SPRING

Par frylkq

2.7K 425 29

when love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of... Plus

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35

Chapter 23

51 8 1
Par frylkq

(POV: SPRING)

                Aku menatap kosong ke arah kolam yang ada di  hadapanku. Aku menghapus sisa sisa air mata yang masih mengalir di pipiku. Aku tdak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku ingin pulang, aku juga ingin bertemu kak Jane secepatnya. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa menemukan Stella. Aku juga tidak tahu apakah Ryan sudah membalas pesanku atau belum. Tunggu, mungkin aku bisa memesan tiket pesawat untuk ke New York. Aku membawa sejumlah uang. Mungkin itu cukup untuk membeli tiket. Kemarin bibi Caroline mengirimiku uang lagi. Aku akan beli tiket saja. Aku menghampiri dua orang perempuan yang sedang mengobrol di bawah pohon.

                "Permisi, nyonya." panggilku sopan.

                Mereka berdua menoleh dan tersenyum. "Ya, ada apa?"

                "Dimana aku bisa memesan tiket pesawat?"

                "Oh. Kau bisa memesan tiket pesawat dengan harga murah di Cargo Express."

                Aku mengerutkan dahi. "Bisa kau tunjukkan padaku dimana itu?"

                Wanita yang berambut pirang mengangguk. "Sure. Dari taman ini kau belok kanan, terus saja sampai kau menemukan deretan toko panjang, Cargo Express salah satu dari toko toko itu. Tepatnya ada di 11th Avenue."

                Aku mengangguk ngangguk. "Baiklah, terima kasih kalau begitu."

                Mereka tersenyum. "It's okay."

                Aku segera pergi sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan menemukan Cargo Express seperti yang mereka maksud. Aku mengecek perlengkapan yang diperlukan untuk memesan tiket. Uang, paspor, tanda pengenal, tunggu tunggu....tanda pengenal? What the fuck! Tanda pengenalku masih ada di Zayn. Oh god. Bagaimana aku bisa lupa dengan barang penting seperti itu. Aku tidak akan bisa memesan tiket kalau tidak ada tanda pengenal. Sialan. Itu artinya aku harus ke rumah Zayn lagi. Oh? Dan aku harus bertemu dengan tunangannya yang menyebalkan lagi? Aku memang benar benar sial.       

*************************

                Aku berdiri di depan rumah Zayn sambil berjinjit sedikit untuk melihat isi rumahnya. Kelihatannya dia belum pulang. Aku juga tidak mungkin menunggu di dalam. Aku menghapus keringat yang mengalir di dahiku sambil berharap Zayn datang dan memberikan tanda pengenalku. Aku menoleh lagi ke belakang dan terkejut karena Zayn sedang menatapku. Aku segera membalikkan badan. Astaga. Aku tidak punya pilihan. Aku tidak tahu apakah aku harus menemuinya atau pergi. Tapi kalau aku pergi aku tidak akan mendapatkan tanda pengenalku. Tapi bagaimana kalau tunangannya yang menyebalkan itu tahu dan marah marah lagi? Aku segera menarik koperku dan berniat menaiki tangga tapi tiba tiba sebuah tangan besar menahan tanganku. Aku terlonjak dan membalikkan badanku. Zayn mencekal pergelangan tanganku sambil menatapku intens namun kemudian merenggang saat aku berbalik menatapnya. Aku menundukkan kepalaku dan menarik tanganku dari genggamannya.

                "Kenapa kau pergi?" tanyanya ketus.

                Aku menggigit bibir bawahku. "Ada tunanganmu. Tidak enak kalau aku masih terus tinggal di rumahmu."

                Zayn mendengus. "Setidaknya tunggulah sampai aku pulang."

                "Aku tidak punya waktu untuk itu."

                Zayn menaikkan kedua alisnya. "Tidak punya waktu? Memangnya kau sedang terburu buru?"

                Aku menggeleng. "Aku kan sudah bilang. Tunanganmu menyuruh agar aku cepat pergi. Aku tidak punya hak untuk menolak."

                Zayn tertawa sarkas. "Lalu kenapa kau kembali?"

                Aku merengut kesal. "Kau masih membawa tanda pengenalku. Aku tidak bisa membeli tiket tanpa tanda pengenal."

                "Oh? Memangnya kau punya uang untuk beli tiket pesawat?"

                Aku mengedikkan bahu. "Kemarin bibiku mengirim sejumlah uang. Tapi aku tidak tahu apakah itu cukup atau tidak. Memangnya berapa harga tiket pesawat ke New York?"

                Zayn menghela nafas beberapa saat. "Lebih dari $100 kalau kau membeli tanpa memesan jauh jauh hari."

                Aku menganga lebar. "Yang benar saja! Aku tidak punya uang sebanyak itu."

                Zayn memutar bola matanya. "Kan aku sudah bilang. Tunggu aku pulang dulu."

                Aku menatapnya ragu. "Memangnya apa keuntungannya kalau aku menunggumu pulang?"

                Zayn menatapku tajam. "Temanmu membalas pesan yang kau kirim."

                Aku menatapnya dengan mata berbinar binar. "Oh? Benarkah? Dia menjawab pesanku?"

                Zayn mengangguk kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. 

                Aku tersenyum lebar ke arahnya. "Tunjukkan padaku. Itu sangat penting untukku."

                Zayn memutar mutar mulutnya beberapa saat. "Ya. Baiklah. Asal kau harus janji kau tidak akan pergi tanpaku."

                Aku memutar bola mataku kesal. "Iya, iya. Sudah, tunjukkan saja."

                Zayn menyodorkan ponselnya dan aku segera mengecek balasan Ryan.

                @ryancalton: @springfoster California? Yang benar saja! Bagaimana kau bisa sampai di sana? Alright, alright, dimana kau sekarang? Tunjukkan tempatmu berada. Aku akan segera menjemputmu."

                Aku segera membalasnya.

                @springfoster: @ryancalton Aku ada di Manhattan Beach 9th Avenue. Aku menumpang tinggal dengan seorang laki laki yang memberikanku tumpangan untuk sementara. Tolong, jemput aku secepatnya.

                Aku menyodorkan ponsel itu ke Zayn setelah pesannya terkirim. "Terima kasih sudah meminjamiku ponsel. Aku akan segera pergi setelah temanku menjemputku."

                Zayn menatapku ragu. "Memangnya kapan temanmu akan menjemputmu?"

                Aku mengedikkan bahu. "Dia bilang secepatnya. Mungkin besok? Mungkin juga nanti?"

                Zayn memasukkan ponselnya ke dalam saku kemudian berbalik menatapku. "Tidak usah pergi terlalu cepat.

                Aku tersenyum masam ke arahnya. "Aku tidak akan pergi terlalu cepat, tapi aku pasti akan pergi."

                Zayn tidak menghiraukan perkataanku barusan melainkan langsung menarik tanganku ke arah mobilnya.

                "Zayn! Kita mau kemana?" tanyaku sambil terseyok seyok karena dia menyeretku.

                "Sudah, ikut saja. Aku ada banyak urusan."

                Aku mengerutkan dahi. "Urusan? Tapi...tapi bagaimana dengan tunanganmu?"

                Zayn memutar bola matanya. "Biarkan saja. Aku saja tidak memperhatikannya, kenapa kau begitu perhatian kepadanya?"

                Aku mendengus. "Tapi kan dia-"

                Zayn menatapku menggertak. "Sudah diam!"

                Aku merengut kesal dan memilih untuk diam daripada digertak terus. Zayn memasang sabuk pengamannya kemudian berbalik menghadapku dan mendekatkan tubuhnya.

                Aku menatapnya antipatif. "Mau apa kau?"

                Zayn memutar bola matanya. "Sabuk pengaman."

                Aku menjauhkan tubuhnya dariku. "Aku bisa memasangnya sendiri. Tidak usah terlalu dekat denganku."

                Zayn mendecak kesal kemudian segera menjauhkan tubuhnya dariku. Zayn melajukan mobilnya tepat setelah aku mendengar suara teriakan tunangannya. Aku hendak memberitahu Zayn, tapi aku mengurungkan niat itu. Zayn tidak mungkin menggubrisnya.


a/n: don't be a silent readers dong guys, kan gue penasaran kenapa banyak yang baca tapi kok votenya masih dikit;( comment juga dong kalo bisa biar gue tau pendapat kalian tentang cerita ini.thanks buat yg udah vomments. yang belum vomments, gue do'a in semoga cepet sadar:D keep reading yawww!!

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

88.6K 17.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
71.8K 7.3K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
194K 9.5K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
48K 4.1K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...