Mafia Kejam Dan Gadis Yang Di...

By putrimaharani_96

631K 20.9K 185

"Jika kita bertemu lagi... Mungkin itu bisa terhitung takdir..." (Follow dulu sebelum baca yahhh!!!!) Ana dij... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
pengumuman
27
28
29
30
31
32
33
34
36
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
Extra part 1
Extra part 2
Extra part 3
Extra part 4
Extra part 5 (Selesai)
35
37
38

18

12.2K 460 1
By putrimaharani_96

"Kita pulang ke Indonesia bareng aja atau enggak? Soalnya katamu di hari terakhir kamu kerja mau pada pergi liburan ya dirumah?" tanya Rayyan lagi.

"Iya, mau pergi. Aku pulang tanggal 3. Kamu tanggal berapa? Boleh deh kalo mau pulang bareng." ucap Ana.

"Yaudah pulang bareng aja. Tanggal 4 aja kalo gitu ya. Biar kamu bisa siap-siap." ucap Rayyan.

"Iya deh."

"Oh iya ngomong-ngomong kamu gimana sama pekerjaanmu? Apa kamu bener-bener bisa keluar dari pekerjaanmu itu? Apa Alcyone enggak marah sama kamu? Emang semudah itu ya kamu bisa jadi seorang polisi, itu kan sama saja kamu menjadi pengkhianat? Apa kamu enggak takut nanti Alcyone nangkep kamu?" tanya Ana.

"Enggak kok, enggak bakal. Tapi kamu jangan bilang-bilang ya kalo saya beralih profesi menjadi seorang polisi? Khawatirnya kamu mengadu atau bagaimana, nanti saya yang repot hehe." ucap Rayyan.

"Enggak dong, aku gak mungkin kayak gitu. Malah seneng kamu jadi polisi, nanti aku ditilang sama kamu, eh terus yang ditilang hatinya deh hehe." ucap Ana membuat Rayyan tertawa geli. Mereka saling melanjutkan perbincangan kembali. "

"Oh iya, tentang masalah Putri tadi, apa sebenarnya kamu tahu tentang itu?" tanya Ana. Rayyan merasa cemas, dirinya khawatir kalau Ana berbalik kesal dengannya, seperti yang dirinya ketahui kalau ia memang tahu banyak hal tentang itu.

"Itu.... Atas perintah bos Alcyone. Tidak ada yang bisa mengelak ataupun menolak apa saja yang dirinya titahkan. Sekalipun saya tahu itu adalah teman kamu." ucap Rayyan.

"Tapi kamu tahu kan itu perbuatan terlarang? Itu namanya pembunuhan, massal malah." ucap Ana.

"Iya saya tahu... Saya juga menyesali dan sangat tidak terima atas hal itu, tapi mau bagaimana lagi. Kita hanya bisa melihat hal itu dan memperhatikan bagaimana kesudahannya." ucap Rayyan.

"Tega banget sih." ucap Ana kembali menangis. Rayyan menaruh kepala Ana di pundaknya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

Beberapa waktu kemudian, di hari pernikahan mereka berdua, Ana dan Rayyan saling bersanding diatas kursi pelaminan.

Mereka saling menyalami satu per satu tamu undangan yang kian bermunculan mendekati mereka sambil tersenyum lebar. Sebagai tanda penghormatan bagi si pemilik acara.

Ana dan Rayyan tampil sangat indah dengan gaun maupun jasnya, mereka tampil dengan balutan putih-putih yang indah dan menawan.

Ada Reno disana maupun Riska yang juga hadir atau juga teman-teman penjaga toko lainnya.

Mereka saling mengobrol dengan temannya masing-masing, makan, minum atau semacamnya.

Ana dan Rayyan juga saling berkesempatan untuk berfoto dengan yang lainnya, tawa lebar terselip diantara ekspresi mereka saat itu.

Mereka sangat bahagia satu sama lain, mereka masing-masing saling berpose, bergaya dan semacamnya. Ana kini berada di ruang rias pengantin, untuk berganti baju selanjutnya setelah selesai shalat.

Penuh canda dan tawa, apalagi ketika dirias ulang, Ana ditemani oleh beberapa temannya.

"Ciye yang udah jadi nganten, kedepannya enggak butuh kita-kita lagi dong? Udah ada yang nemenin soalnya?" tanya Hilma, teman satu tokonya.

"Iya nih enggak seru kalo enggak ada Ana. Nanti siapa dong yang nyambut pelanggan bareng gue? Gue kan takut cendilian." ucap Hilma.

"Hehe enggak kok, nanti aku juga kerja lagi disana. Jangan khawatir, nanti aku enggak bakal lupain kalian kok." ucap Ana tersenyum.

"Bener ya? Kita nungguin loh, awas aja kalo enggak jadi. Soalnya nanti yakin deh gue mah bakal sepi." ucap Hilma.

"Iya."

Riska yang sibuk mengunyah kuenya segera berkata.

"Sumpah deh lo cantik banget An... Hasil riasannya juga bagus, cocok di muka lo. Pantes aja sih ada yang bilang kalo orang yang jarang dandan suka bikin pangling pas didandanin." ucap Riska.

Ana jadi malu sendiri karenanya. Wajahnya bahkan terlihat merah merona saat itu, malu-malu kambing. Ana kembali ke pelaminan dengan dipapah oleh beberapa temannya.

Disana Ana sudah disambut oleh sang mempelai lelaki, Rayyan. Terlihat gadis itu tampak susah untuk melangkah dikarenakan gaun birunya yang menyeret panjang dan berat.

Mereka menyerahkan Ana pada Rayyan, terlihat gadis itu dipegang tangannya oleh Rayyan yang juga sudah lebih awal selesai berganti baju menjadi warna biru langit.

Mereka saling tertawa satu sama lain.
Riska menggeleng melihat mereka berdua dari kejauhan. "Keren banget sih mereka. Rasanya gue pengen nikah lagi jadinya." ucap Riska.

Penjaga toko bernama Aisyah segera berkata. "Mereka serasi ya."

Hilma berkata.

"Ren, setelah gue pikir-pikir, kayaknya cakepan adek lo dibanding lo. Pantes duluan nikah, lakuan adek lo berarti." ucap Hilma kepada Reno yang ada disebelahnya.

"Emang yang ngomong enggak punya kaca ya dirumah? Sendirinya aja masih betah ngejomblo. Gak laku kan berarti." ucap Reno.

Hilma memonyongkan bibirnya.

"Eh gue emang belum nunjukin diri aja dibanding lo yang demennya nunjuk-nunjuk orang enggak laku." ucap Hilma.

"Halah, males debat sama lo mulu." ucap Reno kesal.

"Daripada kalian berdebat saling gak laku, mending jadian aja." ucap Aisyah membuat Hilma dan Reno jadi saling menggidik. Mengetuk meja sebanyak tiga kali atau mengusap perutnya. "Amit-amit deh."

"Gue juga ogah ya. Males, ganteng juga enggak."

"Iya lah lo liatnya dari lubang idung. Makanya mata itu ditaroh di atas idung bukan di lobang idung." ucap Reno kesal.

"Yee mana ada mata di atas idung! Dikira gue sid yang di ice age apa!" tandasnya.  

Ramai sekali acara saat itu, ada pembacaan surat alquran, puisi, kisah, pantun dan lagu religi lainnya. Ana terlihat begitu mendalami setiap yang ditampilkan disana.

Tak lupa juga ada adat yang dipertunjukkan disana, adat dari pihak wanita yaitu adat sunda seperti menginjak telur dan lain sebagainya.

Hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagi kedua belah pihak, diatas pelaminan mereka bersanding layaknya tuan putri, mereka saling melihat satu sama lain dan Rayyan pun mengecup kening Ana.

Mereka yang melihatnya lantas saling bertepuk tangan, memeriahkan suasana ketika itu.

Malam harinya di kamar mereka masing-masing. Ana dan Rayyan saling menatap mata satu sama lain. Rayyan membelai rambut Ana dengan lembut dan mereka pun saling tertidur satu sama lain.

Esok paginya Ana membuatkan teh maupun kopi untuknya maupun untuk Rayyan sang suami.

"Ini buat kamu, ini buat aku. Barusan bilang mau minum kopi kan?" tanya Ana.

Rayyan mengiyakannya. "Makasih ya." ucapnya seraya tersenyum lalu menyelurup kopi manisnya dan berkata.

"Enak rasanya, sering-sering ya bikinin kopinya." ucap Rayyan.

"Iya lah wong aku istri kamu haha. Setiap hari pasti aku bikinin kok kalo kamu mau." ujar Ana.

"Kamu yakin mau kerja lagi di toko?" tanya Rayyan.

"Iya yakin."

"Enggak capek apa di toko?"

"Di toko apa gak capek?"

"Enggak mas, di toko malah enak ada ACnya. Kerjaannya kalo gak berdiri ya duduk hehe" ucap Ana.

"Enggak dirumah aja?" tanya Rayyan.

"Enggak. Aku mau kerja, nanti kalo kamu sakit, jadi bingung hehe. Apalagi mas Reno belum sepenuhnya pulih dari lukanya." ucap Ana.

"Yaudah kalo kamu maunya begitu. Enggak masalah sih, cuma jangan terlalu capek ya." ucap Rayyan.

"Iya hehe. Mas juga."

Tak terasa sudah satu bulan dari pernikahan mereka diadakan, Rayyan juga sudah satu bulan ini bekerja sebagai polisi.

Dirinya bekerja di bagian kantor polisi dan kadang memegang kendali di lapangan juga.

Tiap hari Ana tampak khawatir tiap lelaki itu mencoba untuk terjun langsung ke lapangan.

Khawatir jika dirinya suatu saat nanti kenapa-napa dan hanya meninggalkan dirinya seorang diri.

Apalagi saat melihat Rayyan terkadang pulang dalam keadaan babak belur dipukuli orang. Ana merasa sangat ketakutan.

Rayyan juga selalu sibuk dengan pekerjaannya belakangan ini hingga bahkan tidak pernah sekalipun sempat untuk menyentuhnya.

Ana merasa jika lelaki itu terlalu fokus dengan pekerjaannya hingga ia sering meninggalkannya sendirian ketika dirumah.

Ana tahu jelas kalau Rayyan memang orang yang pekerja keras, dirinya sangat menghargai dengan pekerjaan suaminya kini.

Ia telah membuktikan kalau Rayyan yang tadinya berada di jalan penuh kegelapan tapi kini berbalik arah. Ana telah mampu menuntun Rayyan ke jalan yang benar.

Tidak heran jika banyak orang yang tidak menyangka termasuk Linda. Dengan segala perubahan signifikan yang telah terjadi pada hidupnya.

Ana merasa sangat beruntung bisa dicintai oleh Rayyan, pria yang sangat bertanggung jawab, mampu mengayomi, perhatian dan sangat menyayanginya.

Tidak ada yang Ana rasakan kecuali bukti atas semua rasa sayangnya itu yang selalu ditunjukkannya setiap hari.

Rayyan juga terkadang suka membelikan martabak, sebagai hadiah bagi Ana untuk penantian panjangnya yang tidak kunjung pulang, sekalipun dirinya sering sekali memberikan uang kepada Ana tiap minggunya.

Hingga suatu ketika, Ana tak sengaja bertemu dengan orang tak terduga di sebuah supermarket dekat rumah.

Orang itu tak lain adalah Alcyone, orang yang sangat enggan dirinya temukan sampai kapanpun.

Ana masih kesal dan lantas melengos benci, ia memilih untuk pergi dari sana namun Alcyone langsung memegang tangannya.

"Tunggu."

"Saya enggak sudi ngomong apalagi ketemu sama kamu!" tandas Ana.

"Saya ingin meminta maaf."

Continue Reading

You'll Also Like

740 106 34
Yang pernah datang, pergi dan kembali lagi untuk menyirami rasa yang sudah mati. Itu BEGO! namanya! "gue nggak nyesel nolak lo!. Tapi gue masih penge...
775K 3.4K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
2.4M 107K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
3.1M 115K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...