RASYID

By enyagain

10.5K 1.8K 429

Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main... More

SATU
DUA
NASIB RT
MASALAH MULAI DATANG
JADI PIHAK KETIGA
JAMINAN JOMBLO
KEKACAUAN
RASYID SI ANAK ORANG KAYA
DETECTIVE RASYID
ANEH
RUMOR
RASYID PENGEN NIKAH
CALON PACAR
SITUASI SULIT
RASYID BERULAH
JIWA KAYARA
KAYARA EROR
BUKAN JODOH
PERJUANGAN RASYID
RASYID SEBENARNYA
RASYID DENGAN TINGKAHNYA
KAMPUNG DUKU TEMPAT JATUH CINTA

RASYID COSPLAY

381 66 6
By enyagain

Kayara duduk di Caffe milik Ashila, ia masih sibuk dengan makannya. Oh, jangan lupakan peristiwa di acara waktu itu, Rasyid kena pukulan dari Sasi. Sedangkan Kayara tidak ikut-ikutan, ia justru memilih makan. Bukan berarti Kayara menyukai makanan, hanya alibi saja untuk menghindari pertanyaan dari Sasi.

Waktu itu.

"Belum kerja, Ay?"

"Sejam lagi masuk, dari mana lo?"

"Rapat RT."

"Pantes pake batik segala."

"Ganteng ya?"

"Lumayan buat selingkuhan" Dan kepala Kayara kena jitakan tangan Rasyid. Mulut Kayara memang suka menyeramkan. "Itu sepatu jelek amat. Oh iya, lo kan pengangguran."

"Mulut lo, Ay. Mau gue kawinin?"

"Kawin?" Rasyid mengambil botol minum, untuk mencegah rasa panas dalam tenggorokan. "Lo aja masih jadi erte, gaya pake mau ngawinin gue. Minimal nikahin dulu."

"Ya udah hayuk."

"Ke mana?"

"Daftar lah ke pesantren." Kayara dan Shilla tertawa keras. Lucu juga emang kalau sudah hina Rasyid. "Ke kepala Desa dulu, kayaknya."

"Makan deh, Syid. Biar kagak eror otak lo." Kayara menyodorkan piring berisi makanan yang tadi ia pesan. "Betewe rapat apaan tadi?"

"Menjaga lingkungan rumah. Ya, supaya lingkungan selalu bersih dan terhindar dari banjir."

"Lah, gue baru tau kampung si Shilla sering kena banjir."

"Bukan kena banjir Kayara Ayumi, mencegah. Ini anak lama-lama bikin gue emosi mulu."

"Jangan marah mulu, inget umur."

"Apa hubungannya?"

"Cepat tua."

"Dasar cewek julit." Kayara hanya diam tidak ada niatan untuk merespon balik. Ia sibuk dengan makannya. Sedangkan Shilla hanya bisa memantau dari kasir. Lama-lama Shilla mulai curiga dengan kedekatan mereka berdua. Tadinya sih duduk dekat mereka sedikit membuat Shilla aman, namun ketika Kayara dan Rasyid saling lempar omongan, Shilla memilih pergi ke meja kasir.

"Syid."

"Perasaan gue kagak enak, kalau dengar panggilan lo."

"Agak horor apa merinding, Syid?"

"Lumayan bosen sebenarnya." Dan tangan Kayara memukul kepala Rasyid hingga membuat Rasyid mengaduh. "Tangan kuli beda emang, sakit banget bego."

"Maafin, sengaja."

"Ngomong-ngomong ini makanan yang lo pesen, apaan?" Kayara menoleh ke arah piring Rasyid. Ya Tuhan, masa iya Rasyid tidak tau apa yang di makan. "Kenyang kagak."

"Cake itu, Rasyid."

"Minimal kalau mau kasih makanan buat gue, nasi. Bikin kenyang"

"Elah Syid, itu banyak loh porsinya. Masa kagak kenyang?"

"Kalau belum makan nasi, kagak kenyang lah."

"Gue curiga, lo makan siomay juga campur nasi kali."

"Kadang makan bakso harus ada nasi, Ay." Dan Kayara menatap tak percaya. Pria satu ini beda dari yang beda. Rasyid memang tidak jauh beda karakternya dengan Sasi. Mengingat Sasi, Kayara jadi teringat janjinya untuk ikut operasi pasien Sasi. Ia segera berdiri meninggalkan Rasyid yang tengah menikmati cake pesanan Kayara. Udah jomblo, di tinggal begitu saja. Nasib kurang baik.

Jam tengah malam_tepatnya setelah Kayara selesai melakukan operasi pada pasien Sasi, ia benar-benar shok berat kala melewati ruangan salin. Bahkan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kayara masih berdiri dengan wajah menahan emosi. Sedangkan suster di sampingnya, menatap ke arah depan lalu menatap Kayara dengan wajah takut.

"Dok."

"Bunuh gue sekarang, suster Tiara." Kayara memegang bagian dadanya, melihat tingkah dan kelakuan Rasyid di ruang tunggu bersalin. Ini tengah malam, dan kelakuan Rasyid benar-benar gila. "Dari kapan dia begitu?"

"Yang saya dengar, pak Rasyid sudah dua jam duduk di situ."

Duduk? Kalau hanya sekedar duduk, Kayara mungkin akan berpikir Rasyid sedang menemani orang lahiran. Entah warga atau saudaranya. Ini apa? Rasyid nyanyi di depan orang hamil yang sedang menahan sakit.

Allahuakbar.

"Mas, tolong diem. Perut saya malah nambah sakit."

"Bentar bu, video saya belum di edit."

"Mas, kalau mau bikin video kira-kira dulu kenapa? Ini ruang tunggu bersalin, bukan tempat main."

"Siap ibu-ibu hamil," Rasyid berdiri dari duduknya. Ia bukan pergi, melainkan pindah ke samping ibu hamil dengan perut besar, yang tadi. Lalu Rasyid melanjutkan yang ia lakukan.

Menyanyi di tengah para ibu-ibu hamil.

"Jangan pernah kau sakiti aku lagi. Cobalah untuk, lengakapi hidupku. Ku ingin menjaga dirimu, tak akan pernah ku sakiti kamu."

Kayara tau lagu ini, lagu yang sedang viral. Lalu kenapa Rasyid ikut-ikutan membuat video tersebut?. Benar-benar Kayara harus segera menarik Rasyid. Kalau di biarkan, tidak akan berkahir. Ya Tuhan, kenapa pria satu ini sangat menyebalkan?

"Rasyid." Kayara berdiri dengan tangan berlipat di dada, sedangkan suster yang berdiri di samping Kayara, meringis kala melihat Rasyid tersenyum tanpa dosa.

"Hallo Dokter Kayara, yang mukanya basi banget kayak rasa cuka."

"Ngapain?"

"Nyanyi."

"Jam sebelas malam Rasyid, lo nyanyi?" Kepala Rasyid mengangguk dengan patuh, senyuman Rasyid yang terlihat menyebalkan. Sialan, Kayara tidak bisa diam saja. "Pulang ayok."

"Haduh Ay, lo kalau rindu jangan main seret aja anjir!!" Kayara menarik tangan Rasyid dengan secepat kilat, mengabaikan tatapan para ibu-ibu hamil.

"Diem setan!!"

Rusak sudah ketampanan Rasyid jika begini. Apa coba, kenapa Kayara menyeret Rasyid? Padahal Rasyid tidak bersalah. Ya Tuhan, Rasyid selalu salah di mata Kayara. Sudahlah Rasyid pasrah saja, meski banyak yang melihat ia tengah di tarik Kayara dengan tenaga yang sangat kencang. Tapi Rasyid tetap memberikan wajah tenang, sembari tersenyum ke arah para Dokter dan Suster yang lewat.

"Duduk lo." Dan tenaga Kayara lumayan kencang juga, sampai melempar Rasyid ke arah sofa. Rasyid masih bengong kala merasakan tarikan kuat dari Kayara.

"Ay."

"Jangan nge-bacot, udah tengah malam."

"Tenaga lo kuat banget, kagak mau nyambi buat angkat besi?"

"Mata lo basi!!" Rasyid diam membisu. Sepertinya keadaan Kayara kurang baik. Mungkin saja karena baru selesai kerja, jadi sedikit emosi. Oke, yang perlu Rasyid lakukan adalah diam. "Lo ngapain nyanyi di depan ibu-ibu yang mau lahiran?"

"Gabut"

Gabut? Ya Tuhan, Kayara kehilangan kata-kata. Ada ya, sejenis orang gabut, nyanyi di depan orang yang sedang kesakitan ingin melahirkan. Kenapa Rasyid jauh lebih aneh ketimbang Sasi.

"Ibu tadi nahan sakit, karena mau lahiran."

"Gue nyanyi bantu lahiran, Kayara."

"Heh Ahmad Rasyid Waluyo yang pengangguran jadi bapak erte, mana ada bantu lahiran dengan lo nyanyi lagu itu."

"Elah Ay, gue udah baik hati loh nolongin ibu tadi."

"Baik hati?"kepala Rasyid mengangguk dengan sudut bibir tersenyum dikit. " Lo bukan bantuin, nyusahin."

"Otak lo ini, terlalu parno. Justru ketika gue nyanyi, ibu tadi kesel dong." Entah mengapa perasaan Kayara mulai tidak enak. Perkataan Rasyid kali ini kurang meyakinkan. "Semakin gue nyanyi, ibu tadi pasti kesal. Nah, semakin kesal, semakin emosi untuk mengeluarkan tenaganya, lalu anaknya mudah keluar. Karena apa? Karena ibunya mengeluarkan tenaganya saking kesal sama suara gue. Keren kan?"

Kayara menjatuhkan diri di sofa, ia merasa sudah hilang tenaga untuk sekedar menatap Rasyid. Sudahlah, Kayara pasrah saja.

"Ay, gue tau lo pasti terharu."

"Serah lo, Syid."

"Cewek tuh begitu, selalu terserah. Gak punya pendirian."

"Bodoamat Rasyid. Gue ngantuk."

"Kalau ngantuk, makan. Kalau lapar, tidur. Gitu Ay."

Memang seharusnya tadi Kayara tidak perlu menyeret Raysid, akhirnya apa? Ya, seperti sekarang ini. Tapi kalau Kayara pikir-pikir, untuk apa ia melakukan hal seperti tadi? Bukankah bukan urusannya? Ah sialan. Ini pasti akan jadi bahan gosip.

"Syid."

"Udah tidur aja, gue di sini."

"Lo gak niat pulang?"

"Kagak."

"Terus ngapain lo nyanyi depan ibu hamil?"

"Tadi gue udah bilang, asli gabut." Kayara duduk tegak, kini ia menatap Raysid yang tengah asik tertawa melihat hasil videonya. Apa katanya? Jadi beneran gabut? Kenapa harus di Rumah sakit, apa tidak ada tempat lain? Oh Tuhan, lama-lama Kayara bisa gila.

"Minimal kalau lo gabut, beli pesawat napa."

"Itu bukan gabut, itu pamer sih lebih tepatnya."

Kayara sudah tidak tahan menahan rasa kantuknya, ia segera merebahkan diri di sofa yang ada Rasyid. Biarkan saja Rasyid terganggu, toh ruangan Kayara sendiri.

"Tiduran aja di paha gue, Ay."

"Gue masih tahan kok ngantuknya."

"Mata lo hampir mau jatuh gitu, gaya amat." Rasyid menarik kepala Kayara yang kini sudah terletak di paha milik Rasyid. "Meremin tuh mata."

"Nggak bisa, syid."

"Tinggal merem doang anjirr!!"

"Gue nunggu pasien sadar"

"Elah gitu doang, bisa gue bangunin."

"Bener ya?" Meski Kayara tidak melihat kepala Raysid mengangguk, tapi tetap saja Rasyid mengangguk. Padahal mata Kayara sudah terlihat jelas menahan ngantuk yang sangat berat. "Kalau ada suster ketuk pintu, tolong bangunin gue."

"Iya anak kuya, molor udah. Ngoceh mulu."

"Takut kebablasan kalau tidur."

"Mau molor aja banyak drama." Rasyid langsung menutup mata Kayara dengan tangannya, tangan satunya sibuk memainkan ponsel. Sebenarnya, kalau di pikir-pikir masa iya Rasyid datang ke rumah Sakit karena gabut? Ini tidak masuk akal, itu yang ada dalam benak Kayara. Benar-benar mencurigakan. Dan apa harus Kayara mencari tau?

Siapa sosok Rasyid ini?.

Continue Reading

You'll Also Like

10.2K 1.9K 28
[End] [Complete] Menceritakan tentang dua insan berbeda gender. jiwa mereka tertukar setelah menemukan cermin tua yang terbalik di sebuah hutan. Liam...
396K 24.7K 24
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...
8.9K 524 24
Judul : Heaven Official's Blessing Judul alternatif : Tiān Guān Cì Fú, Tian Guan Ci Fu, 天官赐福 genre : action, comedy, Drama , fantasy , shounen-ai ,x...
29.6M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...