 23byeolbamm

Mereka tak berencana tidur sebenarnya, tapi suasana di sana yang tenang, mengundang kantuk yang tak bisa keduanya tahan. Ruang UKS memang dipasang pembatas kedap suara, dengan tujuan membuat pasien bisa beristirahat tanpa gangguan.

Raja dibangunkan oleh ponsel di saku celananya yang bergetar panjang. Begitu ia lihat, hanya panggilan tak terjawab dari Mama. Kemudian ia ganti memandang Rena, gadis yang terlelap dengan satu tangan menjuntai ke bawah.

Tangan itu... sempat mengusap kepalanya tadi...

Ia jelas masih ingat, sentuhan ragu namun lembut dari Rena-lah yang membuatnya mengantuk.

Bibirnya menarik senyum tipis. Inginnya berdiam sedikit lebih lama di sini, tapi dia ingat dengan jabatan ketua OSIS yang kini melekat di namanya. Namun sebelum benar-benar pergi, Raja menyempatkan diri mengambil tangan si gadis dan menyimpannya di tempat yang benar.

•••

Berbeda dengan Raja yang bangun sendiri, Rena baru membuka mata saat merasa sesuatu menyentuh lembut dahinya. Keningnya mengernyit dalam, sebelum akhirnya dua kelopak bak mawar itu terbuka perlahan.

“Oh, lo.” Suaranya sedikit serak, makanya Sigit cepat-cepat mengambilkan segelas air untuknya. “Thanks.”

Sigit mengangguk kalem. “Lo udah ngerasa baikan?”

“Ya, lumayan. Tadi Kak Raja di sini, lo tau dia kapan keluarnya?”

“Gue papasan sama dia di luar, sekitar 15-20 menit yang lalu.”

Dua matanya melotot detik itu juga. “Yang bener? Gue kudu balik kalau gitu, lo kenapa gak bangunin dari tadi sih!” dumel Clara. Wajahnya panik saat ia berusaha turun dari ranjang.

“Istirahat lagi aja kalau belum sembuh bener.”

“Nggak. Gue udah lama di sini, sementara banyak yang harus gue kerjain di luar.”

“Renatta.”

“Terus kerja gue apa kalau seharian di sini, Sigit? Gue udah agak baikan kok habis tidur. Nggak usah khawatir berlebihan deh.”

“Dia yang nyuruh gue buat biarin lo istirahat.”

Barulah pergerakannya terhenti, tepat ketika ia selesai memakai sepatu kembali. Rena langsung bungkam. Mulutnya yang sudah sedikit terbuka segera menutup tanpa mengeluarkan satu patah kata.

“Wow, seberpengaruh itu perintahnya di lo.”

“Nggak gitu—”

“Terus gimana? Buktinya sekarang lo diam pas gue bilang itu suruhan Kak Raja.”

“…”

“Apa cowok itu Kak Raja?”

Tidak ada jawaban, sudah ia duga. Sigit lalu bangkit, menaikkan sudut bibirnya ketika sadar Rena tengah menolak menatapnya. “Hahh... kalau beneran dia, gue udah kalah di awal sih, secara gue gak ada apa-apanya dibanding dia.”

Rena masih tetap bungkam.

“Terserah lo aja kalau gitu, gue cuma khawatir tadinya, tapi pada akhirnya yang mutusin tetap lo.” Tatapannya masih terpaku pada si gadis. “Maaf gue gak bisa nemenin lo, gue harus ke lapang lagi. Lo bisa nyusul atau tetap di sini sesuai saran gue.”

Setelah itu, Sigit benar-benar pergi. Dan Rena tak mampu untuk mencegahnya tinggal di sini lagi. Gadis itu hanya bisa menatap jejak-jejak kepergian cowok itu dengan perasaan bersalah.

Rena bodoh, kenapa ia harus keras kepala tadi?!

•••

Rena memilih pergi. Ya, karena tubuhnya juga sudah lebih baik, tidak separah tadi. Luar yang berisik jadi asing untuknya yang telah lama mendekam dalam ruang UKS yang tenang.

Gadis itu berjalan ke lapangan, ada pertandingan voli yang sedang berlangsung. Namun Rena memilih melewatinya padahal itu salah satu olahraga favoritnya. Fokusnya kini pada Sigit yang entah ada di mana. Anak itu berbohong saat mengatakan akan ke lapangan, nyatanya tidak ada eksistensinya di sini setelah ia memutar setengah lapangan.

Rena mencoba mencari ke tempat-tempat yang sering dikunjungi pria itu. Ke kantin, ke kelas, sampai ke warmindo yang berada di luar. Tapi tidak ada. Ia sudah nyaris frustrasi jika saja tidak sengaja melihatnya tengah duduk sendirian di dekat kolam ikan di belakang sekolah.

Segera ia ke sana, memegang bahu kiri Sigit dan sesuai dugaan, cowok itu menoleh refleks. Namun lekas berpaling setelah tahu siapa yang menyadarkannya dari lamunan.

“Gue udah bilang, kan, lo harusnya tetap istirahat di UKS.”

“Dan bukannya lo juga bilang kalau gue bisa keluar?”

Sigit menghela napas. “Ngapain ke sini?”

“Sigit, maaf...”

“Buat?”

“Buat... yang di UKS tadi.”

“Gue gak ngerasa lo ngelakuin kesalahan sefatal itu sampe harus minta maaf.” Dia membuang kerikil yang diambilnya di atas rumput ke dalam air. “Gue baru aja mikir, dan baru paham alasan lo ngotot mau keluar.”

Rena memilih membisu.

“Kayaknya sifat kerja keras bokap lo nurun ke lo.” Sigit tertawa hambar di sela kalimatnya. “Lo gak bisa kalau gak ngerjain sesuatu dengan sistem biasa aja, harus maksimal gak peduli itu bisa nyakitin diri lo sendiri. Sama kayak bokap lo, kan? Kemarin dia sampai cedera.”

“Mungkin.” Rena kemudian ikut duduk di samping Sigit. “Soalnya gue juga ngerasa kalau gue gak ada sifat feminin kayak Mama.”

“Bar-bar sih jadi cewek, tapi itu yang gue suka.”

“Sigit—”

I know. We're just friends. Kita pernah bicarain ini dan sepakat gak bakal bahas tentang perasaan lagi. Tapi sekali-kali boleh, dong, sekalian pengingat kalau lo punya gue yang masih mencintai lo tanpa syarat sampai kapanpun. So don't ever think again that you don't deserve to be loved.”

“Gue gak bisa gini terus.”

“Lah?” Alis pria itu terangkat seiring dengan tubuhnya yang ikut berdiri saat Rena tiba-tiba beranjak.

“Daripada dengerin lo yang bikin gue panas dingin, lebih baik gue pergi.”

Awalnya Sigit mengernyit, tapi kemudian tertawa setelah menyadari sesuatu. Dia lalu berlari menyusul si gadis, merangkul bahunya. “Ini tuh bisa dibilang kemajuan gak, sih?”

“Kemajuan apa?”

“Kemajuan buat gue dalam merebut hati lo.”

“Sinting!”

•••

“Kemaren bener-bener bagus. Dari susunan acara sampai ke pelaksanaan, pecah parah. Sekolah emang gak salah nargetin lo jadi ketos selanjutnya, Ja.”

Cowok itu menarik senyum alakadarnya mendengar pujian sang mantan ketua OSIS. Jika Mahen datang ke ruang OSIS hanya untuk memujinya, jujur lebih baik Raja tidak usah mempersilakannya masuk tadi. Dia tidak suka dipuji. Sebenarnya bukan tidak suka, hanya saja aneh rasanya jika hanya ia yang dipuji, sementara banyak pihak lain yang juga turut bekerja untuk mempersiapkan Pensi.

Akhirnya ia memilih kembali fokus melihat rekapan yang tengah dikerjakannya. Jam istirahat yang harusnya ia gunakan untuk makan, malah ia habiskan dengan berkutat di ruang OSIS. Mengerjakan pekerjaan yang sempat terbengkalai karena kesibukan Pensi akhir bulan kemarin.

Sebenarnya itu pekerjaan Rena, sebelum nanti diserahkan padanya untuk ia periksa dan ia lanjut serahkan pada pembina OSIS. Namun, bulan November menjadi bulan gadis itu untuk fokus ke kelas. Sebentar lagi ujian akhir semester dan Rena sebagai siswa tingkat pertama harus mulai memperbaiki nilai. Jadilah ia dengan sukarela mengambil alih tugas itu.

Untungnya, Mahen punya kesabaran yang tebal dan kebal dengan sikap dingin Raja. Cowok itu hanya tersenyum tipis. “Bicara soal kemarin, gue penasaran keputusan lo manggung itu keputusan lo sendiri?”

“Maksud lo?”

“Hng... soalnya di kelas gue ada yang ngaku kalau lo manggung karena dia. Cewek.”

“Dih, halu dia.”

“Tapi dia bilang dia yang minta lo manggung lagi di Pensi, pas abis acara internal waktu itu, terus katanya lo jawab lo bakal pikir-pikir dulu. Menurut gue sih masuk akal ceritanya, tapi gak tau deh kebenarannya.”

“Iya, gue sempat ketemu cewek. Tapi bukan karena dia juga, kenal aja nggak. Itu pure karena gue pengen aja.”

“Ck. Padahal gue udah ngarepnya emang karena dia, ya meskipun... ekhem... ceweknya cabe-cabean. Tapi gak papa, yang penting lo suka cewek dulu mau gimanapun bentukannya. Lo harus ngerasain jatuh cinta, apalagi pas SMA.”

Raja tersenyum pahit. “Lo tau sendiri, Kak, gue udah gak percaya cinta setelah lihat gimana cerita orang tua gue.”

Mahen mendecak. “Duh, tolong, ya, gak semua orang punya kisah cinta yang sama kayak orang tua lo. Bisa gak sih lo nerapin itu? Otak boleh cerdas, tapi pola pikir gak ada bagus-bagusnya.”

“Tetap aja, mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? Gue gak mau hidup gue berakhir kayak Papa.”

“Jadi, apa yang Jean omongin bener, lo bakal sendiri sampai mati?”

“Kemungkinan besar sih, iya.”

“Pertanyaannya, emang bisa?”

“Buktinya gue udah mampu bertahan sendirian dalam delapan belas tahun terakhir. Bukan cuma tanpa pasangan, tanpa orang tua aja gue masih bisa hidup sampai sekarang.”

“Itu namanya lo menentang konsep ideologis yang menyebut bahwa manusia itu makhluk sosial. Kecuali lo bukan manusia, baru lo boleh bilang gitu.”

“Ya ya ya, terserah lo.”

“Dahlah, gak ada gunanya ngomong sama orang yang cara berpikirnya aja udah gak waras kayak lo. Gue harap suatu hari nanti ada orang yang bisa ngubah mindset aneh lo itu, Ja.”

Mahen akhirnya pergi dari sana. Berjalan lurus ke depan hingga tak sadar bahwa Rena berdiri di samping pintu. Memandang punggungnya, lalu beralih pada Raja yang tak terlihat akan mengejar.

Rena tak sengaja mendengar perbincangan kedua cowok itu. Niatnya ke sini murni ingin mengantarkan makanan untuk Raja setelah tahu dari Juandra bahwa cowok itu mengerjakan sesuatu sendirian di ruang OSIS.

Namun, yang ia dapat malah sedikit cerita tentang keluarga lelaki itu.

“Buktinya gue udah mampu bertahan sendirian dalam delapan belas tahun terakhir. Bukan cuma tanpa pasangan, tanpa orang tua aja gue masih bisa hidup sampai sekarang.”

Apa maksudnya... orang tua Kak Raja sudah tiada?


—Tasikmalaya, 24 Juni 2023—

Continue Reading

You'll Also Like

222K 29.7K 52
Colaboration To Celebrate NCT Dream's Anniversary || Huang Renjun as Ivander Almeer Kaivan. πŸ“ŒROSE & LOSE 2 ADA DI BAB-BAB SELANJUTNYA (tidak terpisa...
44.4K 7.6K 12
Kata orang gaada persahabatan yang murni antara cewek sama cowok. #seangkatantheseries Β©jietrash, 2017.
7.8K 1.5K 7
γ…‘ C Y C L E M A T E ; "Kisah mereka dimulai dari sepasang sepeda dan pencarian sebuah IDEAL"
54K 7.4K 12
A long journey to find you - Jung Jaehyun.