[2] HATI dan WAKTU

deftsember द्वारा

50.5K 9.4K 9K

Raline menawarkan diri menjadi pacar Jerome untuk membantu cowok itu move-on dari mantan pacarnya. Dia tahu k... अधिक

BAB 00: START
BAB 01: MEMULAI
BAB 02: HARI PERTAMA PACARAN
BAB 03: MEMBUKA HATI
BAB 04: KENCAN PERTAMA
BAB 05: RALINE'S WORST DAY
BAB 06: SUPPORT SYSTEM
BAB 07: "Raline pacar gue."
BAB 08: PENGAKUAN
BAB 09: CEMBURU?
BAB 10: CEMBURU? (PT 2)
BAB 11: STAYCATION IN ANYER
BAB 12: KISSING YOU
BAB 13: INTEROGASI
NOTIF
BAB 14: SUPPORT BOYFRIEND
BAB 15: SESUAI HARAPAN
BAB 16: TERHUBUNG TAKDIR?
BAB 17: BERPISAH
BAB 18: ANNOYING!
BAB 19: BREAK UP (?)
BAB 20: DECISIONS
BAB 21: PERJUANGAN JEROME
BAB 22: SI CALON BUCIN PACAR
BAB 23: I LOVE YOU
BAB 24: SELANGKAH LEBIH BERANI
BAB 25: RENCANA LIBURAN KELUARGA
BAB 26: LOVE IN EUROPE
BAB 27: LOVE IN EUROPE (PT 2)
BAB 28: BUKTI KEBUCINAN JEROME
BAB 29: RALINE MUDIK
BAB 30: DI SURABAYA..
BAB 31: REVITALISASI CINTA
BAB 32: 1st ANNIVERSARY
BAB 33: SISI LAIN
BAB 34: MULAI MENGGANGGU
BAB 36: DETIK-DETIK KERETAKAN
BAB 37: KESALAHAN FATAL
BAB 38: END
BAB 39: KEHANCURAN TERBESAR
BAB 40: USAI
BAB 41: THE END(?)
S2 VER 1: BIGGEST LOSS

BAB 35: PERUSAK

800 211 453
deftsember द्वारा

~ Happy Reading ~





Kabar pertunangan Jerome dan Raline yang akan di gelar bulan depan sudah menyebar sampai ke seluruh penjuru kampus. Dari sudut manapun tidak ada yang tidak mengetahui tentang kabar itu. 

Ucapkan terima kasih kepada mulut ember Lili yang dengan senantiasa menyebarkan kabar pertunangan itu sampai bibi kantin pun ikut mengetahui nya juga. 

Semua persiapan sudah hampir selesai. Cincin tunangan juga sudah di beli. Venue, katering, dekorasi, dan baju sudah siap 90%. Restu dari keluarga Raline juga sudah di urus dengan baik oleh Jerome.

Ngomong-ngomong tentang restu, perlu di ketahui kalau Jerome dan keluarga nya datang langsung ke Surabaya untuk mengunjungi keluarga Raline sekaligus meminta restu untuk bertunangan.

Awalnya ayah dan ibu Raline sangat terkejut karena rencana pertunangan ini terkesan dadakan dan terburu-buru. Tapi untung saja pihak Raline menyetujuinya dan akan datang ke Jakarta saat acara tersebut di gelar.

Persiapan pertunangan sudah hampir selesai. Proses skripsi Jerome juga sedang berjalan. Sekarang tinggal mengurus tentang BEM yang sempat jadi problematika pikiran Jerome.

Sisa masa jabatan Jerome sebagai ketua BEM masih ada empat bulan lagi. Tapi cowok itu merasa tidak akan sanggup membagi waktu di saat dia sedang fokus mengerjakan skripsi. Jadi dengan kebimbangan yang menyulitkan, Jerome memutuskan untuk mundur dari jabatan nya.

Banyak yang tidak terima dan seolah-olah melarang nya untuk mundur. Dosen dan teman-teman nya yang lain pun selalu meyakinkan nya untuk tetap bertahan di BEM sampai masa jabatan nya habis.

Tapi Jerome merasa kalau dia tidak akan sanggup mengurus semuanya. Dia ingat kata-kata Raline untuk jangan memforsir sesuatu apabila tidak sanggup untuk menyelesaikan nya. Dari pada tercecer lebih baik di lepas.

Sekarang Jerome sudah menjadi cowok yang nurut sama pacar loh. Kalau di tanya orang kenapa dia selalu menuruti kata-kata Raline, Jerome selalu menjawab, "Ucapan calon istri tuh biasanya tepat sasaran. Jadi gue mending nurut daripada kena sial."

Dan entah sejak kapan, Jerome jadi lebih sering menyebut Raline sebagai 'calon istri' kepada setiap orang yang menanyakan tentang gadis itu. Kata dia sih karena terbawa suasana mau tunangan.

Saat ini Jerome dan Raline sedang ada di sekre BEM. Rencana nya hari ini Jerome akan mengadakan acara perpisahan karena resmi hari ini dia sudah bukan ketua BEM lagi.

Banyak sekali anggota BEM lain yang menyesali keputusan Jerome tersebut. Mereka merasa kehilangan ketua yang memiliki visi dan misi kerja baik. Buktinya selama di ketuai oleh Jerome, BEM jadi banyak perubahan ke arah yang lebih baik. Entah siapa yang mampu meneruskan kinerja Jerome yang sebaik itu di BEM nanti.

"Ah lo mah nggak seru deh, Bang. Ngapain sih harus mundur dari jabatan lo? Padahal yang di butuhkan BEM sekarang ya orang-orang kayak lo ini." ujar Cahya dengan nada kecewa.

"Bener atuh. Kenapa harus mundur sekarang, bang? Padahal sisa empat bulan doang. Kumaha sih ieu mah." sahut Haekal.

"Ya sorry. Gue ada kesibukan lain yang jauh lebih di prioritaskan. Kalau masih megang BEM takutnya malah nggak beres nanti. Kan kasihan kalian juga sebagai anggota yang bakal nanggung kerjaan gue yang nggak disiplin."

"Padahal kita seneng loh kerja dibawah pimpinan lo, Jer. Jarang ada ketua BEM yang punya visi dan misi kerja kayak lo. Entahlah siapa yang sanggup nerusin BEM setelah lo nanti." keluh Dika.

"Sorry guys. Gue bener-bener nggak bisa lanjut BEM. Skripsi gue butuh perhatian lebih."

"Skripsi apa kak Raline yang butuh di perhatiin lebih sih, Kak." celetuk Yessi membuat semua orang yang ada disana langsung tergelak tawa nya.

"Beneran skripsi kok, guys. Gue aja jadi jarang di apelin Jerome gara-gara dia sibuk banget sebulan terakhir ini." ucap Raline.

"Jadi beneran ya kabar yang gue denger kalau kalian mau tunangan bulan depan?" tanya Jihan.

Jerome dan Raline mengangguk. "Iya. Persiapan nya udah hampir perfect, tinggal tunggu hari H nya aja sih. Tapi sorry nih kalau acara nya nanti private dan cuma di hadiri rekan dekat doang." ujar Jerome.

"Yah.. mana bisa gitu lah, bang. Gue kan pengen lihat Kak Raline pujaan hatiku pakai gaun cantik. Jangan pelit-pelit lah kau, bang." ucap Lukas dengan logat batak nya yang kental.

Jerome menatap sinis ke arah Lukas. "Khusus banget buat lo jangan datang ke acara gue. Nanti gue kasih warning ke security biar lo nggak nerobos masuk gedung."

"Bah! Jahat kali abang nih."

"Tapi tenang, guys. After the event is finished, gue sama Jerome bakal bikin party kecil-kecilan. Jadi nanti kalian bisa datang ke party itu. Nggak usah bawa apa-apa, cukup bawa diri dan kebutuhan masing-masing aja."

Ucapan Raline barusan langsung mendapat sorakan dari semuanya. Memang ya, kalau Raline yang berbicara pasti bisa membuat suasana berubah jadi ceria.

"Dimana tuh party nya? Bukan di Eropa kan pastinya?" celetuk Luna sambil memasang wajah menggoda. Cewek itu sedang mencoba untuk menyindir Jerome dan Raline yang sempat berlibur keliling Eropa.

"Bukan kok, guys. Jadi ada villa punya kakek nya Jerome di puncak. Papa nya Jerome nyuruh kita pakai villa itu buat ngadain party kecil-kecilan sama teman-teman yang lain." 

"Transport urus masing-masing ya. Bensin nya biar gue yang urus. Masalah makanan dan kebutuhan pokok yang lain juga gue yang urus. Kita cuma dua hari satu malam aja, jadi bawa barang pribadi masing-masing yang sekira nya di perlukan disana." sahut Jerome.

"Siapa aja tuh yang di ajak?" tanya Yumna.

"Temen-temen gue sama Raline kan ada sepuluh orang lebih. Di tambah sama kalian, ya kira-kira ada dua puluhan lebih lah."

"Buset dah. Itu bukan party kecil-kecilan, markoneng. Emang villa nya bakal muat ya nampung orang sebanyak itu?" ucap Dika.

"Jangan remehin Jerome, Dik. Dia anak tunggal kaya raya." celetuk William.

"Pasti muat kok. Ada dua bangunan di satu tempat dan itu dua-duanya punya kakek gue. Jangankan cuma dua puluh, Papa gue waktu itu pernah ngadain acara yang ngundang sampai lima puluh orang kok."

Ucapan Jerome barusan mendapat sorakan penuh dari teman-teman yang lain. 

"Angkat aing jadi adek lo, bang." celetuk Haekal.

"Jadi kapan party nya, kak?" tanya Cheryl.

"Dua hari setelah acara tunangan."

"Wih.. butuh rekomendasi tempat honeymoon nggak nih?" tanya Jihan.

"Kita baru tunangan, Ji. Belum nikah." balas Raline sambil tersenyum malu-malu.

"Tunangan juga butuh honeymoon sih, Kak. Jaman sekarang kan honeymoon bukan cuma buat pasutri baru aja."

"Staycation ke Bali kan udah tuh. Cobain staycation ke Jogja deh. Banyak tempat yang bagus-bagus kok." ucap William.

"Oke, noted. Thanks saran nya, Will." ucap Jerome. 

Raline menoleh ke arah pacarnya setelah mendengar ucapan tersebut keluar dari mulut Jerome. "Kita kan baru tunangan, emang beneran mau honeymoon?" tanya nya.

Jerome menggeleng. "Honeymoon versi light nya, sayang. Staycation di Jogja boleh juga tuh. Kita nggak perlu sewa jasa translator lagi soalnya kamu jago bahasa jawa."

"Buset dah, Jer. Beneran mau staycation ternyata. Awas jangan kebablasan, bos. Perlu gue kasih rekomen kondom buat lo?" ucap Dika.

"Gue nggak butuh. Buat lo aja sendiri." jawab Jerome dengan wajah datar.

"Eitss.. jangan begitu, sobat. Kemaren aja William sampai tanya rekomendasi kondom enak dan nyaman ke gue buat di pakai pas dia lagi staycation sama Jihan ke Lombok."

William dan Jihan seperti di siram air dingin begitu mendengar ucapan Dika barusan. 

"Anjir! Kan kata gue jangan ember! Dika anjing!" Jihan berteriak sambil menendangi tubuh Dika.

William menghela nafas sambil menggeleng-geleng pelan. "Salah gue tanya hal sensitif begitu ke Dika." gumam nya.

"BUSET! Lo berdua di Lombok ngapain aja sampai butuh kondom?" Cahya juga ikut berteriak.

"Diem lo, terang. Nggak usah ke pancing sama omongan nya si dick ini." sengit Jihan marah.

"Gue nggak nyangka bang Willi yang diem-diem kelihatan cupu ternyata aslinya suhu. ANJAY!!" Haekal pun ikut mengompori keadaan.

Jerome nampak nya tertarik dengan topik obrolan yang sedang terjadi saat ini. Dia menggeser duduk nya mendekat ke William lalu berbisik sesuatu.

"Will, lo sama Jihan staycation ke Lombok ngapain aja?" bisiknya.

William menoleh. Raut wajahnya nampak tidak nyaman mendengar pertanyaan Jerome.

"Sorry Jer, gue nggak mau umbar privasi."

"Gue tanya karena gue butuh referensi aja sih. Gue juga mau ngajakin Raline staycation ke Jogja after tunangan nanti."

"Main-main doang di pantai Lombok sama makan."

Jerome sepertinya tidak yakin dengan yang di katakan oleh William. "Jujur aja gue pengen tau lo sama Jihan pernah begituan apa nggak? Terus itu yang di omongin Dika beneran? Lo nanya kondom ke tuh orang?"

"Duh Jer, gue sama Jihan punya privasi yang nggak boleh di ketahui sama orang lain."

"Oke deh gue nggak akan tanya itu. Tapi lo beneran pakai kondom nya pas staycation bareng Jihan?"

Dengan ragu William mengangguk untuk menjawab keingintahuan Jerome. "Gaya pacaran gue sama Jihan nggak se-cupu yang orang-orang lihat sih. Lo jelas tau apa maksud gue."

Jerome mengangguk-angguk mengerti. "Lo pakai merek apa, Will?" tanya nya.

William kelihatan sedikit terkejut campur tidak menyangka Jerome menanyakan tentang itu. Dengan ragu dia menjawabnya. "Nanti gue chat ke lo aja."

Senyum langsung merekah di wajah Jerome. "Gue tunggu ya. Sekalian kasih gue tips and trick yang lo pakai kalau lagi staycation sama pacar dong. Gue lagi butuh buat jaga-jaga aja sih."

"Iya. Nanti gue chat aja."

Raline diam-diam memperhatikan Jerome yang sedang berbisik-bisik dengan William. Kelihatan mencurigakan sekali.

"Kamu habis bisik-bisik apa sama William?" tanya nya setelah Jerome selesai berbisik-bisik dengan William.

"Nggak kok, bukan apa-apa. Cuma minta sharing sesuatu aja." jawab Jerome di sertai senyuman yang menurut Raline agak mencurigakan.



🍑🌹



Setelah menyelesaikan urusan di sekre BEM, Jerome dan Raline niat nya ingin langsung pulang ke apartemen untuk sekedar main-main atau pacaran disana sambil menunggu waktu jam makan malam.

"Kita jadi ke apart habis ini, Jer?" tanya Raline.

Jerome mengangguk. "Jadi dong. Aku udah order pizza hot sama starbaks buat cemilan kita selama disana."

"Tapi aku mau ke toilet dulu. Kamu duluan aja ke parkiran nya, nanti aku nyusul."

"Oke. Jangan lama-lama ya, sayang."

Raline pergi ke toilet dan Jerome memilih melanjutkan jalan nya menuju parkiran mobil. Hari ini cuaca cukup terik, jadi Jerome memutuskan untuk menunggu Raline di dalam mobil saja.

Niat nya memang begitu. Tapi ternyata ada pengganggu yang lagi-lagi datang dengan tiba-tiba untuk merusak suasana hati Jerome yang sedang baik-baik saja.

"Gue mau ngomong sama lo."

Jerome menatap jengah ke arah sosok perempuan yang tidak ingin dia lihat wujud nya. Karena malas meladeni perempuan itu, Jerome memilih bersikap cuek dan menyibukkan diri dengan ponsel nya.

"Jerome, gue bilang mau ngomong sama lo."

"Jangan terlalu dekat-dekat sama gue lagi ya. Ada hati yang harus gue jaga." ucap Jerome dengan wajah nya yang datar.

Abigailㅡ perempuan itu merasa harga diri nya seperti di injak-injak oleh Jerome. Sebelumnya tidak pernah ada orang yang berani menolaknya apapun situasi nya.

"Gue nggak peduli sama cewek murahan lo itu. Gue cuma mau ngomong sama lo."

"Tolong jaga mulut lo ya. Jangan sembarangan nyebut cewek gue macem-macem."

"Gue bingung deh. Dari sekian banyak nya cewek yang jauh di atas Raline, kenapa lo lebih pilih dia. Gue jelas satu-satu nya cewek yang berhak ada di posisi Raline sekarang. Gue yang udah nemenin lo di saat sulit."

Jerome semakin tajam menatap ke arah Abigail. "Lo nggak salah ngomong nih? Yakin? Kok bisa-bisa nya lo percaya diri kalau lo berhak ada di posisi Raline sekarang. Apa lo beneran udah lupa sama apa yang lo lakuin dulu ke gue, Abigail."

"Lo salah paham sama masalah kita dulu, Jerome. Gue emang sering kecewain lo, tapi seharunya lo tanya alasan kenapa gue kayak begitu. Lo tuh beneran pasif dan cuek banget."

"Iya, gue emang nyadar kalau dulu gue cuek dan pasif. Tapi itu karena gue punya cewek kayak lo. Setelah gue sama Raline, gue bukan lagi Jerome yang cuek dan pasif kayak yang lo omongin. Thank's ya, berkat lo mutusin gue malah bikin gue ketemu sama orang yang paling tepat buat jadi pendamping hidup gue."

Abigail menggeleng tidak puas dengan jawaban Jerome. "Enggak. Lo salah besar, Jerome. Gue main belakang dari lo bukan karena gue nggak cinta sama lo. Tapi karena gue butuh dan gue capek sama hubungan kita yang terlalu flat."

Jerome tertawa sinis mendengarnya. Apalagi saat melihat wajah Abigail yang sengaja dibuat menyesal dan sedih.

"Lo lagi jual cerita sedih kehidupan lo sendiri ya?"

"Whatt? Lo kok ngomong nya malah gitu sih."

"Sorry Abigail. Tapi di antara lo dan gue udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Gue udah sama masa depan yang baru dan tentu nya lebih menjanjikan. Tolong lo urusin kehidupan lo sendiri dan jangan ungkit lagi masa lalu kita karena kita udah selesai semenjak lo mutusin gue waktu itu."

"Nggak bisa begitu, Jer. Gue tau kalau gue salah, tapi seharusnya kita jangan selesai gitu aja. Di antara kita masih ada yang harus di selesaikan."

"Maksud lo apa sih? Kenapa lama-lama ucapan lo jadi nggak jelas kayak gini."

"Karena gue sadar kalau ternyata gue masih cinta dan masih butuh lo, Jerome. Please, come back to me."

Lagi-lagi Jerome tercengang dengan kata-kata yang keluar dari mulut Abigail. Dia tercengang bukan karena terharu atau senang, malah sebaliknya. Dia merasa seperti ingin tertawa sepuasnya di depan wajah Abigail yang sedang mengiba.

"Are you seriously talking like that? Please, Abigail lo aneh dan nggak jelas banget tau. Kalau emang lo masih cinta sama gue, kenapa dulu minta putus? Kenapa harus bikin gue hampir gila cuma karena gagal move-on? Sekarang giliran gue udah nemu cinta yang baru tiba-tiba lo datang dan ngaku masih cinta sama gue. Emang lo pikir gue masih percaya sama lo?"

"Lo harus percaya sama gue, Jerome."

"Nggak akan. Ngadi-ngadi lo minta gue percaya sama lo."

"Jerome, please.."

"Cukup ya. Gue udah peringatin ke lo jangan ganggu kehidupan gue apalagi nekat ganggu hubungan gue. Sekarang kita jalan masing-masing aja. Lo sama jalan hidup lo dan gue sama jalan hidup gue. Jangan spam chat dan teleponin gue terus. Gue capek block nomor lo."

"Jerome, pleasee.. lo nggak bisa lepasin gue gitu aja." ucap Abigail dengan memohon.

Jerome syok karena melihat air mata mengalir dari pelupuk mata cewek itu. 

"Abigail, lepasin tangan lo sekarang." ujar Jerome yang tengah berusaha menyingkirkan tangan Abigail dari lengan nya.

"Kasih gue kesempatan. Ada yang mau gue omongin sama lo. Sekali ini aja dan gue janji habis ini gue nggak akan gangguin lo lagi."

Jerome terdiam beberapa saat untuk mencari jawaban apa yang akan dia berikan untuk Abigail. "Apa janji lo bisa gue pegang?"

Abigail mengangguk yakin. "Iya. Gue janji setelah ini gue nggak akan gangguin hidup lo lagi. Tapi gue mohon kasih kesempatan terakhir buat gue. Gue butuh bantuan lo, Jer."

Setelah menghela nafas panjang Jerome pun mengangguk. "Ini kesempatan terakhir buat lo. Setelah ini jangan pernah ganggu hidup dan hubungan gue sama Raline."

Senyum merekah di wajah Abigail. Dia hampir memeluk Jerome tapi cowok itu sudah lebih dulu menjauh darinya. "Mending lo pergi sekarang. Gue nggak mau cewek gue salah paham lihat lo ada di sini."

"Nanti gue telepon lo lagi. Yang kali ini tolong di angkat."

"Buruan pergi dari sini."

Abigail pergi dari hadapan Jerome setelah menyelesaikan urusan nya. 

Jerome mendengus sebal karena hidup nya selalu bermasalah karena kehadiran Abigail. Cewek itu seperti sumber kesialan nya.

"Muka kamu kenapa kelihatan nahan kesel gitu, Yang?" terdengar suara Raline yang tiba-tiba datang.

"Nggak kok. Nggak ada apa-apa. Kita pulang sekarang yuk, udah nggak sabar kelonan di kasur baru." ucapnya sambil melempar senyum genit ke arah Raline.

"Mulai deh ngajak yang macem-macem. Aku nggak mau ikut kamu ah kalau gitu."

"Aku bercanda kok. Kita masuk mobil sekarang, cuaca panas banget."



🍑🌹



Jerome masuk ke sebuah cafe yang ada di bilangan Jakarta Pusat. Sebenarnya dia tidak tertarik untuk datang ke cafe ini. Bukan tanpa alasan kenapa dia merasa seperti itu. Ini semua karena orang yang mengajaknya untuk bertemu.

Abigail masih berusaha mengganggu kehidupan nya setelah dia memutuskan untuk memberi kesempatan terakhir untuk cewek itu. Abigail selalu menghubungi nya kapanpun dan di manapun.

Jerome sangat mengusahakan untuk membatasi interaksi dengan Abigail. Dia tidak mau Raline tahu dan akhirnya salah paham. Cukup sudah, Jerome tidak ingin ada masalah baru yang akan menghalangi jalan bahagia nya dengan Raline.

"Jerome!" suara yang cukup familiar dan tidak ingin di dengar oleh Jerome menggema memanggil nama nya.

Jerome menoleh dan melihat Abigail sedang melambai ke arah nya. Dengan berat hati dia berjalan mendekati meja yang sudah di pesan oleh cewek itu.

"Gue kasih waktu setengah jam buat lo. Jangan ulur-ulur waktu gue lagi." ucap Jerome to the point sedetik setelah dia duduk di hadapan Abigail.

"Minum dulu ya. Lo mau gue pesenin minum apa? Biar gue yang traktir kali iniㅡ" 

"Dua puluh menit waktu buat lo ngomong. Cepat atau gue pergi sekarang."

Abigail mendumal dalam hati. Sikap Jerome yang seperti inilah yang membuat dia memutuskan hubungan mereka dulu.

"Sebelumnya gue udah kasih tau kalau ternyata gue masih punya perasaan sama lo kan, Jer? Walaupun gue yakin lo nggak akan bisa percaya lagi, tapi gue serius kalau gue emang masih sayang sama lo." ucap Abigail. 

Cewek itu menundukkan wajahnya dan memasang ekspresi iba. "Sebenarnya gue nggak mau ganggu hubungan lo sama Raline. I know that I'm wrong, tapi perasaan orang nggak bisa di paksakan. Gue cuma mau ngungkapin isi hati gue dan permintaan maaf karena gue dulu selalu bikin lo susah dan kecewa. Kalau gue bisa memutar waktu, gue pasti nggak akan ngebiarin lo pergi gitu aja. Ternyata rasa nya patah hati yang lo rasain dulu begini ya. Nggak nyaman sama sekali dan sekarang gue lagi ngerasain itu semua."

Jerome diam saja mendengarkan ucapan Abigail. Kedua mata nya memicing saat menyadari kalau bahu cewek itu mulai bergetar menandakan kalau saat ini dia tengah menahan isak tangis nya.

"Kalau emang kita udah nggak bisa bersatu lagi, gimana kalau kita memulai hubungan pertemanan. Gue udah menyerah buat dapetin lo karena gue tau sekarang lo udah punya pengganti yang cocok buat lo. Gue pengen memperbaiki hubungan kita, Jer."

Jerome menghela nafasnya. "Gue masih nggak bisa kasih kepercayaan buat lo, Abigail. Manusia jahat nggak bisa secepat itu sadar kalau dirinya jahat."

"Ya, gue tau kalau gue emang manusia jahat. Gue udah bikin lo patah hati dan gue juga selalu ganggu kehidupan lo. Tapi lo bilang katanya mau kasih gue kesempatan terakhir? Walaupun kita nggak bisa bersatu sebagai pasangan, kita masih bisa bersatu sebagai teman."

"Gue udah maafin lo, tapi gue nggak mau terlibat apapun lagi sama lo. Gue pergi." ucap Jerome lalu beranjak dari duduknya.

Dengan cepat Abigail langsung menahan tangan nya. Jerome menghentak tangan Abigail agar melepaskan diri dari tangan nya.

"Jangan pergi dulu, Jer. Gue masih butuh lo."

"Lo bilang nggak akan ganggu gue lagi. Jadi lepasin tangan gue dan biarin gue pergi. Gue mau ke tempat cewek gue."

"Gue nggak akan ganggu lo, tapi gue mohon untuk terakhir kalinya tolong bantu gue. Gue nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi selain lo, Jer."

"Masalah lo bukan urusan gue."

Wajah Abigail menyendu. Air mata sudah mengalir dari pelupuk mata nya. Hal itu membuat Jerome jadi bimbang, apalagi orang-orang di sekitar mereka mulai memperhatikan.

"Jerome please, gue janji ini yang terakhir."

Jerome mengumpat keras. Dia benci dengan keadaan saat ini yang tengah terjadi. Keadaan yang membuatnya tidak bisa memutuskan apa yang harus dia lakukan.

"Waktu lo sisa sepuluh menit. Gue nggak terima lebih dari itu. Jadi cepat selesaikan urusan lo, karena gue nggak mau menyia-nyiakan waktu buat lo."

Senyum terbit di wajah Abigail. Dia menggenggam tangan Jerome dengan senang, tapi Jerome langsung melepaskan genggaman tangan itu.

"Makasih Jer, gue senang lo mau membantu gue walaupun ini jadi yang terakhir." ucap Abigail yang tidak mendapat respon dari Jerome.

Cewek itu mulai menceritakan semua yang menjadi masalah nya kepada Jerome sampai memakan waktu melebihi batas yang di tentukan oleh Jerome tadi. Dia menceritakan nya sambil di selingi isak tangis.

Mustahil bagi Jerome meninggalkan Abigail dengan kondisi yang tidak baik itu sendirian. Dengan terpaksa dia harus mengantar cewek itu sampai ke rumah nya. Dan di rumah nya ternyata benar saja apa yang di ceritakan oleh Abigail.

Keluarga Abigail tengah dilanda masalah besar dan Jerome pun terpaksa harus menerima saat Mamah nya Abigail menawari nya untuk mampir. 

Dia berharap semoga apa yang sedang dia lakukan ini tidak akan menimbulkan masalah besar.





🍑🌹





Setelah menyelesaikan urusan nya di ruang dosen yang akan membimbing skripsi nya, Jerome memutuskan untuk singgah sebentar di basecamp geng nya untuk mengistirahatkan diri sejenak sambil menunggu Raline selesai kelas.

Cowok itu masuk ke ruang tengah basecamp dan langsung di sambut oleh Theo, Jonathan, dan Mahen yang tengah sibuk bermain playstation bersama. 

"Kok tumben lo kesini, Jer? Biasa nya lagi ngebucin pacar."

"Gue mau numpang istirahat bentar sambil nunggu calon istri selesai kelas." balas nya.

Theo dan Mahen langsung bereaksi heboh begitu mendengar balasan Jerome.

"Buset. Yang otw tunangan beda ya manggil ayang nya. Langsung klaim calon istri aja. Emang jadi nikah sama Raline lu!" seru Theo sambil tertawa bersama Mahen.

"Ah elah kayak nggak tau bang Jerome kalau udah ngebucin kak Raline aja sih. Udah kayak dunia milik berdua yang lain mampir doang." sahut Mahen.

"Jangan bucin-bucin amat, Jer. Nanti cewek lo lepas loh."

Jerome tidak mau ambil pusing dengan ocehan tema-teman nya. Dia menaruh bungkus plastik berisi jajanan di atas meja dekat televisi.

"Gue ke kamar dan jangan ada yang ganggu dulu. Nih jajanan buat temenin kalian main." 

"Iya deh sana istirahat. Kita nggak akan ganggu kok."

Setelahnya Jerome langsung pergi ke kamar. Dia sangat butuh istirahat setelah seharian mengurus bahan-bahan untuk persiapan skripsi nya.

Baru saja ingin memejamkan mata, tiba-tiba ponsel nya berdering dengan kencang. Dia tahu itu bukan panggilan dari Raline, karena dia memang memasang nada dering khusus untuk Raline. 

Dengan malas dia mengambil ponsel nya dan melihat caller id si penelepon. Sedetik setelahnya dia langsung mengumpat pelan lalu me-reject panggilan tersebut.

"Nih orang kenapa masih suka teleponin gue terus sih. Mau nya apa coba." sengut nya kesal.

Semenjak pertemuan di cafe malam itu, Abigail malah lebih sering menghubungi nya. Kadang sehari bisa lima kali telepon dan spam chat walaupun tidak pernah ada yang di hiraukan oleh Jerome.

Tapi jelas saja hal itu sangat mengganggu. Apalagi saat ini keadaan nya Jerome sedang sibuk mengurus skripsi dan juga pertunangan nya dengan Raline.

CKLEKㅡ Pintu kamar terbuka dan menampakkan Jonathan yang langsung masuk begitu saja.

"Bang, kan gue udah bilang jangan ada yang ganggu gue istirahat." 

"Lo apain Raline lagi?" tanya Jonathan to the point.

"Maksud lo apa? Gue nggak ngapa-ngapain Raline kok. Dia baik-baik aja."

Raut wajah Jonathan tiba-tiba berubah datar dan tatapan mata nya tajam menusuk menatap ke arah Jerome.

"Selingkuh lagi ya lo?"

"Hah!" respon Jerome. Dia langsung bangun dari rebahan nya setelah mendengar tuduhan tak berdasar yang dilayangkan oleh Jonathan barusan.

"Bentar. Maksud lo nuduh gue gitu apa ya? Atas dasar apa lo bilang gue selingkuh?" lantas saja Jerome langsung merasa kesal karena di tuduh seperti itu oleh Jonathan.

"Kalau niat nya sama Raline nggak bener mending lo jauhin dia dari sekarang. Jangan sakitin Raline untuk yang kedua kali, Jer. Dia tulus loh sama lo."

"Ya gue juga tulus sama Raline. Gue mau tunangan sama dia karena gue serius sama hubungan kita. Lo kenapa tiba-tiba jadi nuduh gue tanpa alasan begini sih, bang. Stres kelamaan jomblo apa karena gagal move-on dari Jean?"

Jonathan melempar ponsel nya ke arah Jerome. 

"Salah besar kalau lo nuduh gue tanpa alasan. Gue punya bukti lo ketemuan sama Abigail. Bukti itu juga gue dapet sendiri karena waktu itu gue yang lihat langsung lo lagi berduaan di cafe sama Abigail. Masih mau ngelak apa lagi lo?"

Jerome langsung terdiam kaku mendengar ucapan Jonathan. Dia tidak mengelak tapi tidak mengakui nya juga. Dia ada di tengah-tengah rasa bimbang.

"Gue nggak selingkuhin Raline sama sekali. Apa yang lo lihat nggak seperti yang lo bayangin."

Jonathan terkekeh sinis. "Untung gue yang lihat. Kalau Dimas yang lihat lo pikir sekarang lo masih selamat? Nggak akan, Jer. Dimas orang nya memegang prinsip nya dan dia nggak akan kasih kesempatan buat lo deketin Raline lagi."

"Gue nggak ada apa-apa sama Abigail, bang."

"Kalau nggak ada apa-apa buat apa lo ketemuan sama dia? Lagi mengenang masa lalu bareng gitu?"

Jerome memijat kepala nya yang mulai pusing. "Gue terpaksa ketemuan sama dia karena dia yang maksa. Dia bilang kalau gue nurutin kemauan dia untuk yang terakhir kali, dia nggak akan ganggu hubungan gue sama Raline."

"Gue nggak mau ikut campur. Itu urusan lo jadi lo yang harus selesaikan. Tapi satu hal yang harus lo tau.." Jonathan menggantungkan ucapan nya. Dia menatap Jerome dengan tatapan serius.

"Kesempatan yang lo punya sekarang ini bakal jadi kesempatan terakhir dari Raline. Sekali lagi lo berbuat kesalahan sampai bikin Raline sakit hati, game over. Lo nggak akan punya kesempatan lagi buat memperbaiki hubungan kalian."

Selepas mengatakan itu, Jonathan langsung keluar dari kamar. Membiarkan Jerome berperang dengan pikiran nya sendiri.







To be Continued...

Segitu dulu ya update nya.

Bentar lagi tamat guys. Jangan berharap apa-apa untuk versi wattpad ini ya hehe. Tapi tenang aja, aku gak akan bikin sad ending kok.

Spam komen nya pada kemana nih? Udah aku tungguin loh padahal 😂

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

1.9M 92.4K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
912K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
6.7K 240 25
Ini narasi AU ajaaa, lebih lengkapnya di Twitter © xxanianddd yaaa! Judulnya sama. Udah end
2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...