SEPHILE

By umiimasrifah

705 129 26

"Maksudmu, kamu direktur di perusahaan Gala Trisaka Hoshmunt?" tanya Elnara ketika mendengar laki-laki didepa... More

Blurb
Part 1 - Jalan Cerita Nara
Berlogika atau tidak waras?
Usaha menghindari Aylar
Terjebak?
Undangan acara makan
Kenyataan Akara
Tujuan Aylar dan Akara
Apa Nara menerima lamaran Aylar?
Jika nanti masa lalu mengubah ekspektasiku tentangmu
Kinar dan Akara dinner

Nara menghilang

45 10 1
By umiimasrifah

"Pak Atalla," Ucap Nara saat melihat siapa yang mensejajarinya saat berjalan di koridor kantor.

"Kenapa sekaget itu? saya bukan setan ya." Ucapnya ketika Nara mulai menetralisir keterkejutannya.

"Pak Atalla, belum pulang?" tanya perempuan itu, ia jadi berpikir Aylar. Jangan-jangan laki-laki itu juga belum pulang.

"Iya masih tunggu Pak Aylar, dia akan nyusul. Mau bareng sama kita?" tanya Atalla menawari Nara, laki-laki itu memang jauh berbeda dengan Aylar. Dua saudara yang berbanding terbalik wataknya.

"Eeeh, maaf saya sudah bawa motor, Pak. Saya duluan ya, Pak. Permisi." Ucap Nara sembari melarikan diri karena dilihatnya Aylar keluar dari gedung dan mulai melangkah menuju mereka.

"Kenapa tuh anak.." Ucap Atalla pada dirinya sendiri, tidak biasanya dia ditolak seperti ini.

"Kenapa?" tanya Aylar yang sudah ada disamping Atalla. "Oh dia." Ucapnya yang melihat Nara berlari kearah parkiran. Aylar pun tertawa.

"Lah kenapa lu ketawa?" tanya Atalla yang semakin heran dengan situasi itu. Nara yang tiba-tiba lari ketakutan, dan Aylar yang tertawa sinis melihat Nara.

"Dia nggak mungkin berani ketemu gua." Jawab Aylar sembari melangkah, meninggalkan Atalla yang semakin bertanya-tanya.

"Lah lu mau kemana?" tanya Atalla yang sekarang sedang menghampiri Aylar, tadinya mereka berencana untuk pulang bareng. Tapi melihat saudaranya itu pergi dengan taksi online membuatnya harus memastikan lagi.

"Gua ada urusan mendadak, lu pulang duluan aja ya. Bye." Ucapnya sembari masuk kedalam mobil, dan meminta agar driver taksi tersebut ngebut.

***

"Assalamualaikum," Nara memasuki rumahnya ketika toko disampingnya sedang ramai pembeli.

Ibunya yang sedang melayani pembeli itu pun masih sempat menjawab salam dan menyuruh perempuan itu untuk makan. "Waalaikumsalam, makan gih Raa. Udah ibu siapin di dapur." Ucapnya, sembari memberikan kembalian pada pembeli terakhirnya.

Karena tidak ada jawaban dari Nara, ibunya kembali memanggil. "Naraaa, makan." Ucapnya mengingatkan. Tapi karena masih belum ada jawaban juga, wanita itu hendak memeriksanya kedalam rumah.

"Permisi.." Suara itu membuat wanita tersebut berhenti melangkah, mengurungkan niatnya untuk menghampiri Nara didalam rumah.

"Iya, cari apa?" tanya ibu Nara setelah melihat siapa pembelinya, laki-laki dengan kemeja warna abu yang kedua lengannya sedikit dilipat keatas.

Terlihat tampan sekali untuk kalangan pembeli ditoko atau warung mereka, biasanya hanya orang-orang desa saja yang memakai sarung atau celana boxer.

"Ehh..." Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, mencari apa yang harus dibelinya. "Air mineralnya berapa, Bu?" tanya laki-laki itu sembari mengambil dua botol air mineral dingin difreezer.

"3.500 Nak.." Jawab wanita itu.

"Beli 2 ya, Bu." Ucap laki-laki itu sembari menyodorkan uang seratus ribuan.

"Iya, Nak. Bentar ya kembaliannya." Ibu Nara menerima uang tersebut dan hendak memberikan kembaliannya.

"Nggak usah, Bu. Terima kasih ya." Dan laki-laki itu tiba-tiba pergi begitu saja, meninggalkan Ibu Nara yang masih terheran-heran.

"Ibuuk, Mbak kemana?" tanya Nara menghampiri wanita itu yang masih memperhatikan laki-laki tadi, yang kini sudah pergi dengan sebuah taksi online.

"Siapa, Buk?" tanya Nara sekilas melihat sebuah taksi online menjauh dari rumahnya.

"Orang beli minum, keren banget orangnya Raa.." Ucap wanita itu masih belum selesai mengagumi. "Semoga kamu dapat jodoh sepertinya. Ganteng, baik lagi." Tambahnya.

"Husssh ibuk, kalo suami orang gimana?" Ucap Nara menyadarkan keterkaguman ibunya.

"Nggak, ibuk yakin ini." Jawab wanita itu masih dengan keras kepalanya.

"Iya udah aamiin aamiin.." Nara mengalah daripada harus berdebat dengan ibunya. "Mbak kemana, Bu?" perempuan itu mengulangi pertanyaannya lagi yang belum dijawab oleh ibunya tadi.

"Nggak tau," Ucap wanita yang kini sudah sadar. "Kamu yaa, dari tadi diajak ngomong nggak ada sahutan sama sekali. Nggak baik itu namanya." Tambahnya.

Yang pada akhirnya membuat Nara kenyang oleh omelan. Salah dia sendiri juga kenapa diajak bicara ibunya tidak ada sahutan.

***

Aylar meninggalkan tempat yang ukurannya lumayan besar berbentuk persegi, meninggalkan wanita dengan wajah yang masih terheran-heran. Dibalik tubuhnya sayup-sayup terdengar suara perempuan dari dalam rumah.

Aylar tersenyum, ia sangat hapal suara itu.

Akhirnya Aylar bisa menemukan rumah  Nara. Laki-laki itu seolah punya misi sendiri. Dan suatu hari nanti, ia akan membuat perempuan itu tidak bisa menghindarinya lagi.

***

Aylar memasuki ruang administrasi, membuat yang ada disana terkejut. Pagi-pagi sekali memang, ia sengaja untuk mengejutkan Nara. Tapi ternyata objek yang ia tuju tidak ada ditempat.

"Anak baru udah telat." Gerutunya.

"Ada yang bisa dibantu, Pak Aylar?" tanya Nindi, kepala marketing yang sudah terkenal berusaha mendekati Aylar, secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

"Eh saya butuh laporan keuangan," Ucap Aylar sekenanya saja. "Dimana anak baru itu?" tanyanya.

"Nara sedang ambil cuti, Pak. Karena urusan keluarga, untuk laporannya sudah diberikan ke saya. Ini, Pak..." Aiyla menyodorkan beberapa lembar laporan. "Oh ya, dan sudah diemailkan juga oleh Nara ke Pak Aylar kemarin." Tambahnya yang membuat Aylar bertanya-tanya.

Kemana Nara? kemarin sewaktu laki-laki itu mengikutinya sampai rumah, Nara baik-baik saja, bahkan sempat berdebat kecil dengan ibunya.

"Pak.." Aiyla menyadarkan laki-laki itu karena laporan yang diberikannya belum juga diterima.

"Oh iya. Makasih ya." Aylar mengambil laporannya dan pergi dari ruangan tersebut.

Sedangkan ditempat lain, tepatnya Nara berada. Perempuan itu sedang melakukan tes interview, semalam ia mendapat kabar bahwa ada panggilan tes interview disebuah perusahaan yang cukup bonafit juga. Karena keinginannya untuk segera keluar dari perusahaan Aylar, Nara pun mengiyakan panggilan interview tersebut disaat tugas laporannya masih belum lengkap. Jadi Nara mengerjakannya semalaman, baru selesai jam 2 pagi dan segera diemailkannya ke Aylar dan Aiyla.

"Selamat pagi, silahkan perkenalkan diri anda.." Perekrut memulai interviewnya, antara kurang tidur dan tidak fokus membuat Nara tiba-tiba blank.

***

Aylar menatap laptop yang ada didepannya, namun tatapannya kosong. Pikirannya masih dipenuhi persepsi yang tidak-tidak, ia takut Nara sadar bahwa Aylar sudah mengetahui keberadaannya.

"Urusan keluarga apa yang mendadak banget." Gerutunya, ia mulai memfokuskan diri. Aylar ingat sesuatu, infonya Nara sudah mengirim email kepadanya. Dan setelah dicek, email tersebut dikirim pukul 2 pagi. Sedikit tercengang, membuat laki-laki itu tiba-tiba khawatir dengan keadaan Nara. Apa yang membuat perempuan itu menyelesaikan semua laporannya dan sekarang mengambil cuti.

***

Sore harinya, Nara yang baru pulang dari interview terlihat sangat lesu.

"Assalamualaikum," Ucap perempuan itu yang kini masuk lewat tokonya, karena tempat itu sepi dari pembeli.

"Waalaikumsalam.." Jawab ibu dan kakaknya yang kebetulan berkumpul disana.

"Kenapa lesu gitu?" tanya Lara.

"Assalamualaikum.." Suara itu muncul dibelakang tubuh Nara dan bersama dengan full senyumnya; Akara menyalami Lara dan ibunya.

"Waalaikumsalam... Oalah tadi berangkat sama Akara toh?" tanya Lara yang tidak tau adiknya tersebut interview diantarkan oleh Akara. Karena perempuan itu berangkat kerja lebih awal dari Nara.

"Iya, Mbak.. Ini tadi beli pecelan juga." Jawab laki-laki itu sembari menunjukan satu kantong plastik yang berisi beberapa bungkus nasi pecelan, seperti yang dikatakannya tadi.

***

"Dasaaar, dia cuti cuma untuk pacaran?" Aylar terlihat kesal dengan apa yang dilihat diponselnya. Foto itu kiriman dari drivernya yang sengaja ia tugaskan untuk cari tau kondisi Nara di rumah. Dan ternyata yang seperti difoto tersebut, Nara baru saja pulang bersama seorang laki-laki.


Continue Reading

You'll Also Like

199K 13.6K 45
Seperti lautan malam, aura gelap dan perasaan dingin dari sosok Joshua Maximus membuat Sadriana enggan berhadapan dengan pria itu. Sudah cukup masa...
1.3M 124K 38
Dipaksa mendaki Gunung bersama beberapa anggota pecinta alam membuat Khanaraya Raisa komat-kamit melontarkan kekesalan. Belum lagi harus tersesat ber...
448K 6.4K 35
Narumi tidak pernah menyangka akan terlibat perasaan dengan mertuanya sendiri. *Cover bikinan temenku @dewandaru Banyak adegan 1821-nya. Bocil jauh...
1.5M 67.8K 42
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...