QUEEN FOR ALPHA

By MOONRHOE

1.2M 92.3K 2.9K

Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pr... More

PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
NEWS
VOTE COVER
OPEN PO
SPOILER(?)
INFO
SEQUEL?

PART 55

15.1K 987 30
By MOONRHOE

Alisha terbangun di pagi hari saat merasakan jika wajahnya di kecup berkali-kali. Bahkan kini ia sekarang malah merasakan pipinya digigit oleh sesuatu yang mana membuat Alisha langsung membuka kedua matanya dan segera mengelus pipinya yang terasa sakit.

"Sakit" Rengek Alisha sambil menatap wajah DareenㅡAh bukan. Matanya berwarna amber. Itu Jay, sepertinya serigala itu berganti shift menjadi manusia tanpa membiarkan Dareen untuk mengambil alih tubuh manusia itu kembali.

Dan sepertinya juga, kedua jiwa dalam satu tubuh itu akan bertengkar saat mereka telah berada ditubuhnya masing-masing.

Tangan kekar itu kemudian terangkat untuk mengusap pelan pipi mate-nya yang ia gigit tadi. Jay kemudian memajukan wajahnya lalu mengecup pipi itu sebentar.

"Maaf Sweety. Aku hanya gemas dengan pipi merah mu tadi."

Wajah Alisha cemberut seketika "Kau tak bekerja?"

"Dareen sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Jadi sekarang aku bebas. Hanya saja, mungkin aku tak bisa ikut dengan mu sampai ke Indonesia"

"Itu tak masalah. Aku tau kau sibuk"

Jay tersenyum lembut sambil menarik tubuh Alisha kedalam pelukannya. Memeluk erat tubuh itu seakan-akan mengumpulkan kenangan tentang kehangatan dari sebuah pelukan yang mate-nya berikan. Ia benar-benar akan merindukan mate kecilnya ini. Jay berharap jika Dareen dapat menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat agar mereka lebih sering mengunjungi mate-nya nanti.

"Sweety." panggil Jay

"Ada apa?" Guman Alisha yang masih pada betah untuk membenamkan wajahnya pada dada bidang polos itu

"Kau tak ingin memberikan ku sesuatu di pagi yang cerah ini?"

Alisha yang mendengar itu langsung saja mengangkat kepalanya guna menatap wajah Jay yang kini juga tengah menatapnya penuh cinta "Memberikan apa?"

"Morning kiss?"

Gadis itu terkekeh ringan tapi tetap mengecup sekilas bibir Jay sebelum menengelamkan kepalanya kembali kedalam pelukan super hangat itu.

Jay mengerjapkan matanya pelan. Tindakan mate-nya barusan terasa sangat amat cepat. Ia bahkan belum sempat merasakan bibir merah itu. Pria itu kemudian menunduk. Menatap ke arah Alisha yang tengah meringkuk didalam pelukannya. Tapi walaupun begitu, Jay masih dapat melihat telinga mate-nya yang memerah. Ah lucunya. Haruskah ia mulai bermain-main dengan mate kecilnya ini?

"Sweety, itu bukan ciuman. Tapi kecupan."

"Itu sama saja."

"Itu berbeda. Sekarang berikan aku sebuah ciuman atau aku yang mengambil ciuman itu sendiri."

Alisha menggeleng pelan dengan tangan yang memeluk tubuh kekar itu semakin erat. Tapi tentu saja. Tenaga manusia serigala itu seratus kali lipat diatasnya. Dan dalam hitungan detik. Kini Alisha sudah terkurung tepat di bawah tubuh atletis itu.

Dengan kedua tangan yang berada di sisi kepala Alisha. Jay menopang tubuhnya agar tidak menindih tubuh mungil mate-nya. Dan perlahan tapi pasti, Jay mulai memajukan wajahnya.  Hingga kini, mereka dapat merasakan hembusan nafas masing-masing. Semakin dekat sampai kedua bibir itu sudah menempel dengan sempurna.

Bibir yang awalnya hanya menempel itu mulai bergerak. Jay mulai melumat bibir merah itu dengan menuntut yang mana membuat Alisha langsung mengerang tertahan.

Ciuman itu semakin intens saat lidah mereka mulai berpangutan satu sama lain. Mereka berciuman cukup lama hingga pada akhirnya harus terhenti karena Alisha yang mulai kehabisan nafas.

Sungguh, sampai kapapun sepertinya Alisha tak akan pernah bisa mengimbangi ciuman manusia serigala ini.

"That's what i call a 'kiss', Sweety"

"Kau lebih mesum daripada Dareen"

Jay terkekeh ringan. Pria itu kemudian menyingkir dari atas tubuh mate-nya. Lalu memposisikan diri untuk memeluk erat tubuh Alisha dengan erat "Serigala memang selalu seperti itu. Tapi kau beruntung karena aku bisa mengendalikan nafsu buasku. Karena jika tidak, mungkin sekarang kau sudah mendesㅡ"

Bughh!!

Belum juga Jay menyelesaikan ucapannya. Sebuah bantal tiba-tiba saja menimpa wajah tampan itu dengan sedikit keras. Tapi tentu saja Jay tidak merasakan sakit sama sekali. Dan bukannya marah. Sisi serigala itu malah tertawa dengan lebar.

"Dasar mesum!" Pekik Alisha pelan dengan posisi terduduk sambil memeluk bantal yang sempat ia gunakan untuk memukul pria di sampingnya ini. "Aku akan mengadukanmu kepada Dareen nanti."

"Manusia itu sedang tidak disini Sweety. Dia terlalu egois karena selalu mengabadikan moment indah bersamamu dan melupakan aku. Jadi untuk kali ini. Aku mengurungnya di sisi paling dalam. Sehingga dia tidak bisa keluar jika bukan aku sendiri yang mengeluarkannya."

Alisha termenung ditempat dengan menampilkan ekspresi bingung. Ekspresi yang mana malah membuat Jay tersenyum gemas "Memangnya bisa seperti itu?"

Jay mengangguk pelan "Tentu saja. Semua manusia serigala bisa melakukan itu."

"Sisi paling dalam seperti apa? Jadi, Dareen tidak mengetahui apapun yang sedang terjadi sekarang?"

Jay sekali lagi menganggukan kepalanya "Anggap saja seperti sel tahanan yang benar-benar terisolasi dari dunia luar. Benar-benar gelap hingga tak akan sadar berapa lama waktu sudah berjalan."

"Terdengar sangat menyeramkan. Dareen pasti akan marah kepadamu nanti."

"Itu pasti. Tapi aku tidak peduli. Manusia itu sudah banyak sekali menghabiskan waktu bersamamu. Jadi jangan bahas dia untuk saat ini. Yang penting sekarang, aku yang harus menghabiskan waktu bersama mu." Kedua tangan kekar itu kemudian terangkat ke arah Alisha yang masih saja terduduk "Jadi sekarang kemarilah. Mate-mu ini butuh pelukan hangat"

Alisha mendengus kesal tapi tetap menuruti perintah Jay barusan. Ia sangat suka dengan pelukan ini. Lagipula, pelukan ini terasa sangat hangat dan nyaman secara bersamaan.

Dan pada akhirnya. Mereka  berpelukan sangat lama. Berjam-jam lamanya, kedua sejoli itu hanya menghabiskan waktu di dalam kamar. Benar-benar menikmati waktu kebersamaan mereka sebaik mungkin, sebelum kembali berpisah lagi untuk sementara waktu.

•••

Kini, langit sudah berwarna orange dengan sedikit corak kehitaman, menandakan jika malam hari akan segera tiba. Tapi kedua orang itu masih setia berada di atas kasur sambil menonton film dengan salah satu diantara tengah memakan semangkok es krim rasa coklat.

Tubuh shirtless milik pria itu bersandar pada kepala ranjang, dengan kepala Alisha yang berada dibahunya. Serta tangan kekar itu terus saja mengelus rambut hitam panjang Alisha. Jay juga sesekali mendaratkan kecupan singkat di pucuk kepala Alisha dengan penuh cinta.

Semenjak pagi hingga kini. Jay dan Alisha tidak keluar kamar sama sekali. Semua makanan diantar oleh Omega kedalam kamar. Jay benar-benar menghabiskan waktu bersama Alisha sebanyak mungkin. Walaupun yang mereka lakukan hanya bermalas-malasan diatas kasur dengan televisi sebagai hiburan.

Tapi Jay tak peduli. Dimana anda mate-nya, sampai matipun ia tak akan pernah bosan. Justru rasa kebahagiaan selalu menghiasi hatinya. Dirinya benar-benar ingin membuat memori bersama mate-nya sebanyak mungkin. Sebanyak yang ia bisa.

"Sepertinya aku harus bersiap-siap sekarang." Ujar Alisha secara tiba-tiba.

Suara lembut nan halus itu membuat dahi Jay mengerut tajam. Secepat itukah? Rasanya ia baru saja berganti tubuh dengan Dareen. Tapi kenapa mate-nya sudah ingin pergi?

"Sweety" Panggil Jay ketika melihat Alisha mulai bergerak menjauh dari posisi yang tadinya bersender dibahunya.

Alisha seketika menoleh ke arah Jay dengan raut wajah bingung "Apa?"

"Jangan pergi."

"Pesawatnya akan berangkat dua jam lagi."

"Itu masih lama."

"Makanya aku harus bersiap-siap sekarang." Jelas Alisha dengan pelan

Jay memandangi mate-nya dengan raut wajah tak rela. Alisha yang melihat itu tentu saja langsung paham dengan perasaan yang tengah Jay rasakan. Sial, jika melihat keadaan Jay sekarang, dirinya juga tidak rela jika harus berjauhan dengan prianya ini.

"Kalian berjanji tidak akan egois, bukan? Hanya sampai aku lulus sekolah Jay. Dan sekarang hanya tinggal satu semester lagi. Itu berarti aku akan lulus enam bulan lagi"

Tangan mungil itu kemudian terangkat untuk mengelus wajah tampan bak Dewa Yunani milik pria itu "Dan setelah itu. Aku akan menjadi milikmu sepenuhnya."

"Berjanjilah kepadaku, Sweety."

Alisha tersenyum dengan sangat tulus. Selain mesum, Jay juga lebih manja daripada Dareen. Benar-benar sangat lucu.

"Aku berjanji." Ucap Alisha penuh kepastian.

Dan pada akhirnya Jay menghela nafas berat "Bersiap-siaplah. Aku akan mengantarmu."

Alisha mengangguk pelan sebelum beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar mandi guna membersihkan diri.

Butuh waktu sekitar 40 menit dari Alisha memasuki kamar mandi hingga kini gadis itu sudah keluar dari walk-in closet. Dirinya sekarang sudah memakai celana jeans longgar serta sweater putih oversize. Sangat pas untuk udara malam di negara ini. Alisha juga membiarkan rambut hitam panjangnya tergerai begitu saja. Ia hanya sedikit malas untuk menata rambutnya. Walaupun dirinya bisa menyuruh Mira. Tapi tetap saja. Ia tengah malas.

Dengan tangan yang menenteng tas ransel miliknya. Alisha berjalan pelan ke arah kasur yang kosong. Sepertinya Jay tengah berada di luar ketika dirinya mandi tadi.

Tangan itu dengan telaten mengambil laptop serta beberapa barang yang ia bawa kemari. Dengan sangat fokus. Alisha merapikan barang tersebut agar muat untuk masuk kedalam tas ransel miliknya.

Gadis itu kemudian membuka ponsel sebentar. Hanya sekedar untuk mengecek jika ada notifikasi penting yang masuk.

"Kau sudah selesai, Sweety?"

Alisha sedikit tersentak saat mendengar suara tepat di dekat telinganya. Apalagi ditambah sepasang tangan kekar yang kini melingkar erat ditubuhnya. Jantung Alisha benar-benar harus terbiasa dengan situasi seperti ini.

"Kau mengangetkan kau tau." Ujar Alisha

"Aku sengaja," Jay tersenyum manis "Kau terlalu fokus dengan barang mu hingga tak menyadari jika aku sudah berada disampingmu."

"Benarkah? Maaf kalau begitu, aku tak merasakan kehadiranmu tadi."

"Aku akan memaafkanmu, tapi dengan satu syarat." Ucap Jay dengan wajah yang tersenyum dengan jahil

Alisha kemudian membalikkan tubuhnya, hingga kini mereka berdua saling bertatapan "Apa itu?"

"Kiss me."

Alisha tergelak ditempat "Kau sudah mendapatkannya tadi pagi." Balasnya sambil berusaha keluar dari rengkuhkan tangan kekar milik Jay. Dan tentu saja ia gagal. Tenaga milik pria itu seratus kali lebih kuat diatas dirinya.

"Give me a kiss, Sweety. Dan setelah itu, kita akan langsung berangkat ke bandara."

"Itu tawaran yang buruk."

"Itu tawaran yang bagus. Jadi sekarang berikan aku sebuah ciuman." Tekan Jay sekali lagi. Pria itu sudah benar-benar tak sabar untuk kembali merasakan bibir merah yang sangat manis itu. Bibir yang kini sudah menjadi candu bagi dirinya.

Alisha menghela nafas pelan. Kedua tangan itu kemudian ia kalungkan keleher Jay dengan erat. Yang mana langsung saja membuat pria itu semakin merengkuh pinggangnya begitu saja. Hingga tak ada lagi jarak diantara tubuh mereka.

Jay tersenyum penuh kemenangan. Tanpa membuang waktu lagi, lama-kelamaan, wajah mereka semakin dekat hingga kedua bibir itu menempel satu sama lain.

Mereka berdua saling melumat dengan perlahan seperti ingin menikmati waktu ini sedikit lebih lama lagi. Tapi lama-kelamaan. Ciuman itu berubah semakin menuntut dan brutal. Apalagi saat Jay yang tiba-tiba saja mengigit bibir bagian bawah Alisha yang membuat sang empu mengerang tertahan.

Lidah mereka kemudian saling beradu dengan penuh gairah. Sehingga membuat kamar ini hanya diisi oleh suara kecapan dari kedua sejoli tersebut yang saling mencintai itu.

Jay lalu menjauhkan wajahnya sebentar agar mate-nya dapat menghirup udara segar, tapi sedetik kemudian, pria itu kembali melumat bibir merah Alisha secara menuntut. Bahkan gadis itu sangat amat kewalahan dengan ciuman yang diberikan Jay kepadanya.

Mungkin jika saja tangan kekar itu tidak memeluk pinggangnya dengan erat. Alisha pasti sudah jatuh kelantai, karena kakinya yang mulai kehilangan tenaga akibat ciuman yang amat sangat memabukan ini. Kepala Alisha juga mulai pening karena permainan yang Jay berikan kepada bibirnya.

Dan untuk kedua kalinya. Jay menjauhkan wajahnya. Tapi sebelum mencium mate-nya lagi, tiba-tiba saja sebuah jari menyentuh bibirnya dengan lembut.

"That's enough, Jay" Guman Alisha pelan dengan nafas yang sedikit memburu.

Pria itu tersenyum tipis sebelum mengecup singkat bibir serta dahi Alisha. Lalu menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Sangat lama. Karena memang Jay ingin sekali berada didekat matenya selama mungkin.

"Aku tau ini merusak suasana. Tapi, haruskah kita peegi sekarang?" Tanya Alisha memecah keheningan. Jujur, ia sangat nyaman dengan pelukan ini. Tapi jika seperti ini terus. Ia akan ketinggalan pesawat.

Dengan sangat tak rela, Jay melepas pelukannya itu. Menatap wajah cantik mate-nya yang mampu membuat dirinya tergila-gila setiap detik. Jay kemudian mengengam tangan Alisha yang terasa sangat mungil saat berada digengamannya.

"Kau sudah menata semua barang mu?" Tanya Jay

Alisha mengangguk pelan sambil mengambil sebuah tas yang sedari terlantar di atas kasur lalu menunjukannya kepada Jay "Aku hanya membawa ini."

"Baiklah. Kalau begitu kita pergi sekarang" Balas Jay sambil menarik tangan Aliaha untuk keluar dari dalam kamar

•••

"Kau seharusnya tak perlu menggunakan pesawat pribadimu. Aku dan keluarga ku bisa menaiki pesawat komersil biasa." Seru Alisha yang masih setia terduduk didalam mobil yang sudah terparkir didekat pesawat pribadi super mewah itu. Ia awalnya setuju saja saat pria itu mengatur jadwal kepulangannya. Tapi Alisha tak pernah menyangka jika ia harus menggunakan pesawat pribadi milik pria itu.

"Menggunakan pesawat pribadi untuk mate-ku tak akan membuat aku miskin Sweety"

"Tapi kan tetap saja. Aku tak ingㅡ"

"Ssstttt, menurutlah Sweety. Jika tidak, aku akan menciummu sekarang juga"

Alisha mendelik tajam "Dasar mesum"

"Aku mesum hanya kepadamu"

Entah kenapa. Alisha beruntung karena di dalam mobil ini hanya ada mereka berdua. Sebenarnya, tadi mereka berangkat bersama Richard. Tapi pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam pesawat meninggalkan Jay serta dirinya berduaan di dalam mobil ini.

Mungkin Richard tak ingin menjadi obat nyambuk diantara mereka berdua.

Gadis itu lalu mendengus pelan sambil mencari posisi yang nyaman. Karena Jay masih saja memeluk dirinya dengan sangat erat. Pria itu sama sekali tak berniat untuk melepaskan pelukan dipinggangnya ini.

"Kapan keluargamu sampai?" Tanya Jay dengan wajah yang berada tepat di leher Alisha

"Sebentar lagi."

"Tapi aku berharap mereka masih lama, agar aku dapat memelukmu sepuasku."

Tapi sayang. Keinginan Jay tak terkabul. Tepat ketika pria itu selesai berbicara. Sebuah mobil hitam terhenti beberapa meter dari mobil yang mereka tumpangi. Dan sedetik kemudian, dua orang pria yang merupakan Ayah serta Kakak Alisha keluar dari dalam mobil.

Alisha dapat mendengar Jay menghembuskan nafas berat saat kedua keluarganya menatap lekat mobil yang tengah ia tumpangi

"Tunggu disini. Aku akan membukakan pintu untukmu." Ujar Jay yang membuat Alisha menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Tapi sebelum Jay keluar dari dalam mobil. Pria itu terlebih dahulu memakai kaca mata hitam hanya untuk menutupi mata ambernya. Karena di dunia manusia ini, pria itu dikenal memiliki warna mata biru laut. Bukan amber.

Mata Alisha kemudian menatap lekat tubuh kekar Jay yang tengah berjalan mengitari mobil hanya untuk membukakan pintu untuknya dengan wajah yang tersenyum tipis.

"Terima kasih" Seru Alisha sesaat setelah dirinya sudah keluar dari dalam mobil.

"Anything for you, Sweety"

Jay lalu mengengam erat tangan Alisha untuk berjalan menuju kedua pria yang sedari tadi berdiri didekat pintu pesawat.

"Selamat malam Tuan Erlangga" Jay menyalami tangan Erlangga sebelum menyalami David sekilas. Hanya sekedar untuk basa-basi saja.

Sangat amat formal sekali, Batin Alisha

"Dek" Bisik David pelan tepat di telingga Alisha saat Jay dan Ayahnya tengah sibuk berbicara.

"Apaan?"

David sedikit menarik tangan adiknya untuk menjauh dari kedua orang dewasa yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri itu.

"Pesawatnya beda" Seru David yang masih memelankan suaranya

"Maksudnya?"

"Lu ingetkan pada saat gue bilang kalau kita kemari dijemput sama pesawat pribadinya tunangan lo?" Ujar David dengan nada super serius

Alisha menganggukan kepalanya sebagai jawaban

"Nah. Pesawatnya beda sama yang ini. Yang sekarang disini ini, pesawatnya lebih mewah tau."

"Demi apa pesawatnya beda? Kirain pesawatnya cuma ini doang" Ujar Alisha dengan sedikit rasa kaget

"Lo kagak tau emangnya?"

"Enggak" Balas Alisha sambil menggelengkan kepalanya pelan

"Kayaknya tunangan lu emang seorang billionaire sejati. Kalau misalnya gue minta lamborgini satu, bakalan di beliin nggak, ya?" Ujar David yang diakhiri dengan kekehan pelan.

Mendengar itu, Alisha langsung saja memukul lengan David dengan sedikit keras, hingga membuat Kakaknya itu meringis kesakitan "Kagak usah ngadi-ngadi!"

"Bercanda doang elah. Serius amat idup lu." Mata David kemudian menatap Ayahnya yang sudah memasuki pesawat "Gue masuk dulu. Lu jangan lama-lama ngasih salam perpisahannya."

Gadis itu mengela nafas pelan ketika David mulai berjalan meninggalkan dirinya. Alisha pun kemudian menghampiri Jay lalu memeluk tubuh kekar milik pria itu dengan erat.

"Have a safe flight, Sweety." Kata Jay dengan tulus

Alisha menarik dirinya lalu menatap wajah Jay yang sudah tak memakai kacamata lagi "Aku akan merindukanmu."

"Aku juga akan merindukanmu" Jari itu menyibakan anak rambut mate-nya agar dirinya dapat memandagi wajah cantik itu dengan leluasa "Berjanjilah untuk tidak terluka sampai hari ulang tahunmu"

"Ulang tahunku masih delapan bulan lagi"

"Aku tau. Dan aku berencana untuk menikahimu tepat di hari ulang tahunmu"

Alisha tergelak di tempat "Secepat itu?"

"Lebih cepat lebih baik, Sweety. Memangnya kenapa? Kau tak suka?" Raut wajah tak mengenakan kini muncul di wajah tampan itu. Tidak mungkin kan jika mate-nya tak menolak dirinya

Alisha tersenyum dengan jahilnya "I love you."

Gadis itu lalu mengecup singkat bibir Jay "Sampai jumpa lagi" Tambah Alisha sambil berlari masuk kedalam pesawat meninggalkan Jay yang tengah mematung dengan senyuman tipis terpatri indah di wajah bak Dewa Yunani itu.

Pria itu kemudian berbalik, menatap kearah salah satu jendela pesawat yang dimana terdapat mate-nya. Gadis cantik itu tengah memandagi dirinya dengan seyuman manis.

Jay masih saja tersenyum dengan tulus bahkan sampai pesawat itu mulai bergerak menjauh dari tempatnya. Pria itu terlampau bahagia, karena sepertinya, mate-nya tidak menolak ajakan menikahnya tadi.

Hingga Jay tak sadar jika Alisha belum berjanji kepadanya untuk tidak terluka sampai hari ulang tahun Alisha tiba.

Mata itu lalu terpejam pelan. Dan sedetik kemudian, kelopak itu kembali terbuka, menampilkan manik mata biru laut yang sangat indah.

Dan setelah seharian penuh terperangkap. Akhirnya Dareen baru bisa mengambil alih tubuhnya kembali.

Tapi tak lama setelah itu, sebuah kerutan tajam muncul didahi Dareen saat merasa aneh dengan tempatnya sekarang. Dareen seperti orang linglung, karena ia hanya bisa berdiri sambil menatap kesegala arah. Mencoba memahami apa yang telah ia lewatkan selama Jay mengurungnya.

Dareen kemudian tersadar. Dengan cepat, ia menoleh ke arah langit malam untuk memandangi sebuah pesawat yang masih terlihat walaupun sedikit samar.

Tangan itu lalu mengepal dengan erat "Sialan kau Jay!! Dasar serigala sialan!!"

Sungguh, kini tempat itu hanya diisi oleh suara umpatan milik Dareen. Pria itu sangat amat kesal karena tak sempat bertemu mate-nya di saat-saat terakhir.

Dareen semakin emosi saat kepalanya hanya terdengar suara tertawa Jay yang seakan mengejeknya. Benar-benar serigala sialan.

Pria itu menjambak rambutnya frustasi. Dareen sekali lagi menatap langit malam dengan sendu. Pesawat itu sudah tidak terlihat lagi. Mate-nya sudah pergi kenegaranya. Dareen bahkan tak tau kapan ia bisa bertemu dengan mate-nya lagi. Enam bulan bukan waktu yang sebentar bagi didirinya.

Tapi sedetik kemudian, Dareen membulatkan tekat. Ia berjanji untuk lebih sering mengunjungi mate-nya. Dan tentu saja dirinya akan mengurung serigala itu. Sama persis seperti yang Jay lakukan terhadapnya.

"Dasar serigala sialan!!!!!!"

🐋🐋🐋

Hi 👋

Aku kembaliiiiiiii!!!.

Akhirnya bisa update setelah curi-curi waktu hehe

Dan sepertinya next chapter akan ada yang patah hatinya. Kira-kira siapakah itu? 😎😎

Semoga kalian semua suka sama chapter ini.

Jika ada typo dan kesalahan lainnya tolong bilang-bilang ya, nanti aku perbaiki saat aku revisi besar-besaran

Jangan lupa untuk Follow, Vote dan Commentnya 💋💋💋

See you in the next chapter 👋👋👋

- Love, Ryn

Continue Reading

You'll Also Like

159K 10.9K 46
Ashley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan di...
543K 41.1K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...
365K 33.5K 53
*** Takdir selalu tak terduga, suka atau tidak kita harus menjalaninya. Agnoraga Demetri Apollo, keturunan murni Dewa Serigala itu telah melenyapkan...
1M 78.5K 60
Jeanna yocelyn, sosok gadis manis yang sangat ceria dan tak pernah kenal takut. Saat ini Jeanna tengah menempuh pendidikannya di sekolah menengah ata...