Erland dan Azella sedang berada di rotroof rumah sakit. Mereka sedang menikmati pemandangan dari atas rumah sakit. Sungguh sangat macet sekali Jakarta ini jika di lihat dari atas, bahkan polusi udara juga banyak sekali.
"Azella kamu jangan terlalu di pinggir gedung. Nanti kalau kursi roda nya ke dorong angin, kamu bisa jatoh dari atas gedung ini." Saran Erland.
"Nggak akan ko, selagi kamu pegang kursi rodanya."
Azella berusaha berdiri. "Kamu mau ngapain?" Tanya Erland yang panik.
"Berdiri lah, mau ngapain lagi."
Erland berusaha memegang tubuh Azella. Dirinya takut jika Azella terbawa angin dan jatoh dari ketinggian ini.
"Aku nggak lumpuh, aku bisa jalan tau." Dumel Azella yang merasa sebal dengan Erland.
"Iya aku tau kamu bisa jalan. Tapi nggak sakit perutnya?"
"Nggak." Azella berjalan pelan Ke tengah rotroof.
"Selama aku koma, apa yang nggak aku tau?" Tanya Azella menatap Erland.
Erland sempat berpikir. "Abang kamu masih hidup."
"Ahh itu aku udah tau." Potong Azella. "Yang lain ada nggak?"
"Mamah kamu udah lahiran."
"Itu aku juga udah tau. Kak Arsen udah ngasih tau aku. Nama anak mamah yang baru lahir, namanya Alvano. Dan anak bunda namanya Naicha." Azella tersenyum membayangkan selucu apa adik nya itu. "Aku jadi pengen cepet-cepet pulang buat liat bayi. Pasti lucu banget."
Erland yang melihat senyuman manis Azella membuat hatinya teduh, jantung nya mendadak berdetak cepat. "Kamu harus sembuh dulu. Biar bisa main sama adek mu."
Azella mengangguk. "Terus ada hal baru apa lagi?"
"Dika cuma di skors selama seminggu. Karena dia udh minta maaf ke kita dan Vendetta udah maafin Dika." Azella mengangguk paham. "Waktu kita ke polisi untuk bertemu Farel, dia bilang Dika udah nolongin kamu sehingga tembakan itu meleset mengenai perut mu. Benar begitu Zel?"
Azella menganggukkan kepalanya. "Iya. Klu dia nggak dorong om Mario, mungkin peluru itu udah mengenai otak aku."
"Terus Dika cerita, dia emang awalnya neror Vendetta cuma untuk saling benci aja. Cuma Farel ngancem dia supaya Dika mau diajak kerjasama oleh Farel."
"Untung nya Dika apa?"
"Ya itu, dia kan mau ngambil geng Vendetta dari Gevan. Tapi karena anggota inti Vendetta saling kuat untuk tidak mengatakan bubar, jadi rencana dia gagal buat dapetin geng itu." Erland menceritakan yang sudah Dika ceritakan. "Terus Farel emang neror Vendetta sengaja biar terpecah belah, karena dia dendam banget sama Gevan. Seharusnya saat kecelakaan kakak lo, si Gevan ikut kecelakaan. Tapi cuma bang arsen doank yang dia tabrak."
"Jadi si farel dendam ke Gevan dan kak Arsen karena susah buat dapetin hatinya Aurora?" lebih tepatnya Azella mengambil kesimpulan sendiri.
"Iya, di Five forever terdiri dari bang Arsen, Gevan, Farel, Aurora dan Sinta. Dan ketiga cowok itu menyukai Aurora. Cuma yang Aurora suka pada saat itu cuma bang Arsen. Makanya tuh bocah dendam sampe buat teror nggak jelas."
Azella tertawa menanggapi nya. "Cinta itu membutakan kan?"
"Mereka salah mengambil langkah aja. Kalau ikhlas mah, nggak akan melakukan hal sekotor itu."
Azella mengangguk paham. "Selama aku koma, sepekan itu kan pelaksanaan ujian tengah semester. Gimana sekarang nilainya udah keluar?"
"Udah."
"Kamu kan yang ranking satu? Lumayan loh aku nggak ikut ujian, pasti kamu bisa dapet rangking satu sesuai keinginan kamu."
Erland menggeleng. "Terus siapa yang rangking satu? Faisal?"
Erland terdiam sebentar.
"Pasti kamu nggak akan percaya sih."
Azella mendekat ke arah Erland. Hanya tersisa 15 cm jarak di antara mereka. "Apa tuh?"
"Yang ranking satu Bima."
Tiba-tiba keadaan menjadi hening selama beberapa detik. Azella tertawa sebentar.
"Beneran Bima yang mendapatkan ranking satu seangkatan kita?" Tanya nya tak yakin.
"Wahhh hebat juga dia bisa ngalahin aku."
"Kamu ngebantu dia ya di mimpi Bima?" Tuduh Erland yang sebenarnya bercanda.
"Yaa nggak lah. Hoki aja kali dia. Hahahaha." Azella tertawa yang sebenarnya tak yakin bahwa Bima mendapatkan peringatan satu.
"Terus kamu sendiri ranking berapa seangkatan? Nggak bolos ujian lagi kan?"
"Kamu harus muji aku sih."
"Kenapa tuh?"
"Aku peringkat dua seangkatan dan ngalahin Faisal." Erland menyengir bangga. "Faisal ranking empat."
"Ah bodoh sekali dia. Bisa - bisanya turun jauh ranking nya." Azella tersenyum miring. "Selamat buat kamu yang akhirnya bisa mendapatkan peringkat tiga besar kembali." Azella memberi ucapan selamat kepada Erland.
"Yaa hidup harus punya tujuan kan?"
"Thats right. Tapi kenapa kamu nggak ambil Rankin satu selama nggak ada aku?"
"Belum hoki kali." Erland tertawa.
"Maaf aku nggak bisa melakukan tantangan dari kamu untuk mendapatkan ranking satu. Padahal lumayan hadiah nya bisa dapet tiga permintaan dari kamu." Erland tertawa mengingat tantangan itu, padahal dirinya sudah merencanakan permintaan apa yang akan dia katakan kepada Azella, namun untuk ujian tengah semester ini, ia belum bisa mendapatkan rangking satu.
"Nggak papa kali. Bagus malah, biar aku nggak ngabulin permintaan kamu itu." Azella pun ikut tertawa, hingga rambut yang tergerai pun ikut menutupi muka cantik nya.
Erland menjauhkan rambut yang ada di muka Azella. "Bener kata kamu Zela, ucapan kamu pada saat di pantai. Mungkin selama ini aku kurang bersyukur dan egois untuk mendapatkan apa yang aku mau karena ortu nggak pernah ngabulin. Setelah di pikir-pikir lagi, ponsel baru yang sering di berikan ortu bisa aku jual dan uang nya aku bisa beli laptop baru."
Azella tersenyum mendengar cerita Erland. "Sebenernya hidup itu mudah. Cuma ekpektasi kita aja yang terlalu tinggi untuk mendapatkan apa yang kita mau supaya terwujud. Padahal banyak hal yang nggak bisa di paksakan."
"Maka dari itu, jangan bertergantungan dengan orang lain. Karena pada masanya seseorang akan ada di fase sendiri."
Erland mengambil kedua tangan Azella dan menatapnya sambil tersenyum.
"Waktu itu kamu minta tiga hari untuk menjawab perasaan mu. Sekarang udah seminggu lebih kamu belum menjawab."
"Perasaan yang mana?" Azella hanya pura-pura lupa. Ia malas untuk langsung to the point. Lihat lah sekarang, pipi Azella sudah memerah di tambah dengan jantung yang berdetak cepat.
"Bagaimana Azella, apa kita bisa balikan lagi sebagai pacar, partner belajar, partner berantem, partner ngambis dan teman hidup?" Erland menggenggam tangan Azella dengan erat.
"Kayaknya aku lagi mimpi deh." Azella berusaha mantap sekitar untuk menghilangkan kecanggungan ini.
"Aku serius Azella. Mau kita mengulang nya kembali."
"Dan aku juga nggak bisa nolak kan?" Azella tersenyum miring.
"Jadi jawabnya?"
"Baiklah kita balikan lagi."
Erland yang senang langsung memeluk Azella dengan erat. Bahkan Azella tidak ingat bahwa luka jahitnya bisa saja sakit, setidaknya Azella tidak merasa sakit dengan luka jahitnya.
Tiba-tiba pintu rotroof rumah sakit terbuka. "Sedang apa kalian di sini?" Teriak Gevan.
"Oh sh*t. Kalian ngapain di sini?" Tanya Erland tak suka.
"Kalian sendiri ngapain berdua di sini?" Tanya Bima lagi.
"Ya terserah lah mau dimana aja bukan urusan kita."
"Nah begitu pun kita. Mau ke atas sini juga bukan urusan Lo." Jawab Faisal.
"Sepertinya kita ganggu mereka yang lagi bucin deh," ucap Fandi yang sudah mendorong teman-teman nya untuk keluar dari rotroof.
"Akhirnya bisa bucin lagi ya broo." Teriak Dika
"Jangan di apa-apain sahabat kita." Teriak Carissa.
Sinta memberikan jempol kepada Azella. "Bener, awas aja kalau lo apa-apain dia. Gue gorok Lo, Land."
"Kalian jangan canggung ya setelah ini." Teriak Aurora lagi.
"Udah sana kalian pergi." Erland mengusir mereka yang datang secara mendadak.
Anggota inti Vendetta Trojans, Carissa, Sinta dan Aurora sudah keluar dari rotroof. Keadaan kembali hening, terjadi kecanggungan di antara mereka berdua. Erland dan Azella saling menatap dan menahan senyuman satu sama lain.
"I love you," ucap Erland tanpa bersuara.
Azella pun menjawab tanpa suara juga. "I love you too."
Semesta menjadi saksi, bagaimana kedua pasangan ini saling canggung menyatakan perasaannya satu sama lain. Semoga akan mendapatkan hari bahagia untuk orang yang tulus
- S E L E S A I -