QUEEN FOR ALPHA

Oleh MOONRHOE

1.2M 92.3K 2.9K

Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pr... Lebih Banyak

PROLOG
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 50
PART 51
PART 52
PART 53
PART 54
PART 55
NEWS
VOTE COVER
OPEN PO
SPOILER(?)
INFO
SEQUEL?

PART 49

10.6K 1K 19
Oleh MOONRHOE

Entah kenapa pagi ini, Dareen merasa sangat amat bahagia. Ia sadar betul jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi ia tak pernah merasa sebahagia ini

Apalagi sejak tadi ia mencium aroma matenya lebih pekat daripada biasanya. Jika ini mimpi. Sungguh, ia akan lebih baik tertidur hanya untuk menikmati aroma yang sangat ia rindukan ini

Sudah lama semenjak matenya tak tinggal lagi disini. Dan aroma matenya juga semakin lama juga semakin menghilang. Tapi saat ini, entah kenapa aroma itu muncul kembali

Dengan mata yang enggan terbuka. Dareen merasa seperti ada orang yang mencium wajahnya, serta sebuah tangan halus yang sejak tadi bermain-main dengan pipinya

Seharusnya Dareen marah, karena ada orang yang berani mengusik tidur seorang King of Werewolf. Tapi anehnya, ia sekarang malah merasa sangat amat nyaman, sampai tak ingin membuka mata. Ia malah membiarkan orang itu bermain dengan pipinya selama mungkin. Sampai satu suara membuat dirinya tersentak dari kenyamananya

"MATE!! MATE!!" mindlink Jay secara tiba-tiba "Dasar manusia bodoh, cepat buka matamu. Aku merasakan kehadiran mateku disini"

Entah sihir darimana. Jantung Dareen berdetak lebih cepat seketika. Jadi, apa yang dirasakannya ini bukan hanya sekedar mimpi?

Kelopa mata itu kemudian terbuka secara perlahan. Dan hal yang pertama kali Dareen lihat adalah seseorang yang sangat amat ia rindukan tengah tersenyum kepadanya dengan sangat manis

"Happy birthday, My King"

Dareen terpaku sejenak. Memandangi seorang gadis yang tengah berjongkok tepat dihadapannya dengan raut wajah tak percaya

"Honey?" Guman Dareen pelan khas suara orang yang bangun tidur

"Bagaimana tidurmu? Apa tidurmu nyenyak?"

"Ini benar-benar dirimu?" Tangan kekar itu terangkat untuk menyentuh wajah matenya dengan lembut. Ketika mendapatkan anggukan dari gadis di hadapannya. Dengan cepat, Dareen menarik tubuh matenya, memposisikan tubuh mungil itu agar tertidur di kasur dengan dirinya yang memeluk tubuh matenya dengan sangat erat

Dikecupnya berkali-kali wajah cantik Alisha dengan tak sabaran. "I miss you honey. I miss you so much"

"I miss you too, Dareen"

Dareen menjauhkan wajahnya, menatap matenya dengan dalam "Bagaimana kau bisa disini? Bukankah kau bilang akan liburan ke Bali?"

"Ini kejutan untuk seseorang yang tengah berulang tahun hari ini" Jawab Alisha sambil menyentuh pipi Dareen dengan lembut "Aku membelikanmu kue. Tapi sebelum kau tiup lilin, kau harus mandi dulu"

Dareen mengeleng dengan cepat "Bagaimana ketika aku mandi dan kau sudah menghilang dari pandangan ku?"

"Aku disini selama 12 hari, Dareen. Kau masih punya waktu yang banyak untuk melihatku"

Pria itu memandangi matenya dengan dalam seakan menginginkan sesuatu

"Apa?" Tanya Alisha pelan

"Morning kiss?"

Dengan cepat Alisha mengecup singkat bibir Dareen, sangat cepat hingga Dareen tak dapat mencerna pergerakan itu dengan baik. Ketika ingin protes. Alisha sudah bangun dari tempat tidur lalu menarik tubuh Dareen masuk kedalam kamar mandi

Dan setelah menutup pintu kamar mandi tersebut. Alisha berjalan menuju kearah nakas di mana kuenya berada. Dengan sangat telaten, gadis itu menancapkan 5 lilin mungil ke atas kue yang berwarna biru tersebut

Ia menaruh lilin itu cukup lama karena bingung dengan tempat yang pas untuk menaruh lilin tersebut agar hiasan pada kuenya tidak rusak. Dan setelah selesai, Alisha mulai menyalakan lilin itu satu persatu menggunakan korek api yang Mira berikan kepadanya tadi.

Bertepatan dengan lilin terakhir yang menyala, pintu walk-in closet itu terbuka dengan lebar. Memperlihatkan Dareen yang sudah memakai baju super santai.

"Kau memakai baju santai? Memangnya kau tak kekantor?"

"Aku tidak kekantor hari ini. Tapi aku akan ada rapat ke pack tetangga nanti sore"

Alisha mengangguk paham. Dengan tangan yang sudah memegang kue ulang tahun, mata coklat itu menatap Dareen dengan tulus

"Make a wish, Dareen"

Pria itu menatap kelima lilin dalam diam sebelum mengucapkan permintaanya "Aku ingin mateku tidak terluka sampai aku menjemputnya untuk pulang kerumah kita" guman Dareen pelan sebelum meniup lilin-lilin tersebut

Alisha yang mendengar permintaan itu langsung terdiam ditempat, seakan bingung dengan kalimat yang diucapkan Dareen barusan. Ia bertanya-tanya, kenapa pria itu selalu mengatakan kepadanya untuk tidak terluka dan tetap hidup? Tapi untuk sekarang Alisha memilih untuk diam. Ia tak ingin menghancurkan suasana yang indah ini

"Maafkan aku tak bisa memberimu hadiah. Karena aku bingung harus membelikanmu apa" Ujar Alisha dengan wajah yang cemberut

"Kau sudah datang jauh-jauh kemari merupakan hadiah yang terindah untukku, Honey"

Alisha tersenyum dengan lebarnya "Kalau begitu, untuk sarapan, kau harus menghabiskan kue ini sampai tak tersisa"

"Kita yang akan menghabiskan kue ini" Koreksi Dareen

Dan pada akhirnya. Kedua sejoli tersebut seakan-akan tidak peduli dengan dunia luar. Mereka asik dengan dunia mereka sendiri. Apalagi Dareen yang tak pernah melepaskan tangan kekarnya itu dari pinggang Alisha. Seperti takut jika ia melepas tangannya, dan matenya akan pergi dari gengamanya

Dengan posisi sama-sama terduduk di atas kasur. Mereka berdua saling menyuapi potongan kue tersebut sedikit demi sedikit

"Dan potongan terakhir adalah untukmu, Honey. Sekarang buka mulut mu" Ujar Dareen dengan tangan memegang potongan kue yang kebanyakan berisi cream berwarna biru

Alisha tentu saja dengan senang hati membuka mulutnya, menerima suapan itu dengan penuh semangat. Karena memang potongan kue tersebut mempunyai cream yang lebih banyak. Mulut Alisha kini belepotan karena cream berwarna biru tersebut

Tangan mungil itu kemudian terangkat untuk membersihkan sisa cream di sekitar mulutnya. Tapi, tangan Alisha langsung terhenti di udara karena tiba-tiba saja Dareen memegang tangannya dengan pelan

Dan tanpa aba-aba, Dareen memajukan wajahnya, hingga kini hanya berjarak beberapa centi saja dari wajah Alisha. Mereka bahkan bisa merasakan hembusan nafas masing-masing

Merasa tak ada perlawanan dari matenya. Dareen pun langsung menjilat sisa cream dari sudut bibir matenya lalu mencium bibir itu dengan lembut. Tubuh kekar itu kemudian mendorong pelan tubuh Alisha agar tertidur di kasur tanpa melepas pangutan mereka

Ciuman itu semakim intens ketika matenya membalas pangutan bibirnya. Dengan tangan yang menopang tubuhnya agar tidak menindih tubuh Alisha. Dareen dengan pelan mengigit bibir bagian bawah Alisha agar lidahnya dapat bermain-main didalam sana lebih leluasa

Tok tok tok tok

Pangutan keduanya terhenti seketika. Dareen dan Alisha sama-sama melirik ke arah pintu yang entah kenapa kembali sunyi

Tanpa peduli dengan suara ketukan tadi. Dareen kemudian beranjak dari atas tubuh matenya, lalu bergulir kearah samping. Ketika baru saja ingin memeluk tubuh Alisha. Suara ketukan kembali terdengar. Kali ini disertai dengan suara yang memangil dirinya.

Mata Alisha menatap wajah Dareen dalam diam "Bukankah itu Stevan? Bukalah pintunya"

Pria itu menghela nafas berat. Dengan malas, Dareen berjalan menuju pintu lalu membukanya "Kau kan bisa me-mindlink ku sialan"

"Aku sudah melakukannya berkali-kali, tapi kau tak membalas mindlink ku sialan" Balas Stevan tak kalah sengitnya. Mata ikut kemudian tanpa sengaja melirik kearah belakang Dareen "Ternyata Queen benar-benar kembali. Pantas saja kau mengabaikan mindlink ku"

"Ada apa?" Tanya Dareen sambil mengusap rambutnya dengan kasar

"Kau kedatangan tamu"

Dareen mengumpat pelan "Suruh dia menunggu" Setelah mengatakan itu, Dareen langsung menutup pintu kamar dengan sedikit keras lalu kembali menghampiri matenya

"Kenapa kau malah kemari?"

"Untuk mengumpulkan energi" Ujar Dareen pelan sebelum kembali mencium bibir merah matenya dengan menuntut dan sedikit lebih lama

Alisha memegang kedua tangan Dareen yang berada di pipinya sambil kembali membalas ciuman itu. Mengelus tangan itu secara pelan sampai Dareen menyudahi acara ciumannya.

"Aku pergi dulu" Alisha mengangguk pelan sebagai jawaban sebelum Dareen pergi keluar dari dalam kamar

Dan gadis itu masih saja terdiam ditempat selama beberapa menit, sambil merasakan bagaimana bibirnya yang terasa sedikit kebas karena ulah Dareen tadi. Tapi sedetik kemudian, Alisha memutusakan untuk bangkit menunju kamar mandi guna membersihkan diri dan berganti pakaian

•••

Alisha kini tengah berada di dapur guna mengambil es krim. Sebenarnya ia sudah ditawari oleh Mira agar ia duduk saja dan Omega itu yang akan mengambilkannya

Tapi, Alisha menolak. Ia hanya ingin mengelilingi mansion ini untuk sedikit mengenang selama berbulan-bulan dirinya pergi dari disini. Dan ternyata semuanya masih sama, tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan tadi saat dirinya berganti pakaian. Semua pakaiannya masih tertata dengan rapi

Tangan itu kemudian terulur untuk mengambil dua buah es krim lalu kembali menutup pintu freezer tersebut

Gadis itu lalu menyodorkan satu es krim yang ia ambil tadi kepada Mira yang sedari tadi mengikuti dirinya

"Jangan membantah" Tekan Alisha ketika melihat Mira ingin menolak. Lagipula memangnya Omega itu tidak kehausan karena terus mengikutinya semenjak Dareen menerima tamu?

"Terima kasih Queen"

Alisha menangguk pelan "Es krim ini sangat banyak. Aku tidak tau kapan expired-nya. Jadi jika kau ingin, makan saja. Suruh  yang lain makan es krim ini juga jika mereka ingin. Bilang saja ini perintah dariku"

Mira yang mendengar itu langsung tersenyum dengan cerah "Terima kasih banyak Queen, sekali lagi terima kasih"

Gadis itu tersenyum pelan lalu berjalan keluar dari dapur, sebenarnya ia bingung ingin kemana. Ia bosan dan sedang tak ingin membaca buku di perpustakaan. Lagipula kenapa Dareen lama sekali? Tamu seperti apa yang tiba-tiba saja datang untuk menemui Dareen

"Mira" Panggil Alisha

"Ada apa Queen?"

"Apakah kau siapa yang tamu yang tengah bersama Dareen sekarang?"

"Namanya Alpha Rafael, dia yang berasal dari SilverMoon pack. Dia kemari karena ingin meminta bantuan soal keamanan pack mereka yang longgar karena diserang oleh para rogue"

Alisha menganggukan kepalanya mengerti. Pantas saja, hari sudah mulai siang tapi pria itu belum selesai dengan urusannya.

Ia kemudian berbelok di ujung lorong. Sepertinya kakinya membawanya menuju taman yang berada di belakang manison

Mereka berjalan cukup lama. Karena memang Alisha berjalan sangat amat lambat dan lebih kearah malas.

Langkah itu akhirnya terhenti. Bukan karena ia sudah sampai di tempat tujuan. Tapi karena mata coklat itu terfokus pada sesuatu "Aku baru sadar jika terdapat sebuah rumah kaca disini"

"Rumah kaca itu baru selesai di bangun 2 bulan yang lalu Queen"

"Atas dasar apa?" Ujar Alisha pelan selagi kaki itu mendekati rumah kaca yang terlihat sangat megah dan mewah secara bersamaan

"Saya kurang tau Queen. King tiba-tiba saja memerintahkan untuk membuat rumah kaca ini"

Kini Alisha berdiri tepat di depan pintu kaca yang buram ini, ia sangat penasaran, karena walaupun kaca yang melapisi rumah ini sangat buram. Tapi Alisha dapat melihat pantulan warna dari bunga-bunga yang berada di dalam saja

"Sepertinya tidak boleh ada yang masuk ya?" Ujar Alisha ketika melihat pintu rumah kaca ini yang digembok dengan sangat ketat

"Kau ingin masuk?"

Alisha tersentak ditempat. Dengan cepat gadis itu berbalik menatap seseorang yang baru saja berbicara

"Bolehkah?" Tanya Alisha penuh harap sambil menatap Dareen yang tengah berjalan kearahnya

"Tentu saja Honey. Aku memang membuat tempat ini untukmu"

"Untukku?"

Dareen mengangguk pelan ketika pria itu sudah sampai di samping matenya. Memeluk pinggang ramping itu agar semakin dekat dengannya

Sedangkan Mira yang melihat kedatangan Dareen langsung pamit undur diri yang mendapatkan anggukan pelan dari Alisha

"Aku membangun ini untuk hadiah atas kepulanganmu nanti. Tapi sepertinya kau mengetahui lebih cepat dari yang aku kira. Tapi aku tak masalah akan itu"

"Kepulangan ku?"

Dengan tangan yang berusaha untuk membuka gembok itu, Dareen menganguk pasti "Kepulanganmu kesini. Kerumah kita"

Ting!

Gembok besar itu akhirnya terbuka. Dareen dengan telaten menarik rantai yang melingkar di gagang pintu hingga rantai itu jatuh ke lantai. Setelah itu, Dareen membuka pintu kaca tersebut. Mempersilahkan matenya masuk terlebih dahulu sebelum ia kembali menutup pintu

Alisha maju langkah dengan mata yang tak bisa lepas dari berbagai tanaman bunga. Ia tetap saja berjalan menuju ke tengah-tengah rumah kaca itu yang terdapat sebuah kolam yang berisi ikan hias serta terdapat air mancur bertingkat di tengah kolam

"Do you like it?"

Alisha kini memandangi Dareen yang sudah berdiri disampingnya dengan tangan yang tentu saja sudah melingkar dengan sangat erat di pinggang rampingnya

Dengan semangat, Alisha mengangguk "I love it. Terima kasih banyak Dareen"

"Anything for you honey"

"Kemarilah. Kau harus duduk jika sedang makan" Seru Dareen sambil menarik pinggang Alisha agar mengikutinya menuju sisi rumah kaca di bagian belakang

Alisha sekali lagi tercengang melihat kursi panjang serta meja kayu yang terlihat sangat mewah terletak di bagian belakang. Sekilas, ini lebih mirip seperti ruang keluarga

Dengan pelan, Dareen menarik Alisha agar duduk di pangkuannya dan entah kenapa gadis itu menurut saja. Alisha pun tetap memakan es krim miliknya yang tinggal setengah, dengan kepala yang ia senderkan di dada bidang milik Dareen

"Aku sangat lega kau menyukai tempat ini. Aku bingung ingin memberikamu apa karena kau berbeda dari perempuan lain" Dareen terkekeh ringan ketika menyadari apa yang ia katakan "Jadi, aku memutuskan untuk membuatkan ini untukmu, karena aku tau kau suka tempat yang damai"

"Ini sudah lebih dari cukup Dareen. Aku bahkan tak tau kata apa yang lebih tepat dari 'Terima kasih'."

"Tetaplah disisiku selamanya jika kau ingin berterima kasih kepadaku"

"Deal" Ujar Alisha singkat

Dengan tangan yang mengelus rambut panjang Alisha. Dareen sesekali mengecup pelan pucuk kepala matenya dengan satu tangan lagi ia gunakan untuk memeluk tubuh matenya dengan erat. Berusaha mengantarkan rasa nyaman pada tubuh mungil matenya

"Rambutmu terlihat lebih panjang dari terkahir kali ku lihat" ujar Dareen dengan tangan yang tak berhenti untuk mengelus rambut hitam panjang itu

"Benarkah?" Alisha kemudian menunduk. Melihat helain rambutnya yang kini terlihat sudah memanjang tanpa ia sadari "Aku tak menyadarinya. Haruskah aku memotongnya? Lagipula rambutku memang cepat panjang"

"Kau ingin potong seberapa?"

"Mungkin lima atau sepuluh centi saja" Balas Alisha dengan mata yang masih menatap helaian rambutnya

Dareen mengerutkan alisnya heran "Kau tak ingin memotong rambutmu menjadi pendek?"

Alisha menggeleng pelan. Kini es krimnya telah habis dan sekarang tangannya ia gunakan untuk bermain dengan ujung rambutnya

"Kenapa?" Tanya Dareen

"Ibuku suka jika aku berambut panjang"

Tangan yang sedari tadi mengelus rambut Alisha kini terhenti. Dareen seperti sadar akan sesuatu. Ia baru menyadari jika foto-foto matenya pada waktu kecil selalu memiliki rambut yang pendek layaknya pria. Tapi begitu Ibu dari matenya meninggal. Matenya mulai menumbuhkan rambutnya hingga sampai sekarang, matenya selalu memiliki rambut panjang

"Ada apa?" Tanya Alisha ketika merasa perhatian Dareen teralihkan begitu saja

Dareen mengerjapkan matanya pelan. Berusaha untuk menganti topik, karena ia tau jika topik saat ini sangat sensitif bagi matenya

Tangan itu kemudian kembali bergerak untuk mengelus rambut Alisha kembali. Mendekapnya lebih erat dan juga mengecup dahi Alisha dengan tulus "Aku juga menyukai rambut panjangmu"

"Thank you"

"Ngomong-ngomong. Apakah kau mau ikut dengan ku?" Seru Dareen berusaha untuk mengalihkan topik

"Kemana? Dan kapan?"

"Makan bersama dengan kolegaku. Acaranya sekitar tiga hari lagi" Jawab Dareen

Alisha mendongkak. Menatap Dareen dengan tatapan bingung, karena ia tau betul jika Dareen jarang menghadiri acara yang menurut pria itu sangat buang-buang waktu "Hanya acara makan biasa?"

Dareen terkekeh ringan. Matenya memang selalu peka dengan keadaan sekitar "Sebenarnya. Semenjak kau kembali ke Indonesia. Mereka menduga jika aku putus dengan mu karena tak pernah lagi membawamu kemanapun aku pergi. Jadi mereka sering menjodohkan ku dengan putrinya"

"Apakah dunia bisnis memang seserti itu?"

"Kurasa. Mereka selalu ingin membuat nama mereka lebih besar dengan cara seperti ini. Lewat pernikahan bisnis"

Gadis itu menganggukan kepalanya paham dan semakin menengelamkan tubuhnya di pangkuan Dareen yang terasa sangat amat nyaman

"Apakah kau mau ikut?"

"Tentu saja. Mereka harus tau jika kau milikku" Jawab Alisha yang mendapatkan senyuman penuh kemenangan dari Dareen

"Kau juga milikku Honey"

🐋🐋🐋

Hai 👋👋

Aku kembali dengan chapter terbaruu

Sedikit lama update karena memang akhir-akhir ini saya agak sulit buat cari waktu. Tapi tetep aku usahakan minimal seminggu sekali updatenya. I hope you guys understand

Satu kata untuk part ini?

Untuk chapter selanjutnya akan ku post ASAP.   ୧⍤⃝🍡

Jika ada typo dan kesalahan lainnya tolong bilang-bilang ya, nanti aku perbaiki saat aku revisi besar-besaran

Jangan lupa untuk Follow, Vote dan Commentnya 💋💋💋

See you in the next chapter 👋👋👋

- Love, Ryn

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

3.4M 163K 68
"Jilat aku, aku menginginkannya! Bagian bawahku juga! Aku ingin merasakan mulutmu di sana, cantik." ------------- Sejak mempunyai kekuatan membaca pi...
55K 5.7K 47
[ė°©ķƒ„ģ†Œė…„ė‹Ø x ģ „ģ •źµ­] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentan...
365K 33.5K 53
*** Takdir selalu tak terduga, suka atau tidak kita harus menjalaninya. Agnoraga Demetri Apollo, keturunan murni Dewa Serigala itu telah melenyapkan...
316K 48.9K 44
Saka memperhatikan adiknya, Bell, keluar dari mobilnya, setelah memberikan kecupan manis di pipinya. Ia memperhatikan dengan posesif saat adiknya mem...