VANTABLACK [M]

由 carrameal

81K 10.1K 12.6K

[Mature - Thriller - Romance] [Mafia Story] Son Haerin menyimpan sesuatu di dalam otaknya hingga menjadi obs... 更多

Recommend to Listen
Visualization
Prolog
1. Playing Dangerous
2. Early Phase
4. Van VEM072
5. Found You
6. Pressure
7. Aural
8. Gloomy Rain
Visualization Part 2
9. Bastard Liar
10. Romantic Thing
11. Wedding Day
Bedah Part
12. Dirty Honeymoon
13. Sneaky Honeymoon
14. Bloody Honeymoon
15. Tadpole
16. Freed and Bound
17. Scalding Soak
18. Concave Heart
19. Maniac
20. Mío
21. Attentive With Authentic
22. Pricey
23. Sweet Poison
Preview Part 24. Us
24. Us.
25. Dead?
Preview Part 26. Role
26. Role
Preview Part 27. Chaotic Bondage
27. Chaotic Bondage
28. Antibody

3. Elektronic Anklet

2.2K 338 152
由 carrameal

🍂🍂🍂

Seorang wanita tengah duduk anggun di kursi makan yang mewah. Gaun merah yang dikenakannya cukup menarik perhatian pria yang duduk di depan. Wanita cantik itu bernama Yok Namra. Ia adalah saudara kembar Yok Namjoon, pemilik Vanta Seoul Casino yang tajir melintir.

Namra dan Namjoon bukanlah kembar identik, sehingga orang-orang tidak banyak tahu kalau Namra adalah kembaran pemilik kasino terbesar di Seoul itu. Wanita itu masih mengambil pendidikan sebagai ahli forensik dan banyak lelaki yang mengantri untuk mendapatkannya.

Sayangnya, Namra hanya menyukai satu orang. Yaitu, seorang mantan militer angkatan laut bernama Kyo Seokjin. Selain ketampanan, ketekunan, serta kesetiaannya, Namra juga menyukai suara desahan Seokjin ketika mereka sedang bercinta. Suara pria itu berubah menjadi lebih berat dan serak saat ingin mencapai puncak.

Sebenarnya hubungan mereka sudah dekat, tapi Seokjin tidak pernah menganggap kehadiran Namra. Pria itu begitu ambisius dengan tujuannya dan masih menyimpan dendam untuk kematian sang ayah yang tidak wajar. Seokjin adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya adalah pensiunan jenderal sekaligus pendiri Kyo ZX Group. Kakak lelakinya sudah berpindah kewarganegaraan sejak menikahi wanita berkebangsaan asing dan tinggal di Inggris. Kakak lelakinya berprofesi sebagai pasukan khusus untuk menangani kejahatan tingkat serius.

Sama halnya Namjoon dan Namra, Seokjin juga memiliki adik kembar. Satu adiknya menjalani pelatihan untuk menjadi pasukan khusus/elit militer. Adiknya yang lain memilih pendidikan kepolisian agar menjadi polisi detektif. Dan, adiknya yang menjalani pendidikan kepolisiaan adalah sahabat Namra. Itulah mengapa Namra bisa mengenal Seokjin.

Seokjin sendiri dulu pernah mendapat jabatan cukup tinggi di angkatan laut. Namun, pria itu memilih berhenti dan melanjutkan bisnis sang ayah. Seokjin sempat mengalami kendala di awal, tapi pria itu bisa beradaptasi dengan baik. Sudah dua tahun Seokjin menjadi pemimpin Kyo ZX Group dan bisnisnya berjalan lancar.

Kini Seokjin sedang menikmati makan malam romantis bersama Namra. Walaupun Seokjin tidak memiliki perasaan pada Namra, pria itu tetap memperlakukan Namra dengan istimewa. Baginya, wanita harus diratukan. Pria itu rela menyewa satu restoran mewah untuk merayakan ulang tahun Namra dua hari yang lalu.

"Kulihat sejak tadi kau diam saja," ujar Namra.

Seokjin menyuap makanannya. "Sedang banyak pikiran."

"Maaf, kau harus membuang waktumu demi diriku."

Tak ada jawaban, Seokjin diam saja. Sifatnya memang dingin bukan main.

"Sejak pulang dari Swiss empat bulan yang lalu, kau jadi sering melamun," kata Namra.

BRAK. Seokjin meletakkan sendok dan pisau di meja sangat keras hingga Namra tersentak.

"Aku... salah bicara, ya?"

"Aku tak suka membicarakan pekerjaan di saat makan," tegasnya. Seokjin langsung berdiri dan meninggalkan Namra.

Pria itu bukan keluar untuk menunggu Namra selesai makan. Tapi, Seokjin benar-benar masuk ke mobilnya dan pulang. Ia tak peduli dengan wanita itu, mood-nya benar-benar hancur setelah Namra menyinggung tentang Swiss.

Drtt. Ponselnya berbunyi.

"Tuan, wanita itu masuk klub dan tidak keluar lagi sampai sekarang. Saya sudah masuk dan mencarinya, tapi dia dia tidak ada."

Seokjin buru-buru menghentikan mobilnya di pinggir jalan. "Kau hanya mengawasi klub itu dari satu akses keluar masuk?"

"Dia keluar mendadak, saya hanya sendiri. Lagi pula itu klub kecil. Soalnya sudah dua hari dia tidak keluar rumah dan sepertinya sedang sakit. Tadi dia muntah-muntah di jalan."

"Apa dia datang ke klub yang sering dikunjungi kakaknya?"

"Benar, Tuan. Aku lihat tadi Son Jimin keluar dari klub tapi dengan tergesa dan terus memegangi perutnya." Pria di sana diam sejenak. "Oh, ya. Saya juga melihat Antonio Sir Jeon masuk ke klub itu. Dia datang dengan dua mobil dan enam pengawal. Saat pulang, dia hanya bersama dua pengawal saja dan mobil satunya sudah tidak ada."

Seokjin diam sembari mengetuk-ngetukkan sepatunya. Pria itu gelisah, gerakan bola matanya sangat cepat. "Tetap awasi klub itu. Minta yang lain untuk mengikuti dan mnegawasi Antonio Sir Jeon dan Son Jimin."

"Bukankah terlalu beresiko jika menguntit Sir Jeon, Tuan? Dia sangat menjaga keselamatannya."

"Aku tak peduli. Aku hanya ingin Son Haerin ditemukan. Laksanakan tugasmu dan kabari aku secepatnya."

"Baik, Tuan."

BRAK!

Pria itu memukul setir kemudi lalu mengusap wajahnya berulang kali. "Kau tidak akan bisa pergi dariku, Nona Son," gumamnya.

Benar, Seokjin memang sudah mengawasi Haerin dan Jimin sejak empat bulan yang lalu. Dibanding Jimin, ia memang memberikan perhatian yang lebih untuk Haerin.

🍂🍂🍂

Haerin tidak tahu dibawa ke mana, matanya ditutup oleh kain. Mereka mencengkeram kedua lengannya, menuntunnya berjalan di lantai marmer yang dingin dan licin. Hingga penutup matanya di lepas, lalu tubuhnya didorong kasar sampai jatuh ke lantai. Untungnya tangan Haerin masih kuat, mampu menahan perut atau pinggulnya agar tidak terantuk lantai. Wanita itu langsung menjauh begitu salah satu pria itu menarik kakinya. Ia pikir pria itu ingin melakukan perbuatan kurang ajar.

Namun, ia salah. Pria itu memasangkan gelang elektronik di pergelangan kaki Haerin. Gelang elektronik itu bisa mendeteksi lokasi. Ada sensor khusus juga yang bisa menyetrum Haerin jika wanita itu melewati radius yang telah ditetapkan dalam sistem. Haerin langsung menjauh, memojok di pinggir ruangan dan melihat lima pelayan wanita yang mendekat padanya.

"Señorita, kami ditugaskan untuk mengurusmu di sini."

"Aku di mana?" tanya Haerin.

"Rumah singgah milik Joven Maestro Antonio."

Haerin menggelengkan kepalanya. "Apa tuanmu itu tahu tentang hak asasi manusia? Dia tidak bisa mengurungku di sini tanpa alasan yang jelas!" Haerin marah, ia pun melihat para penjaga yang tadi menjaganya. "Antarkan aku kembali ke club itu. AKU MAU PULANG!"

"Kau tidak bisa pulang, Señorita." Jungkook tiba-tiba sudah berada di sana, berjalan dari arah pintu sembari merangkul wanita seksi. "Kau bertanya tentang hak asasi manusia? Jelas aku paham. Aku kuliah jurusan hukum."

"Aku tidak mengenalmu dan kau tidak bisa semena-mena denganku, Antonio Bajingan!"

PLAK. Pria itu menamparnya dengan tiba-tiba.

"Orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun?" Jungkook mendekat ke arah Haerin dan mengusap pipi wanita itu. Ia juga mengecup bekas tamparannya itu lalu meminta pelayan mengambilkan es untuk mengompres. "Pipimu jadi bengkak, 'kan?" Perubahan sikapnya cepat, sampai Haerin tak percaya melihatnya. "Tadi, kakakmu memukulmu, ya? Pasti sakit, sampai membengkak seperti ini."

"CUIH!" Haerin meludahi wajah Jungkook. Ia meremas kemeja satin putih yang digunakan Jungkook. "Aku mau pulang."

"Pulang artinya mati," ujar Jungkook.

"Kau tidak bisa memaksakan kehendakmu, Tuan Antonio yang terhormat!"

BUGH.

Jungkook meninju bahu Haerin dengan keras sampai wanita itu melepaskan cengkeramannya. Tak ada rasa iba sama sekali di wajah Jungkook. Ia hanya menatap datar Haerin yang meringis sakit karena bahunya ditunju keras.

"Aku masih baik hanya meninju bahumu, bukan perutmu." Pria itu melepaskan gesper yang dikenakannya. Tanpa terduga, ia langsung melecutkan gesper itu ke tubuh Haerin.

"AKH!"

Tidak sekali saja, tapi berkali-kali sampai Haerin memeluk tubuhnya sendiri dan melangkah mundur. Jungkook tetap tidak berhenti, ia tetap melecut gesper kulit dan maju sampai Haerin meringkuk di pojok ruangan. Pria itu mengambil batu es yang dibawa para pelayan. Ia maju, menjambak rambut Haerin lalu⸺

DUAK

DUAK

DUAK

Batu es itu dipukulkan ke kepala Haerin. Bertubi-tubi hingga batu esnya pecah dan kening Haerin berdarah. Jungkook masih belum berhenti juga. Ia kembali menarik Haerin agar berdiri, lalu berganti meludahi wajah wanita itu.

"Berterima kasihlah pada wajah cantikmu itu. Bukankah suatu anugerah jika aku memilihmu menjadi istriku?" Pria itu menekan kening Haerin yang terluka sampai darahnya mengucur deras. "Ya, kau harusnya berterima kasih padaku dan BUKAN MELUDAHIKU, JALANG! CUIH!" Pria itu membuang ludahnya di wajah Haerin.

Wanita itu tentunya menjerit tak karuan. Selain rasa sakit, darah yang mengalir di wajahnya membuatnya takut setengah mati sebab ia teringat dengan kejadian malam itu.

"Jika aku urutkan dari atas, kita ini masih terikat hubungan sepupu, Señorita." Pria itu mengusap darah yang menutupi wajah Haerin. "Tapi, kakek buyutmu memilih untuk memisahkan diri dari kakek buyutku. Kau harusnya senang. Kau harus bangga dengan wajahmu karena aku menyukainya. Soalnya tadinya aku tidak mau menikah denganmu." Jungkook mendekatkan mulutnya di telinga Haerin. "Aku mengangkat derajatmu dan kakakmu itu. Jadi, jangan macam-macam denganku, termasuk meludahi wajahku."

BRUK. Jungkook mendorongnya kasar hingga Haerin menabrak sofa.

"Begini, Señorita. Aku lupa namamu, yang pasti namamu memiliki makna yang terang." Jungkook menatap Haerin yang sibuk menyeka darahnya. "Hei, aku berbicara padamu. DENGARKAN AKU!"

DUAK.

Pria itu menendangnya sekali. "Aku hanya bicara sekali, jadi dengarkan baik-baik." Nada bicaranya selalu naik, lalu turun. Dan, sebaliknya. Pria itu sangat tempramen dan bengis.

Haerin pun menatap Jungkook. Pria itu berjongkok di depannya, ikut menyeka darah di keningnya. "Aku memang tertarik dengan kecantikanmu, aku berniat mempersuntingmu, dan aku juga mau-mau saja memiliki keturunan denganmu. Tapi, ingat... ini bukan cerita fiksi murahan yang menyebalkan. Tidak ada kata 'cinta' diantara kita berdua. Jangan berharap kalau aku akan luluh dan melakukan hal-hal romantis menjijikkan."

Haerin masih diam, tatapannya berganti ke tato di dada Jungkook.

"Aku sedang berbicara, Señorita. Tolong lihat mataku." Pria itu menarik dagu Haerin dengan ujung telunjuk. "Ayahku sudah mendesakku untuk menikah. Jadi, aku menikahimu hanya untuk status. Tenang saja, kau akan menjadi Señora di kediamanku. Kau akan dihormati sebagai istriku."

"Tapi, kau tidak bisa memaksaku!"

"Aku selalu mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku ingin dirimu, maka aku harus mendapatkanmu." Jungkook membasahi bibirnya, kemudian mengusap kepala Haerin dengan lembut. "Berapa usia kandunganmu?"

"Aku tidak tahu."

"Membunuh bayi yang tak berdosa adalah kejahatan yang mengerikan. Aku beri waktu sampai kau melahirkan anakmu itu, lalu kita bisa menikah." Jungkook menghela napasnya, langsung mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya. Pria itu menyeka darah di kening Haerin dengan sapu tangannya. "Urusanku banyak. Aku mungkin jarang datang ke sini sampai kau melahirkan. Dan, jangan sekali-kali mencoba melarikan diri atau kau kutembak mati."

Wanita itu menangis. Entah bagaimana takdirnya hingga ia dipertemukan oleh pria seperti Jungkook.

"Tangisanmu tidak meluluhkanku, Senorita." Jungkook benar-benar lupa nama Haerin, ia hanya memanggil wanita itu dengan sebutan 'nona'.

"Aku bukan tipe orang yang hanya mau diuntungkan. Jika kau dan kakakmu benar-benar mengabdi padaku, maka aku akan meringankan tanganku untuk membantu kalian balas dendam pada para pembunuh itu dan...." Jungkook menunjuk perut Haerin. "Ayah anakmu ini."

Jungkook tersenyum pada Haerin. "Ada lima pengawal dan lima pelayan yang akan mempermudah urusanmu. Sampai kau berbuat yang tidak-tidak, maka aku akan melampiaskannya pada mereka. Karena mereka lalai dalam tugasnya. Jadi, kalau kau menjunjung apa itu hak asasi manusia, maka tolong dengarkan ucapanku ini demi keselamatan mereka."

Usai mengucapkan hal itu Jungkook pun menegakkan tubuhnya. Pria itu langsung merangkul pinggang ramping wanita yang datang bersamanya. Wanita itu terlihat lebih dewasa dari Jungkook, pakaiannya sangat terbuka. Jungkook mencium wanita itu di depan Haerin, satu tangannya masuk ke dalam gaun ketat itu dan meremas payudara wanita itu.

"Satu lagi, Señorita." Jungkook melepaskan ciumannya dan melihat Haerin. "Jangan terkejut kalau melihatku sedang bercumbu atau bersetubuh dengan wanita cantik, pria tampan, dan yang lainnya. Anggaplah sebagai hal yang wajar, karena hobiku adalah memuaskan diri dengan hal-hal yang indah." Pria itu kembali tersenyum, kemudian membawa wanita itu keluar rumah.

Setelah Jungkook keluar, Haerin baru bisa mengembuskan napasnya. Dadanya sakit sekali, ia meringkuk dan menangis sekali lagi.

Di luar rumah, Jungkook melepaskan rangkulannya di pinggang wanita itu. Pria itu mengenyitkan keningnya ketika melihat seorang pria sedang berlutut di depan para pengawalnya. Hari sudah gelap, Jungkook juga enggan melihat wajah pria yang berlutut itu. Yang pasti, hidungnya sudah patah dan mengeluarkan darah.

"Dia menguntitmu, Joven Maestro," ujar salah satu bawahannya.

Jungkook menoleh ke arah wanita cantik itu, lalu tersenyum dan meminta wanita itu masuk ke dalam mobil. Ia pun berjongkok di depan pria yang memakai jaket hitam itu. Tangan Jungkook naik, mengusap kepala pria itu dengan lembut dan menatapnya dengan tatapan iba. Perlahan tangannya turun dari kepala itu, mereba hidung yang patah lalu berujung di bibir pria itu.

"Katakan padaku." Jungkook melihat bibir pria itu. "Siapa tuanmu?"

Pria itu diam. Ia adalah bawahan Seokjin, dulu juga berprofesi sebagai angkatan militer. Sampai mati pun, ia tak mungkin membocorkan identitas tuannya, sebab pengabdiannya tak terbatas. Hampir semua bawahan Seokjin adalah mantan angkatan militer yang keluar karena terjerat kasus atau pensiun dini. Seokjin tahu jika orang-orang itu memiliki pengabdian yang tinggi dan Seokjin dapat mempercayainya.

"Kau tak mau mengatakannya?" tanya Jungkook dengan intonasi yang pelan. Kepalanya mengangguk. "Baiklah." Pria itu mengaluarkan cerutu dari dalam sakunya, lalu membakar ujungnya. Jungkook mencengkeram kuat tengkuk pria itu, lalu memaksa pria itu mengisap cerutu yang telah dibakarnya. "Kenapa kau menguntitku?" Ia memberikan pertanyaan yang berbeda.

Lagi-lagi pria itu diam, malah mengepulkan asap di wajah Jungkook dengan berani.

Jungkook tak lagi bergerak lambat. Para pengawalnya sudah memegangi kedua tangan pria itu. Jungkook langsung memaksa salah satu mata pria itu terbuka. Ia menyundutkan bara api di ujung cerutut ke bola mata pria itu.

"AARGH!"

Tak ada rasa bersalah sedikit pun dari raut wajahnya. Jungkook mendiamkan bara api cerutu di bola mata pria itu sampai mati, sampai meninggalkan asap hitam.

SRET! Jungkook menjambak rambut pria itu dengan kuat.

"Siapa?" Satu alis Jungkook terangkat. "Kyo Seokjin?" tebak Jungkook.

Tak lama seorang pengawal datang. Ia berhasil membuka password ponsel pria bawahan Seokjin. Kemudian menunjukkan pada Jungkook beberapa catatan panggilan di dalam ponsel itu. Jungkook akhirnya melepas jambakannya dan kembali menegakkan tubuhnya. Ia langsung menelepon Seokjin saat itu juga. Jungkook bukanlah tipe yang diam jika diganggu. Ia akan bergerak maju sampai musuhnya mundur dengan teratur.

Panggilan itu diangkat oleh Seokjin. Jungkook tak mau berbicara duluan.

"Bagaimana? Kau tahu di mana keberadaan wanita itu?" tanya Seokjin.

"Wanita?" ulang Jungkook.

Seokjin terdengar tertawa keras sekali. "Wah, akhirnya aku berbicara lagi dengan kawan lamaku. Bagaimana Antonio? Kau kekurangan uang untuk membeli cerutu mahalmu sampai mengambil ponsel bawahanku?" Seokjin juga tidak ada takutnya. Ia tak menunjukkan rasa takut, gelisah, atau panik. Malah mengajak Jungkook berbincang dengan kalimat non formal. "Kau mau menjual ponsel itu padaku? Mau nego berapa?" Seokjin terus meledeknya.

Jungkook tersenyum mendengar ocehan Seokjin. "Kupikir kau pandai dengan tidak menyapa duluan si penelepon. Sekarang aku jadi penasaran siapa wanita yang kau maksud?"

"Sengaja, karena bawahanku tidak pernah meneleponku tanpa menyapaku duluan." Seokjin terkekeh lagi. "Aku mencari Son Haerin."

"Aku membawanya."

"Berikan padaku."

"Semudah itu?" Jungkook menatap bawahan Seokjin yang tetap berlutut dengan salah satu mata tertutup. "Pablo memberikannya sebagai imbalan."

"Tukar dengan satu truk berisi cerutu mahal."

"Yak, kau pikir aku anak kecil, hm?" Jungkook membasahi bibirnya. "Kenapa kau mengingingkannya?"

"Son Jaekim ingin menjodohkan putrinya padaku."

"Tunagannya dulu adalah putra pemilik Cleon Property bernama Ong Yoongi." Jungkook tahu hal itu dari data-data yang dicari bawahannya. "Mereka sudah memutus pertunangan itu. Kau pikir aku tidak tahu apa-apa?"

"Ya, sebelum menjodohkannya dengan putra pemilik Cleon Property itu, Son Jaekim ingin menjodohkannya denganku." Seokjin diam sejenak. "Karena satu hal dan yang lain, akhirnya perjodohan kami dibatalkan. Sekarang Ong Yoongi sudah membuangnya, berikan dia padaku. Aku menyukainya, aku mencintainya sejak lama." Seokjin berbohong, padahal ia baru saja bertemu Haerin lagi beberapa bulan yang lalu.

Dulu, Son Jaekim memang ingin menjodohkan Haerin dengan Seokjin. Seokjin juga sempat bertemu Haerin saat wanita itu masih SMP. Usianya memang berbeda jauh dari Haerin. Saat bertemu Seokjin sudah menjadi tentara angkatan laut. Ia juga sebenarnya bingung karena sang ayah menjodohkannya dengan gadis di bawah umur. Bukankah hal itu terlalu dini? Seokjin juga bertanya-tanya mengapa ayahnya begitu terburu-buru.

Namun, tiba-tiba Jaekim dan sang ayah bertengkar hebat hingga perjodohan itu putus. Jeokim akhirnya menjodohkan Haerin dengan Yoongi. Lalu, Seokjin naik jabatan dan lebih fokus pada tugasnya sebagai angkatan laut. Seokjin tak pernah lagi mendengar kabar tentang keluarga Son sampai ia mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal mendadak.

"Hei." Jungkook tertawa.

Sebenarnya agak penasaran mengapa Seokjin tiba-tiba menginginkan putri Son Jaekim juga. Pasti ada alasan kuat Seokjin menginginkan wanita itu, terlebih Jungkook tahu bagaimana ambisiusnya Seokjin menjatuhkan keluarganya.

"Klaimku bersifat mutlak, dia sekarang calon istriku. Aku tak mau memberikannya padamu." Ya, Jungkook yakin pasti ada satu hal yang diinginkan Seokjin dari Haerin.

Mungkinkah tentang chip itu? tanya Jungkook dalam hati.

"Kau menginginkan Vanta Seoul Casino, bukan?"

Jungkook tetap mendengarkannya dan mengatakan, "Sejak ibunya meninggal, Yok Namjoon tiba-tiba memutus tali bisnis dengan keluargaku. Sayang sekali, kasino sebesar itu harus berdiri independen."

"Yok Namjoon tidak pernah memperlihatkan kekayaannya, tapi yakinlah dia dua kali lipat lebih kaya dibandingmu. Aku juga sempat menawarkan investasi, sayangnya dia menolaknya," ucap Seokjin.

"Lalu?"

"Aku dekat dengan kembarannya. Aku bisa memanfaatkan hal itu untuk membantumu mendapatkan kasino itu."

"Oh, kau sedang mengajakku kerja sama untuk mengkhianati Senor Dimetrio, ayahku?"

"Aku mengajakmu kerja sama agar kau mau memberikan Son Haerin padaku."

Mendengar hal itu, Jungkook kembali berpikir keras. Sebenarnya apa yang Seokjin incar dari Haerin sampai mau mengajak kerja sama untuk mendapatkan Seoul Vanta Casino? Jungkook memainkan lidah di di dalam mulutnya. Vanta Seoul Casino sangat menguntungkan untuknya, tapi Haerin lebih membuatnya penasaran. Kali ini Jungkook tidak bisa menggunakan kelicikannya untuk mendapat keduanya, karena Jungkook harus bermain hati-hati. Seokjin itu cerdik, bisa saja Jungkook terjebak dan malah rugi besar.

Pria itu dihadapkan dengan dua pilihan. Antara Vanta Seoul Casino atau Haerin?

Jadi, mana yang lebih menguntungkan?

Toh, ayahnya juga tidak mengatakan lebih jauh mengapa memilih Haerin sebagai istrinya. Tidak mungkin hanya karena masa lalu sang ayah yang tidak bisa mendapatkan ibu Haerin. Langkah Yeosam itu tak pernah salah. Jika Yeosam menginginkan Haerin menajdi menantunya, pasti wanita itu memiliki kelebihan dari segala hal.

"Antonio, jangan berpikir terlalu keras. Aku tahu kau ingin kasino itu."

Jungkook mengambil napas, lalu membuangnya. "Señorita itu akan menjadi milikku selamanya." Dalam artian, Jungkook memilih Haerin. Dan, Jungkook berharap kalau pilihannya kali ini tidak salah.

🍂🍂🍂

Krek.

Taehyung diam sejenak begitu membuka pintu apartemennya. Pria itu melihat sepatu yang tak asing di dekat rak. Televisi dan lampu pun menyala. Ia adalah orang yang tertutup. Taehyung sudah lama tinggal sendiri di apartemen kecil itu. Jarang menyapa tetangga juga, karena Taehyung pulang untuk tidur saja. Pria itu melepaskan jaket kulit yang dikenakannya, kemudian melangkah tanpa suara dengan tangan mengenggam pistol hitam. Apartemen itu sangat kecil, hanya memiliki satu kamar, satu toilet, dan ruang keluarga tanpa sekat menuju dapur. Dari arah pintu, ia bisa melihat ada bayangan di dapur.

"Oh!" Seorang wanita muncul dari balik dapur, membawa panci berisi ramen panas. Wanita itu mengikat rambutnya asal, memakai kaus Taehyung yang kelonggaran, dan memakai celana piyama Taehyung. "Hai," sapanya sambil tersenyum. Wanita itu langsung meletakkan panci di atas meja dan duduk di lantai. "Aku lapar." Ia memakan ramen itu sembari menonton televisi.

"Mau ramen juga?" tawarnya.

Taehyung menurunkan pistolnya dan meletakkannya di atas meja. Pria itu melepaskan kaus yang dipakainya dan mengambil handuk. Ia tak menjawab pertanyaan wanita itu, langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Aish, dia dingin sekali," gumam wanita itu kemudian melanjutkan makannya.

Taehyung mandi sangat cepat, ia langsung masuk ke kamar untuk mengganti baju. Lemarinya benar-benar berantakan, seperti habis dirampok. Taehyung hanya mengembuskan napasnya, ia menata kembali pakaian-pakaiannnya sampai rapi. Setelah itu, ia baru keluar kamar dengan rambut yang basah. Taehyung tetap mengacuhkan wanita itu dan langsung meneguk bir dari dalam kulkas.

"Tae, kau sudah makan malam?" Wanita itu menghampiri Taehyung. "Mau kubuatkan?" tanyanya dengan tatapan sedih.

"Kau tahu dari mana aku tinggal di sini?" tanya Taehyung.

"Ya, mencari tahu."

"Sudah selesai makannya, 'kan?" Taehyung menunjuk pintu keluar. "Cepatlah pergi dari sini."

"Tidak." Wanita itu langsung memeluk Taehyung. "Aku mau di sini, soalnya aku merindukanmu, Tae."

Pria itu tak mengelak, membiarkan wanita itu memeluk tubuhnya. "Hanya sampai besok."

"Ya, tentu saja." Wanita itu melepaskan pelukannya, lalu melihat Taehyung. "Kau sehat, 'kan?" Ia meremas lengan Taehyung. "Sepertinya ototmu hilang."

"Diet," jawab Taehyung singkat. "Agar gesit."

"Kau masih menjadi bodyguard para mafia itu?"

"Ya." Taehyung menatap wanita itu. "Bagaimana pendidikan kepolisianmu?"

"Lancar."

"Beritahu aku kalau sudah dilantik. Nanti kukirim bunga kesukaanmu."

Wanita itu menganggukkan kepalanya dan tertawa. Ia mencubit puting Taehyung dengan gemas, lalu menyalakan kompor. "Aku buatkan ramen untukmu. Tak ada penolakan."

Tepat itu juga Taehyung tersenyum tipis. "Bagaimana kabar kakakmu?"

"Aish, kakak?" Wanita itu tertawa, ia berbalik dengan sumpit di tangannya. "Kakak yang mana, hm?"

"Jin," ucap Taehyung.

"Dia baik." Benar, wanita itu adalah adik Seokjin yang tengah menjalani pendidikan kepolisian. Namanya Kyo Soona, wanita itu memiliki hidung yang tinggi dan mata yang indah. Wajahnya sangat cantik, apalagi dengan double eyelid di salah satu matanya.

"Kenapa tiba-tiba menanyakannya? Kau mau bertemu dengannya saat acara pelantikanku nanti?" tanya Soona.

"Tidak." Taehyung mengembuskan napasnya lagi. Ia meneguk minuman itu sampai habis. "Kudengar dia dekat dengan saudara kembar Yok Namjoon." Pria itu memiliki koneksi yang terselubung dan tahu segalanya.

"Namra sahabatku, aku mengenalkan Namra padanya supaya dia cepat menikah. Dia sekarang mengurus Kyo ZX Group sendirian, pasti banyak tekanan. Apalagi dia sangat terpukul dengan kepergian Appa." Soona mengaduk ramen yang diseduhnya. "Kau sendiri sudah merencanakan untuk menikah? Kau hidup sendiri, apa tidak sepi?"

"Kau mau menikah denganku?" tanya Taehyung.

Soona langsung tertawa. "Sudah punya pacar, 'kan?"

"Kau pacarku, Kyo Soona. Buktinya mau membuatkan ramen untukku."

Soona mengangkat panci itu dan meletakannya di meja. Ia menarik tangan Taehyung agar duduk bersamanya. "Makanlah...." Wanita itu tak sengaja melihat bagian belakang telinga Taehyung.

Ia dengan cepat memegangi leher Taehyung, menyingkirkan rambut Taehyung dan melihat tato di sana. "Van VEM072?"

Taehyung langsung mendorong Soona agar menjauhinya.

"Hei, hapus tatomu itu, Tolol!"

"Kenapa?" Taehyung melirik Soona. "Namaku Van. Ada yang salah?"

"Sampai kau bertemu VEM yang lain, mereka akan mengenalimu." Soona yang panik sendiri. "Ya ish, si tolol ini! Mana angka belakangnya dua." Wanita itu langsung mengeluarkan ponselnya, ia menunjukkan foto Namjoon di ulang tahun Namra kemarin lusa. Wanita itu memperbesar gambarnya, lalu menunjuk ke arah telinga Namjoon. Saat itu Namra menarik rambut Namjoon dan berpose random, jadi belakang belakang telinga Namjoon terlihat.

"Namjoon adalah VEM053."

"Angka belakangnya tiga, sedangkan aku dua," ucap Taehyung. "Lihatlah, dia saja tidak menghapus tatonya dan baik-baik saja, bukan?"

"Tetap saja! Untuk jaga-jaga harus dihapus."

"Nanti aku pikirkan." Taehyung langsung melihat ponsel Soona. "Ponselmu kameranya jernih sekali. Aku mau juga."

"Nanti kubelikan," ucap Soona. "Makan dulu." Soona melirik Taehyung yang makan. Ia datang untuk menanyakan hal ini. "Oh ya, Tae. Dulu Jin punya senapan bewarna hitam pekat. Dia bilang padaku, dia memberikan senapan itu padamu karena kau membuatnya terkesan dengan teknik menembakmu."

Taehyung mengangguk. "Ada di kamar."

"Kapan dia memberikannya padamu?"

"Sudah lama. Kenapa?"

"Aku bertanya saja."

Taehyung langsung diam, ia melirik Soona. "Pasporku sudah kadaluarsa. Aku tidak bisa pergi ke luar negeri lima tahun belakangan ini." Taehyung meletakkan sumpitnya, kemudian menyudahi makannya. Padahal ramennya belum habis. "Pakailah kamarku, aku tidur di sofa."

Soona langsung diam, karena ekspresi wajah Taehyung sudah menjelaskan semuanya. Pria itu marah karena Soona tiba-tiba menanyakan hal yang seharusnya tidak ditanyakan.

"Tae."

Taehyung menoleh.

"Aku mau tidur bersamamu. Kakak pertamaku tak memedulikanku lagi sejak pindah kewarganegaraan. Jin sibuk dengan urusan Kyo ZX Group dan mulai dikelilingi kegelapan. Kembaranku...." Soona menatap mata Taehyung sendu. "Dia juga bersikap dingin padaku. Setidaknya beri aku satu kesempatan untuk bersama Van Taehyung malam ini. Dari semua orang yang dekat denganku, hanya kau yang bisa merasakan apa yang kurasakan."

Pria itu berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. "Kemarilah." Ia merentangkan tangannya dan membiarkan Soona kembali memeluknya.


🍂🍂🍂

Haerin memegangi kepalanya yang diperban. Rasa nyerinya tak kunjung hilang dan ia masih terbayang-bayang bagaimana Jungkook memukulnya dengan balok es itu. Sebelum menikah saja, pria itu sudah memperlakukannya kasar. Lantas, bagaimana kalau sudah menikah nantinya?

Haerin menunduk, melihat gelang elektronik yang dipasang di kakinya. Gelang itu menggunakan baterai yang harus dicas setiap enam jam sekali. Jadi, setiap enam jam ada pelayan yang membantu Haerin mengisi baterai gelang elektronik itu.

Wanita itu seperti tahanan rumah yang diperlakukan bak seorang ratu. Semua kebutuhannya terpenuhi di sini. Makanan yang disuguhkan sangat lezat. Fasilitas rumah sangat mumpuni. Haerin juga bisa membeli apa pun dengan cara memintanya pada para pelayan, karena Jungkook sudah memberikan salah satu blackcardnya untuk membeli kebutuhan Haerin. Dokter kandungan juga rutin sekali memeriksanya. Para pelayan juga sangat memperhatikannya, salah satunya melarang Haerin begadang.

Tapi, Haerin tidak bisa tidur sedikit pun. Walaupun suasana rumah itu aman dan nyaman, Haerin tetap belum bisa menerima hal ini. Ia lebih nyaman tinggal sendirian di apartemennya dulu dibanding di sini.

Lagi pula, Haerin masih bertanya-tanya. Jungkook baru pertama kali bertemu dengannya dan ingin menikahinya? Secara tiba-tiba? Tanpa mengenal sifatnya terlebih dahulu? Jungkook bahkan lupa nama Haerin.

Bukankah aneh?

Atau, mungkin ada sesuatu yang Jungkook inginkan darinya?

Katanya, Jungkook masih sepupuan dengan Haerin, walaupun jauh sekali. Sebelum sang ayah meninggal, Haerin tidak pernah tahu kalau keluarganya masih bersaudara dengan keluarga Sir Jeon. Dan, setelah ayahnya meninggal, Jungkook baru muncul, lalu tiba-tiba ingin menjalin hubungan pernikahan dengannya?

"Señorita?"

Haerin terkejut dengan kedatangan seorang pelayan di kamarnya. Di sini, Haerin dilarang keras menutup pintu kamar dan pintu kamar mandi. Pergerakan Haerin tidak boleh tertutup sama sekali. Pelayan-pelayan itu bilang, mereka akan berjaga bergantian di pintu saat Haerin tidur. Begitu juga kalau Haerin sedang mandi atau buang air.

"Joven Maestro dan Señor Dimetrio datang berkunjung."

"Dimetrio siapa?"

"Señor Dimetrio Yeosam, ayah dari Joven Masetro Antonio Jungkook."

Haerin keluar dari kamar bersama pelayan itu. Ia tak menolak sama sekali, takut kepalanya dipukul batu es lagi. Lebih baik selama di sini, Haerin mengikuti perintah-perintah konyol itu daripada ia celaka. Untuk urusan kabur, ia bisa memikirkannya setelah pulih nanti.

Begitu sampai di ruang keluarga, Haerin langsung disambut oleh senyuman Yeosam. Pria itu mendekat ke arah Haerin lalu mengecup punggung tangan Haerin.

"Maaf, aku baru bisa berkunjung malam, Señorita," ucap Yeosam. Sebagian rambut pria itu sudah memutih, tapi tubuhnya masih gagah. Meskipun masih kalah tampan dari ayah Haerin, tapi Yeosam sangat kharismatik. Pria itu bisa memikat dengan senyumnya.

Haerin melirik Jungkook yang berdiri tak jauh darinya. Jungkook langsung tersenyum padanya. Sungguh, kalau dilihat lebih jauh... senyuman Jungkook hampir mirip dengan senyum Yeosam. Manisnya keterlaluan! Mirisnya, senyum itu tetap tak bisa mengalahkan sifat bengisnya.

"Aku sudah tahu sebagian tentangmu. Rupanya kau benar-benar secantik itu. Tak salah Antonio memilihmu menjadi istrinya." Yeosam berbicara seolah Jungkook lah yang menginginkan Haerin. Padahal dirinya sendiri yang ingin menikahkan putranya dengan Haerin.

"Antonio bilang⸺"

"Panggil dia dengan hormat, Señorita," potong Yeosam, seolah mengingatkan Haerin bahwa level mereka berbeda.

Haerin lupa. "Tuan Antonio bilang kita masih sepupuan?"

"Benar." Pria itu menunjuk dahi Haerin. "Dahimu baik-baik saja, Señorita?"

Wanita itu melihat Jungkook. "Aku jatuh."

Mendengar hal itu, Jungkook baru percaya kalau Haerin memang lemah dan rela ditindas. Pria itu tersenyum lagi. "Señorita harusnya hati-hati," ujar Jungkook. "Perlukah aku mengganti lantainya malam ini? Telapak kakimu terlalu lembut untuk bersinggungan dengan lantai licin ini. Sungguh, aku jadi mencemaskanmu, Señorita." Secara tak langsung, Jungkook sedang meledek Haerin.

"Apa masih sakit?" Yeosam kembali melihat dahi Haerin. "Kalau masih sakit, aku akan memanggil dokter pribadi keluarga kami."

"Tidak perlu."

Jeosam memanggil pelayan yang tadi mengantarkan Haerin. "Siapa yang bertugas membersihkan lantai hari ini?"

"Saya, Señor." Pelayan itu langsung berlutut di depan Yeosam. "Maafkan saya." Pelayan itu tidak berani mengatakan bahwa Jungkook lah yang membuat Haerin terluka. Dibanding menyalahkan tuan mudanya, pelayan itu lebih memilih menyalahkan dirinya sendiri.

Haerin langsung melotot tak percaya. Ia tidak bermaksud menyalahkan pelayan itu.

Yeosam menarik lengan pelayan itu. Ia melihat salah satu pengawalnya. "Bawa dia pergi dari sini. Ganti dengan yang baru agar jumlahnya tetap lima pelayan."

"Señor...." Pelayan itu tetap memohon, namun tubuhnya sudah dibawa oleh para pengawal untuk keluar.

"Tuan... Tuan, pelayan itu mau dibawa ke mana?" Haerin bertanya dengan suara bergetar. Ia takut pelayan itu celaka.

Jeosam diam sejenak. Ketika mulutnya ingin terbuka, terdengar suara berisik dari arah luar. Pelayan wanita itu terdengar berteriak keras. Lalu⸺

DOR!

Saat itu juga, Haerin langsung melangkah mundur menjauhi Jeosam. Ia menatap pria itu tidak percaya. Ternyata Yeosam tidak ada bedanya dengan Jungkook. Haerin sampai meremas sofa dengan kuat, kepalanya kembali pening. "Akh." Ia memekik sakit. Perutnya pun kembali mual.

"Señorita...." Yeosam ingin mendekatinya, tapi Haerin terus menjauh.

Bruk.

Haerin terduduk di lantai, ia menangis sembari meremas perutnya yang sakit. "Eomma... Eomma sakit... hiks." Darah mengucur deras dari dalam kemaluannya. Haerin tambah histeris melihat kakinya sudah penuh dengan darah. "Eomma... Eomma⸺" Wanita itu kesakitan. "Akh!"

"Antonio!" teriak Yeosam karena Jungkook diam saja.

Jungkook memutar matanya kesal, lalu menggulung lengan kemejanya. Pria itu mendekat ke arah Haerin. Mau tak mau ia menggendong wanita itu dan berjalan dengan cepat menuju keluar. Gelang elektronik di kaki Haerin berbunyi keras ketika Jungkook membawa Haerin melewati pintu. Sensor gelang langsung terhubung ke aliran listrik di mana gelang itu menyetrum kaki Haerin sampai batas lutut. Haerin merasakan kram yang tak tertahankan sampai meremas kemeja Jungkook.

Pria itu langsung mendudukkan Haerin mobilnya. Ia meminta password gelang itu pada pengawalnya. Tapi, gelang itu tidak bisa dibuka. Ada kesalahan sistem sehingga password yang dimasukkan Jungkook salah. Semakin lama didiamkan, setruman di kaki itu akan terus naik dan bisa menyebabkan serangan jantung. Jungkook panik sendiri. Pria itu diam selama beberapa saat sembari menatap mata Haerin.

"Señorita...." Jungkook menarik tengkuk Haerin. "Lihat aku."

Haerin menangis, tangannya tetap meremas kemeja yang dikenakan Jungkook sampai kusut. Wajah wanita itu sudah merah padam. Ia tak tahan dengan rasa sakit yang dirasakannya.

"LIHAT AKU!" teriak Jungkook.

Haerin pun menatap Jungkook.

Sementara Jungkook diam-diam mengeluarkan pistol dari sakunya. Pria itu mengarahkan ujung pistol itu ke gelang kaki elektronik. Ia tidak ingin Haerin tahu, sebab Haerin ketakutan mendengar suara tembakan. Jika Haerin bergerak sedikit saja, Jungkook bisa salah tembak. Tangan Jungkook melingkari kepala Haerin. Telapak tangannya menutup telinga kiri Haerin, sementara ia menekan lengan berototnya supaya menutupi telinga kanan wanita itu. Ia langsung memajukan wajahnya dan mencium Haerin sebagai bentuk pengalihan.

DOR.

Keduanya tersentak karena suara tembakan itu. Jantung mereka dikejutkan, langsung memompa cepat karena tembakan itu dilakukan dalam jarak yang dekat dan di tempat yang tertutup. Gemanya membuat telinga Jungkook berdengung.

Suara gelang kaki itu sudah mati. Jungkook menjauhkan wajahnya sedikit demi sedikit dan rupanya Haerin sudah memejamkan matanya. Wanita itu tidak sadarkan diri. Melihat wajah Haerin dari dekat membuat Jungkook sedikit salah tingkah. Pria itu buru-buru membenarkan posisi duduk Haerin di dalam mobil. Ia masuk, duduk di samping Haerin dan menuntun kepala wanita itu agar tertidur di bahunya. Pria itu tak pernah bersikap romantis, hal ini tentu saja membuatnya malas.

"Akh." Jungkook memejamkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya sedikit. Telinganya berdengung lebih keras dan berdarah. Gendang telinga pria itu pecah karena suara tembakan itu. Refleks ia melihat telinga Haerin juga. Untungnya, telinga wanita itu baik-baik saja. Pria itu langsung menarik dan membuang napasnya lega tanpa peduli telinganya yang sakit.

Ya, kalau sampai Haerin sakit karena dirinya, maka sang ayah akan menghukumnya.

.
.
.

TBC.

Note : btw si tae itu jomblo disini ges.

besok aku ga up. ini juga gatauu jadwal upnya kapan. makin banyak yg tertarik, mungkin bakal makin cepet upnya. karena aku jadi semangat nulisnya hehe.

jangan lupa vote dan komen ya. makaci 💜

继续阅读

You'll Also Like

Rafa 由 inizizi

同人小说

760K 54.6K 46
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
39K 8.9K 106
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
65.3K 5.8K 15
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
255K 20.1K 97
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...