Waiting [Miya Osamu x Reader]

Por Akashi_Ayy20

332 79 52

Cinta pertama, sebuah perasaan yang masih memiliki kepolosan di dalamnya. Meskipun sudah bertahun-tahun berla... Más

2. Masih Kecil

1. Pertemuan dan Perpisahan

189 40 31
Por Akashi_Ayy20

9 years old

Jam pulang sekolah merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi semua murid. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi bocah manik kelabu yang saat ini tengah sibuk mencari sesuatu di setiap laci meja.

Nama bocah manik kelabu itu adalah Miya Osamu.

Air mata tak kunjung berhenti mengalir sampai mengeluarkan suara isak tangis kecil dikarenakan kontak bento kesayangan yang hilang entah ke mana.

Di saat Osamu masih sibuk mencari barang berharga, seorang gadis kecil datang memasuki ruang kelas karena penasaran dengan asal suara tangisan tersebut.

"Hey."

Panggilan gadis kecil itu sontak membuat Osamu menoleh dengan air mata yang masih mengalir. Tak peduli nantinya akan dikatakan sebagai anak yang cengeng, ia hanya ingin kotak bentonya bisa ditemukan demi menghindari amukan sang Bunda.

"Kenapa kau menangis?" tanya sang gadis kecil berjalan menghampiri Osamu.

"Kotak bentoku hilang. Aku takut Bunda marah, hiks."

"Jangan menangis, aku akan membantumu mencari kotak bentomu yang hilang."

Gadis kecil itu mencoba menenangkan Osamu agar bisa menjadi lebih tenang. Dengan cepat, Osamu segera menyeka air matanya menggunakan lengan baju yang ia kenakan.

"Be-benarkah?"

"Iya. Ayo kita cari bersama-sama."

Suasana hati seketika berubah, raut wajah yang sedih itu kini menjadi berseri-seri. Osamu bahkan sudah lupa bahwa sebelumnya ia sempat menangis di hadapan sang gadis kecil yang sekarang ini membantu mencari kotak bento miliknya.

Mereka pun mulai mencari bersama-sama. Namun setelah memeriksa hampir semua laci meja, keduanya belum berhasil menemukan kotak bento milik Osamu.

"Kau yakin kotak bentomu ada di dalam kelas?" tanya sang gadis kecil.

"Entahlah, tapi saudara kembarku sendiri yang bilang dia menyembunyikan kotak bentoku di kelas."

Seketika gadis kecil itu berhenti mencari untuk sesaat, "Tunggu sebentar, jadi yang menyembunyikan kotak bentomu itu saudara kembarmu sendiri?"

Osamu mengangguk, "Iya. Dia adalah makhluk paling menyebalkan yang aku kenal. Aku yakin dia pasti anak adopsi Bunda."

"Lho, kalau saudara kembarmu anak adopsi, berarti kau juga sama, dong?"

"Aku berbeda. Aku ini anak tunggal."

"Hahaha!! Kau lucu sekali."

Entah mengapa Osamu mulai terpanah memandang sang gadis kecil yang tertawa karena dirinya. Ia masih belum mengerti perasaan apa yang ia rasakan saat ini.

"UWAA!!"

Osamu yang sebelumnya sempat melamun langsung terkejut sampai refleks menutup kedua telinga karena gadis kecil itu tiba-tiba saja berteriak.

"Ke-kenapa kau berteriak?"

"Itu! Kontak bentomu ada di sana!"

Sontak manik kelabu itu melihat ke arah yang ditunjukkan oleh sang gadis kecil, "Lah, iya! Kok bisa ada di atas lemari?!"

"Ckckck, kembaranmu niat sekali menyembunyikan kotak bentomu."

Osamu mengerucutkan bibir, merutuki perbuatan sang kembaran yang sudah menyembunyikan kotak bento di atas lemari.

"Ugh, lemarinya tinggi sekali."

Suara geseran kursi membuat Osamu menoleh ke asal suara. Ternyata itu adalah perbuatan sang gadis kecil yang mencoba untuk mengambil kotak bento dengan menggunakan kursi sebagai pijakan kaki.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, gadis kecil itu naik ke atas kursi, lalu mengambil kontak bento milik Osamu yang ada di atas lemari.

"Yeay! Aku berhasil mendapatkan kotak bentomu!"

Untuk kedua kalinya Osamu terpanah sampai kedua pipi gembul merah seperti tomat, sudah pasti ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya.

Gadis kecil itu pun turun dari kursi, lalu memberikan kotak bento kepada Osamu.

"Ini."

Kedua pipi gembul Osamu masih merah, bahkan tangannya sedikit gemetaran hanya menerima kotak bento tersebut.

"A-arigatou."

Sang gadis kecil tersenyum lebar, ia senang bisa membantu.

"Karena kotak bentomu sudah ketemu, aku pergi sekarang, ya."

"Tunggu sebentar!"

Begitu gadis kecil itu berniat untuk meninggalkan kelas, Osamu menghentikannya.

Gadis kecil itu menoleh menatap Osamu, "Ada apa?"

Dengan perasaan gugup, Osamu berusaha mengeluarkan suara. Ia ingin mengetahui nama gadis kecil itu.

"A-ano, aku belum tahu siapa namamu."

"Oh, iya. Kita belum kenalan, ya?"

Osamu menggangguk kecil sebagai jawaban, sedikit menunduk untuk menyembunyikan pipi gembulnya yang masih merah.

"Baiklah, aku akan memberitahu namaku. Tapi, ingat! Kau harus memanggilku senpai!"

"Kenapa aku harus memanggilmu senpai?"

"Karena aku ini kakak kelasmu. Gini-gini aku itu kelas 6, jadi kau harus memanggilku senpai."

Osamu baru tahu kalau gadis kecil yang ada di hadapannya saat ini merupakan kakak kelasnya. Perbedaan tinggi badan mereka berdua memang tidak terlalu jauh, tapi gadis kecil itu lebih tinggi dibandingkan Osamu.

"Apa tidak ada pilihan lain? Aku tidak terbiasa memanggil seseorang dengan sebutan senpai."

Gadis kecil itu berpose mikir. Sebenarnya ia ingin sekali dipanggil dengan sebutan senpai, namun apa boleh buat.

"Hmm ... Bagaimana kalau kau memanggilku 'nee-chan'?"

"Nee-chan?"

Raut wajah Osamu semakin bingung, ini bahkan lebih aneh dibandingkan memanggil dengan sebutan senpai. Mengapa merepotkan sekali hanya ingin mengetahui nama gadis kecil itu saja?

Tak ada pilihan lain, Osamu pun menyetujuinya.

"Baiklah."

Gadis kecil itu tersenyum senang setelah Osamu menuruti keinginannya, "Bagus! Kalau begitu kau bisa memanggilku (Name) nee-chan!"

"(Name) ... nee-chan."

Rasanya aneh sekali bertemu seseorang yang meminta dirinya dipanggil dengan sebutan 'nee-chan', padahal mereka berdua baru pertama kali saling bertemu.

Namun, Osamu sama sekali tidak merasa keberatan. Sebaliknya, ia merasa senang bersamaan dengan perasaan asing yang masih belum diketahui.

"Benar, panggil aku (Name) nee-chan."

Gadis kecil bernama (Name) tersenyum bangga, serasa memiliki seorang adik kecil yang menggemaskan.

"(Name) nee-chan, apakah aku boleh bertanya sesuatu sama nee-chan sebelum nee-chan pergi?"

"Boleh, boleh. Asalkan jangan tanya pelajaran sama diriku, apalagi matematika."

'Aku bingung harus merespon seperti apa,' batin Osamu sweatdrop.

"A-ano, sebenarnya sejak tadi aku merasakan perasaan yang aneh selama bersama nee-chan. S-seperti jantung yang berdebar-debar gitu. A-apa aku sakit?"

(Name) terdiam untuk sesaat, lalu ia tertawa sampai membuat Osamu semakin kebingungan karena tak mendapatkan jawaban.

"Ke-kenapa nee-chan malah tertawa?"

"Aduh, gak kuat! Aku baru pertama kali bertemu bocah sepolos dirimu, hahahaha!"

"A-aku hanya bertanya! Jelaskan kepadaku, nee-chan!"

(Name) menyeka air mata selepas tertawa, tak menyangka bocah yang ada di hadapannya saat ini begitu polos.

"Sebelumnya aku ingin bertanya terlebih dahulu kepadamu, apa kau pernah merasakan perasaan itu sebelumnya?

Osamu hanya menjawab dengan gelengan kepala, tangan kanan memegang dada yang masih berdebar-debar.

"Jadi begitu, ya. Sebenarnya aku tidak mau terlalu percaya diri, tapi mungkin saja kau jatuh cinta kepadaku."

"Cinta? Apa itu cinta?"

'Masa aku harus jelasin sampai detail sama nih bocah,' batin (Name) menatap datar akan kepolosan Osamu.

Rasanya begitu sulit untuk menjelaskan. Ditambah lagi, Osamu itu masih kelas 4. Mana mungkin (Name) menjelaskan dengan detail kepada bocah yang mungkin saja hanya kagum kepada dirinya.

Lagipula, (Name) juga tak ingin memberikan harapan kepada bocah yang ada di hadapannya.

"Dengar, ini baru kemungkinan saja. Bisa saja kau hanya kagum kepadaku karena kau itu masih kecil. Lebih baik kau belajar yang rajin dan lupakanlah diriku."

Osamu tersentak kaget mendengarnya. Pasalnya, mereka berdua baru pertama kali saling bertemu, mengapa ia disuruh melupakan (Name)?

"Gak mau! Nee-chan sudah membantuku! Mana mungkin aku melupakan orang yang sudah membantuku!"

'Aish, bocah ini keras kepala sekali,' batin (Name).

"Kalau sudah besar nanti aku cuman mau sama nee-chan! Kayak Ayah sama Bunda!" lanjut Osamu.

Kini giliran (Name) yang dibuat kaget oleh perkataan Osamu, "Hah?! Maksudmu nikah?!"

Osamu mengangguk dengan yakin, meskipun ia sendiri belum tahu apa itu nikah. Ia hanya tahu Ayah dan Bunda Miya saling menyayangi satu sama lain.

"Astaga, sudah kubilang kau itu masih kecil. Kau bahkan lebih pendek dibandingkan diriku."

Kedua pipi gembul Osamu kembali menjadi merah setelah dikatakan pendek oleh (Name), namun ia tak mau kalah dari gadis kecil yang ada di hadapannya.

"Li-lihat saja nanti aku akan lebih tinggi daripada nee-chan."

"Benarkah? Asal kau tau saja, ya. Tinggiku nanti 2 meter~" (Name) tersenyum jahil.

"Ka-kalau begitu tinggiku nanti 3 meter!"

(Name) benar-benar tak bisa menahan tawa setelah mengerjai Osamu, begitu polos dan sangat menggemaskan. Ingin rasanya ia mencubit pipi gembul Osamu yang masih merah.

"Hahaha!! Kau lucu sekali. Andai saja kita sudah bertemu sejak lama, mungkin aku masih bisa memiliki banyak kenangan bersamamu."

"Hah? Apa maksud nee----"

"(Name)! Kau ada di mana?!"

Tiba-tiba saja di koridor sekolah terdengar suara wanita dewasa yang nampaknya sedang mencari seseorang. (Name) yang mengenali pemilik suara tersebut seketika menghela napas panjang.

"Maaf, ya. Sepertinya Ibuku mencariku. Senang bisa bertemu dengan mu."

Osamu tersenyum dengan wajah bersemu merah, ia sangat berterima kasih kepada (Name) karena sudah menemukan kotak bento yang disembunyikan oleh saudara kembarnya.

"Terima kasih sudah membantuku, (Name) nee-chan. Jaa nee."

(Name) hanya tersenyum dan menganggukan kepala. Namun sebelum pergi meninggalkan kelas, ia berbalik melihat Osamu dan melambaikan tangan.

"Sayonara."

Setelah mengatakan itu, (Name) berlari menghampiri sang Ibu yang mencari dirinya di koridor sekolah.

Osamu masih berada di kelas dengan senyum wajah berseri-seri sembari memeluk kotak bento miliknya. Senang rasanya bisa bertemu dengan (Name), ia berharap bahwa besok mereka berdua bisa bertemu kembali.

Namun, ada suatu kesalahan yang sangat ia sesali setelah menyadarinya.

Osamu belum memberitahu namanya kepada (Name). Ditambah lagi, ia juga lupa menanyakan nama lengkap gadis kecil tersebut.

'Dasar bodoh!'











Bersambung

Satu chapter dulu, ya. Nanti Ayy lanjut lagi pas udah selesai ujian.

Seguir leyendo

También te gustarán

45.5K 10.1K 116
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
106K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
102K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
29.1K 3.2K 14
«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nya» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru 🔞