Curtain Call [ID]

By kimkimsara

8.9K 979 74

"Aku, Freen Sarocha. Bukan Khun Sam. Dia, Becky Armstrong. Bukan Mon. Perasaan ini adalah perasaan antara Khu... More

Aku Gila
Nggak Peka
Aku Bukan Mon
Kamu Mau Gigit Bibir Aku?
Kakak Adik
Sang Kapten
Aku Senang Dia Kapten Kita
Tentang Kita
Si Manisnya Phi Saint
Aku Suka Kamu
Punyaku

Lebih Nyaman

626 84 1
By kimkimsara

Becky tidak tahu apakah dia harus merasa senang atau tidak melihat Freen bersikap sangat normal, seakan-akan ciuman sebelumnya tidak pernah terjadi. Freen dengan santai mengemudikan kendaraannya sambil menyanyikan lagu yang terputar di radio. Perasaan Becky saat ini layaknya dua sisi mata uang. Di satu sisi ia merasa kecewa karena di matanya, Freen nampak sama sekali tidak memikirkan ciuman yang diberikannya. Padahal dalam hati Becky berharap Freen akan meminta penjelasan lebih jauh dari Becky. Sementara di sisi lainnya, Becky sejujurnya merasa sedikit lega karena Freen tidak bersikap asing dan berusaha menjauhi dirinya.

Becky juga tidak mengerti apa yang ada di kepalanya saat ia meminta untuk menginap di tempat Freen setelah ia mencium perempuan yang hanya menganggapnya adik itu. Berbagai alasan muncul di kepala Becky. Alasan pertama ia meminta menginap adalah karena ia merasa tidak enak pada Freen karena sembarangan mencium Freen seperti tadi, oleh karenanya ia ingin menginap untuk memastikan Freen baik-baik saja. Becky mengerutkan alisnya dan mendesah pelan, menyadari betapa konyolnya alasan pertama yang muncul di kepalanya. Ia pun mencoba mencari alasan lainnya. Mungkin ia ingin membicarakan ciuman tadi dengan Freen untuk memastikan tidak ada kesalahpahaman diantara mereka. Ia langsung cepat-cepat menggelengkan kepalanya, merasa bahwa alasan itu terlalu dibuat-buat. Bagaimana tidak dibuat-buat, saat ini Freen nampaknya tidak memikirkan hal itu, berarti sama sekali tidak ada kesalahpahaman yang harus ia luruskan.

"Kayanya kamu lagi ada pikiran, ya?" Freen mencuri pandang ke arah Becky sebelum matanya kembali memandang ke jalanan di depan. "Mau cerita?" Suaranya menyuratkan perhatian yang tulus dan hal tersebut membuat Becky semakin merasa bersalah.

"Aku nggak apa-apa, Phi Freen."

"Tapi kamu sama sekali nggak keliatan nggak kenapa-kenapa." Freen tetap terdengar peduli. Ia kemudian melepaskan satu tangan dari kemudi dan menggenggam tangan Becky. Ibu jari Freen kemudian mengelus pelan tangan Becky sebelum mengaitkan jemari mereka. "Kamu tau kan kamu bisa cerita apapun ke kakak kamu yang satu ini?"

Becky menyukai perhatian yang diberikan Freen. Ia menyukai hangatnya tangan Freen yang menggenggam tangannya. Ia suka merasakan jemari Freen yang berada di antara jemarinya. Ia menyukai bagaimana suara Freen terdengar sangat perhatian. Tetapi ia tidak menyukai satu kata yang keluar dari mulut Freen. Ingin rasanya ia menutup rapat mulut Freen dan menguncinya dengan gembok. Semakin sering dia mendengar kata kakak atau adi, semakin dia berharap bisa memutar waktu dan mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya setelah mencium Freen. Tetapi sayangnya ia tidak punya kekuatan untuk mengembalikan waktu, dan kalau pun ia bisa membalikkan waktu, ia tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.

"Ntar aku kasih tau kalau aku udah siap cerita ya, Phi Freen." Becky berusahan tersenyum sambil meremas pelan tangan Freen, berusaha untuk meyakinkan perempuan yang ia sukai itu bahwa ia baik-baik saja.

"OK na ka. Kapan aja kamu siap cerita, aku siap dengerin." Freen meremas balik Tangan becky, dan tangannya tidak sedikitpun melepaskan genggamannya pada tangan Becky. Sesekali ibu jari Freen mengelus jemari Becky, seakan-akan berusaha membuat Becky nyaman dari pikiran-pikiran yang tidak bisa ia ceritakan pada Freen.

Semua hal-hal kecil tersebut membuat hati Becky merasakan berbagai rasa. Seandainya Freen tidak berulang kali menyebut bahwa Freen adalah kakaknya, dan Becky adalah adiknya, mungkin saat ini Becky sudah terbang ke khayangan, mengetahui seberapa perhatian Freen pada dirinya. Namun sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu. Becky akhirnya mengambil handphone dengan tangan satunya dan membuka instagram. Ia menggulir halaman instagram untuk mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya, ibu jarinya terus menggulir halaman instagram sampai ia melihat sebuah unggahan dari salah satu fans. Unggahan tersebut adalah potongan dari adegan ciuman dirinya dan Freen untuk pilot dari web series yang saat ini sedang ia mainkan. Senyumnya langsung muncul ketika ia membaca caption dibawahnya:

"Aku gatau ini MonSam atau FreenBeck."

Becky selalu merasa senang setiap kali para fans men-ship mereka. Tentu saja itu karena dirinya pun menginginkan hal yang sama. Ia ingin bersama Freen. Becky mencuri pandang ke arah Freen yang masih anteng menggenggam tangannya. Diam-diam ia mengagumi perempuan di sisinya yang sedang fokus menatap jalanan Bangkok yang sibuk dan selalu macet. Pasti melelahkan untuk Freen menyetir di malam hari setelah selesai syuting.

"Phi Freen capek nggak?"

Freen mengalihkan pandangannya dari jalan dan memandang ke arah Becky dengan senyuman. "Biasanya sih capek. Tapi hari ini nggak, soalnya ditemenin kamu." Freen menjawab dengan ceria sambil tersenyum lebar seperti anak kecil.

"Halah, gombal." Becky menjulurkan lidahnya sambil bergidik, seakan-akan jawaban Freen tadi menggelikan untuknya.

"Ih, siapa juga yang lagi ngegombal." Freen tertawa sambil kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan.

Becky tetap tersenyum walaupun dalam hatinya ia benar-benar berharap Freen memang sedang menggodanya.

"Aku beneran happy soalnya ditemenin kamu. Beneran." Senyum Freen terkembang di wajahnya.

Dan hal tersebut membuat hati Becky terasa lebih ringan. Sedikit keberanian mulai muncul di dalam diri Becky.

"Kenapa kok bisa happy? Phi Freen sayang sama aku ya?"

Freen langsung mengangguk yakin, seperti tidak berpikir sama sekali. "Iya dong. Adik gemesin kaya gini masa nggak disayang?"

Becky seakan bisa mendengar suara retak yang berasal dari hatinya. Lagi-lagi ia harus mendengar kaya adik. Dan lagi-lagi ia menyalahkan dirinya sendiri yang membuatnya berada di situasi seperti ini.

"Terus aja panggil aku adik. Sebel!" Becky memanyunkan bibirnya dan menghembuskan napas kuat-kuat, berusaha memperlihatkan betapa tidak suka ia dipanggil adik. Mungkin dengan cara seperti ini Freen bisa sadar dan berhenti menggunakan kata kakak ataupun adik dengannya.

"Kamu nggak suka aku panggil adik? Kalau Nong Becky gimana?"

"Nggak suka!" Becky masih terus merengut.

"Lah kenapa?" Feen masih menggenggam tangan Becky sambil terus memerhatikan jalanan di depan.

"Soalnya aku bukan anak kecil, Phi Freen." Becky masih tidak punya keberanian untuk memberitahukan Freen alasan yang sesunnguhnya. Soalnya aku nggak mau cuma jadi adik kamu! Aku maunya jadi pacar kamu.

"Tapi kamu manggil aku phi." Freen berdalih.

"Ya tapi bukan berarti kamu musti panggil aku nong." Becky melanjutkan protesnya.

Freen tertawa kecil mendengar protes Becky. Ia menggenggam tangan Becky lebih erat sebelum mengangkat tangan mereka dan menempelkan punggung tangan Becky ke pipinya. "Okay, jadi aku harus manggil kamu apa?"

"Panggil Becky aja." Becky tidak dapat menahan senyum di wajahnya karena punggung tangannya bersentuhan dengan pipi Freen.

"Kamu cukup happy dipanggil Becky? Aku pikir kamu bakalan minta dipanggil Becbec atau Baby."

Becky bisa merasakan wajahnya menghangat sangat mendengar kata baby keluar dari bibir Freen. "Phi Freen mau banget manggil aku baby?"

Freen hanya menggumam sambil mencuri pandang ke arah perempuan di sebelahnya. "Kamu mau aku manggil gitu?"

Becky kembali kesal dengan respon yang diberikan Freen. Padahal tadi ia berharap perempuan di sampingnya akan memberikan jawaban yang lebih lugas. Ia menghembuskan napas keras-keras menandakan kekesalannya.

"Aku nggak akan manggil kamu nong lagi." Freen lanjut berbicara, menyadari Becky sudah mulai kesal. "Yang penting aku nggak manggil kamu nong, kan?"

Becky menganggukkan kepalanya, menandakan persetujuan. "Iya, yang penting bukan nong." Apa kamu bisa melihat aku lebih dari sekedar adik kalau kamu berhenti manggil aku nong, Phi Freen?


***


Freen baru saja selesai mencuci muka dan mengganti bajunya. Saat ini ia sedang memandang bayangannya sendiri di cermin di dalam kamar mandinya. Ia mencoba sekuat-kuatnya untuk tidak membahas perkara ciuman yang diberikan Becky saat syuting tadi. Dalam hati sebenarnya ia sangat ingin mengetahui apakah itu benar-benar ciuman dari seorang adik untuk kakaknya seperti yang dikatakan oleh Becky, atau sebenarnya lebih daripada itu. Ia menghela napas dan mencoba untuk mewaraskan pikirannya.

"Freen, yang waras. Nggak usah ngarep macem-macem." Ia berbicara dengan bayangannya di cermin, memandang ke arah matanya sendiri. "Cukup..." Ia menghela napas dan memejamkan matanya sesaat sebelum memandang bayangannya lagi. "Cukup bersyukur aja, kamu bisa ngabisin waktu bareng sama Becky. Nggak perlu berusaha untuk ngungkapin perasaan kamu. Kalau dia cuma mau kakak-adik aja, ya nggak apa-apa. Itu udah cukup bikin kamu bahagia."

Ia mengangguk pada bayangannya sendiri. "Oke. Ngerti. Nikmatin aja apapun itu. Yuk bisa yuk, Freen!" Ia menepuk bahunya sendiri sebagai usaha untuk memantapkan hatinya dari apa yang ia katakan sendiri. Ia menarik napas panjang dan akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Phi Freen udah ngantuk belum?" Becky sudah berada di atas kasur Freen, menggunakan baju tidur yang terdiri dari celana pendek dan tanktop berawarna merah muda.

Freen tersenyum dan mengangguk, sambil berusaha mengontrol pandangan matanya agar tidak melihat bagian tubuh Becky yang terekspos. "Ya lumayan. Kenapa? Kamu udah ngantuk?" Ia berjalan menuju kasur dan duduk di sebelah Becky.

Becky menganggukkan kepalanya. "Iya, udah ngantuk nih." Ia menjawab dengan menggemaskan dan sedikit bergeser untuk memberi ruang untuk Freen di kasur. Ia lalu merebahkan dirinya di ranjang dan membalikkan badan ke arah Freen, memberikan senyuman yang manis. "Bobo yuk, Phi Freen."

Freen mengikuti posisi tidur Becky dan menghadap ke arah Becky. Kini mereka berbaring di atas kasur sambil saling berhadapan. "Good night, Becbec."

"Good night, Phi Freen." Becky kemudian memejamkan matanya, namun senyum masih terkembang di wajahnya, membuat Freen ikut tersenyum melihat pemandangan itu.

Freen pun sedikit bergeser mendekati Becky dan diam-diam menggenggam tangan Becky sebelum turut memejamkan matanya. Begini aja udah cukup. Bisa deket sama Becky dan bisa pegang tangan dia aja udah cukup buat aku. Yang penting aku nggak bohongin perasaan aku. Aku nggak perlu status. Seperti ini aja udah cukup.

"Phi Freen ngapain?"

Freen buru-buru membuka matanya dan melihat ke arah Becky yang ternyata masih memejamkan matanya.

"Aku... pengin pegang tangan kamu." Freen menjawab tanpa melepaskan genggaman tangannya.

Senyum Becky semakin merekah, dan ia pun menarik tangan Freen yang menggenggam tangannya. Dia arahkan tangan Freen melingkari pinggangnya, lalu ia bergeser mendekat ke arah Freen sebelum akhirnya ia pun melingkarkan tangannya di pinggang Freen. "Begini aja. Lebih nyaman." Senyumnya masih belum sirna dari wajah.

Freen ikut tersenyum. Mungkin senyum terlebarnya hari ini. Tangannya mengelus pinggang Becky sebelum ia memejamkan matanya kembali. "Iya... begini lebih nyaman."

Continue Reading

You'll Also Like

431K 44.2K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
846K 40.9K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
177K 11.4K 32
🏳️‍🌈gxg Area gxg gak suka skip aja👌 Ini SEASON 2 dari ceritaku yang pertama yang berjudul KAMU jadi kalau belum baca yang pertama baca dulu ya guy...
79.8K 12.2K 17
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...