The Villain Want to Die (END)

By Elisdisabet

1.9M 197K 3.5K

Hanya karena nama karakter dalam novel sama, tanpa sebab Restia Wardani masuk ke dunia novel dan bertransmiga... More

1. Percobaan Gagal
2. Tanah Asing
3. Jalan Pulang
4. Mie Ayam Good
5. Tea Party
6. Tawanan Perang Cantik
7. First Meet
8. Terik Eraslan
9. Pulang
10. Tamu Istimewa
11. Gazebo berdarah
12. Dewa Perang Eraslan
13. Terdakwa Mati
14. Melepas Belenggu
15. Dia Di sana
16. Dua jiwa
17. Putri Tidur
18. Gadis bermata Zamrud
19. Menyerah untuk Melindungi
20. Selamat Malam
21. Kereta Kuda Kekaisaran
22. Curiga
23. Gempar
24. Fraksi Penentang
25. Saudara Tiri
26. Permintaan Maaf
27. Calon Permaisuri
28. Tanpa Bukti
29. Penculikkan
30. Daratan Kelam
31. Teman Baru
32. Yes, My Lady
33. Kembalilah
34. What the hell!
35. Bunga Lavender
36. Dress Pink
37. Hama Perusak Taman
38. Ilusi Semu
39. Pemeran Utama
40. Setelah Revolusi
41. Kesalahan yang Sama
42. Dikendalikan
43. Dua Pertanyaan
44. Pengakuan
45. Terkuak
46. Peluang & Ancaman
47. Pamer Keahlian
48. Cidera
49. Kabar Buruk
50. Detak Tak Biasa
51. Aaaaaaa!!
52. Selamat Berjuang
53. Rumah Kayu
54. Keluarga Adler
INFO!
55. Redupnya Sang Matahari
57. 67 Hari Terlewat
58. Vonis Semesta
59. Ayo Berteman
60. Pedang Pelindung
61. Sandiwara Manusia
Ekstra Part
Hallo Hai

56. Wanita di Dalam Mimpi

13.8K 1.5K 25
By Elisdisabet

Helm besi itu dibuang asal. Sebelum masuk ke tenda perkemahan dua penjaga dengan tombak runcing di sisi kana dan kiri membuka jalan. mempersilahkan pada pemimpin tertinggi pasukan.

Peluh mengisi sekujur tubuhnya. Imbas dari kegiatan ektrim yang baru saja ia lalui. Ya, panglima tertinggi Eraslan itu telah berhasil menumbangkan mata-mata yang berhasil masuk sehingga strategi perang selalu dilumpuhkan.

“Sialan!” umpatnya. Ia membuka satu persatu kancing bajunya hingga menyisahkan tubuh polos dengan otot terlatih.

Sudah hampir setahun ia di medan perang. Elgar ingin kembali. bukan untuk menikmati kasur empuknya tapi untuk mengobati rindu pada pemilik hatinya.

Ia berjalan ke meja besar yang di atasnya tampak peta membentang. Ada beberapa pion yang menemapti satu titik. Titik-titik itulah wilayah yang berhasil Elgar taklukan.

“Tinggal sedikit lagi,” gumamnya seraya menahan kerut di kening. Kerinduannya benar-benar bisa membuat otaknya gila.

“Hah, tenanglah! Kau tidak bisa terburu-buru menentukan strategi! Jangan biarkan perasaan ini menguasai mu! Ada banyak nyawa yang kau pikul!” ucapnya pada diri sendiri.

Tangannya merogoh saku celana. Mengambil kain yang selalu tersimpan di sana. Ya, itu adalah sapu tangan pemberian Restia. Dengan rajutan bunga lavender di ujungnya.

“Restia….”

Tubuh Elgar tersentak saat suara pekikan nyaring terdengar dari balik tenda. Ah, pasti laporan pengawasan seperti biasa. Baiklah, saatnya bekerja! Semakin mereka berulah, semakin cepat Elgar merampungkan mandate ini.

Namun, perkiraan Elgar salah besar! Ini bukan tentang musuh. Melainkan kabar tidak sedap yang datang dari kekaisaran.

“Saya membawa kabar dari pengantar yang datang dari kekaisaran.”

DEG!

Apa ini? Semoga saja apa yang sedang dipikirkan Elgar tidak terjadi. Otaknya penuh dengan prasangka bahwa Restia dan Livius telah menjalin ikatan pernikahan.

“Katakan!” sahut Elgar menguatkan diri.
Prajurit berbaju besi itu berdiri. Membuka sebuah gulungan kertas.

Kepada Duke Elgar Zen Lustian. Kami selaku dewan legislative akan memberitahukan peristiwa tak terduga yang tengah mengguncang kekaisaran.”

Yang Mulia Livius Zen Eraslan telah mengalami koma setelah zat beracun masuk ke tubuhnya.”

DEG!

Jantung Elgar seolah berhenti beberapa detik. Siapa pelaku yang berani mengusik keluarganya?! Akan ia pastikan kepala terpenggal saja tak cukup menebus perbuatannya.

Lalu—“

“Ada lagi?” sahut Elgar yang dianggukan  prajurit itu.

Mungkin ini lah yang disebut insting tajam. Sejak tadi pagi Elgar tak nafsu makan dan selalu teringat rumah. dan insting itu menunjukkan realitanya.

Lalu, calon permaisuri….”

DEG!

DEG!

DEG!

Tidak!

Jangan!

Restia Adler De Freya juga mengalami hal serupa. Diperintahkan kepada Duke Elgar Zen Lustian untuk kembali ke kekaisaran guna menjadi pengganti Kaisar hingga beliau sadar kembali.”

Tetanda Dewan Legislatif.”

Tubuh Elgar lemas. pandangannya kosong menatap sembarang objek. Dunianya seakan runtuh detik ini juga.

“Duke Elgar, apa perintah mu?”

Prajurit itu nampak kebingungan karena Elgar tak merespon. Orang di depannya memiliki tatapan seperti ikan mati.

“Duke Elgar?”

“Siapkan kuda ku!”

“Baik!” sigap prajurit itu kemudian beranjak.

“Aku harus kembali. Ya, aku harus—“

“Panglima! Kompi tiga telah dibobol! Seorang mata-mata melakukan bom bunuh diri dan memporandakan tenda pertahanan. Mohon arahan—“ prajurit pelapor itu seketika bungkam. Raut Elgar tampak mengerikan. Ia meraih pedangnya kemudian beranjak tanpa perintah apapun.

“Pa-Panglima….” Prajurit itu ditahan oleh si pembawa pesan. Ia menggeleng singkat sebagai tanda untuk tidak mengganggu laki-laki yang tengah ditelan kemurkaan.

Elgar melaju dengan gagahnya. Bohong jika ia tidak memikirkan tempat ini juga. Walaupun pikirannya selalu meminta untuk pulang. ia tidak bisa meninggalkan bawahannya begitu saja.

Pedang itu sudah menbas ribuan tubuh manusia. Dalam balutan darah, kilaunya tampak memukai tanpa karat setitik pun. dan kini, pemilik pedang itu dilanda amarah. Persetan dengan strategi, Elgar akan mengerahkan semuanya. Selesai hari ini juga!

“Hah, hah, hah….”

Deru nafas seolah teras diujung kerongkongan. Peluh bercampur bau anyir darah menguar dari tubuh gagah yang kini mendongak ke atas. Tumpukan mayat di bawahnya seolah menjadi saksi betapa buasnya ia beraksi di medan perang.

“K-Keren….” puji salah satu prajurit yang menemani Elgar dalam penyerangan membabi buta.

“Apa dia monster?”

Ungkapan kekaguman diiringi rasa takut terucap dari mereka. Namun bukan itu intinya, kini Elgar telah terbebas! Ya, Elgar bebas!

Seringainya tampak seraya menjunjung sebuah tombak ke atas yang di sudutnya tertancap kepala manusia. Dia adalah Panglima pasukan musuh. Perang ini telah berakhir!

“Huaaaaaa!”

“Woaaaa!”

“Hidup Panglima Elgar!”

Sorak-sorakan mengisi derasnya darah bercucuran. Bermandikan darah dan keringat. Para prajurit itu menemui titik ujung perjuangan.

***

Sisi lain dunia.

Tetesan infuse tampak teratur menjalani fungsinya. Bau antiseptic menguar. Namun tak sedikit pun menganggu tidur seorang gadis yang terdapat banyak selang medis di tubuhnya. Padahal ia dikenal sebagai gadis yang sangat tidak menyukai aroma rumah sakit.

Ketika dirinya patah tulang saat kecil. Ia rela menjalani pengobatan tradisional sangkal putung demi tidak bertemu dengan dokter. karena ia trauma disuntik dan berbagai hal mengerikan yang Kakaknya pernah ucapkan dengan tujuan menakuti.

Memang sialan Kakak macam Aldi. Ya, Aldi Sarluga, Kakak kandung Restia Wardani.

“Hush! Kamu ini! Suara gamenya kecilkan! Kalau adik mu bangun bagaimana?!” seru seorang paruh baya, Winda Astuti, Ibu kandung Restia di dunia nyata.

“Ya justru baik dong. Biar dia tidak tidur terus,” dengus Aldi seraya menaikkan volume gamenya.

“Oh iya juga ya,” sahut Winda.

“Hah, nak, kapan kamu bangun nak. Mau sampai kapan kamu tidur? Tidak kasihan sama Ibu?” rintih Winda. Terbilang sudah dua bulan Restia koma sehabis kecelakaan saat itu. Operasi berjalan lancar namun Restia tak kunjung sadar. Setelah satu bulan berlalu, barulah Dokter menyimpulkan. Restia masuk kondisi vegetative. Di mana jantungna tetap berdetak normal namun otaknya tak mampu menarik kesadaran.

“Dengarkan tuh! Mau jadi anak durhaka?! cepat bangun!” bentak Aldi. Walau terkesan kasar, namun Aldi lah yang paling panik saat pertama kali dikabari adiknya kecelakaan.

Saat itulah ada setitik harapan. Entah keajaiban dari mana. Bentakan Aldi membuat Restia tersentak hingga jemarinya sedikit mengangkat.

“Bu!” sahut Aldi girang.

“Cepat panggil dokter Di!”

***

“Kau akan pergi ke sana?” ucap suara wanita.

“Humm, karena itu dunia ku.”

“Kau yakin akan mengakhirinya seperti ini?”

“Kenapa aku harus peduli? Toh itu tubuh mu.”

“Baiklah, aku tidak punya hak menahan mu lagi. Tapi—“

“Apa lagi? Pasti kau akan membujuk ku dengan segala cara supaya aku kembali ke dunia itu kan?”

“Emh… iya!”

“Kau saja yang kembali ke tubuh mu. Aku akan kembali ke dunia ku. Beres kan?!”

“Tidak bisa, sejatinya aku, Restia Adler De Freya sudah mati. Kau ingat, saat pertama kali kau datang ke dunia itu. Saat itu aku meminum obat tidur yang diberikan Duke Elgar. Tapi karena kecerobohan ku, aku jadi tidur selamanya. Hehe.”

“Wah, benar-benar tuan putri satu ini.”

Duke Elgar ya? Ah, Restia kan punya janji melihat lavender di rumahnya. Apa Restia akan mati sebagai pendusta? Menyebalkan! Tapi, itu tak mengubah pendirian Restia sama seklai. Ia tetap mau pulang ke dunianya! Titik!

"Apa kau menikmatinya? Menjadi diri ku," sahut Restia Adler.

"Tidak. Sama sekali tidak! Menjadi diri mu sangat susah dan serba salah!"

"Hehe, benar kan? Makanya aku memilih pergi."

"Lali kau menyerahkan bagian susahnya pada ku? Begitu?!"

"Woo, jangan marah begitu. Kau menyeramkan saat marah."

"Hah, sebenarnya apa motivasi mu menarik ku ke dunia ini. Di pikir logika saja tidak masuk akal. Tapi aku mengalaminya sendiri. Kau itu apa? Makhluk dunia pararel?"

"Emh... entahlah, aku tidak tahu rahasia semesta. Aku diberi pilihan dan aku memilih mati. Bagaimana dengan mu? Apa kau juga pernah menyentuh kematian?"

Ah, benar juga. Kondisi Restia Wardani saat ini adalah di ambang kematian.

"Yah, ku pikir begitu. Tapi aku berbeda dengan mu. Aku masih mau hidup. Karena aku ada interview kerja. Aku baru saja mulai. Tapi justru harus berkahir."

"Hemm... mungkin karena itu lah jiwa mu memasuki tubuh ku."

"Tapi kan aku tidak menginginkannya!"

"Restia, percayalah. Setiap perkara sudah diatur. Mungkin ada maksud lain kenapa kau harus jadi diri ku. Bisa saja kan, kau datang untuk misi menyelamatkan jiwa seseorang? Aku tidak tahu rahasia apa di balik semesta. Tapi ku harap kau mau menyelesaikan sesuatu yang telah kau mulai di dunia itu."

"Aku tidak memulai apapun!"

"Oh ya? Kau yakin?"

Oh sial! Restia langsung teringat dengan apa yang Livius lakukan sebelum Restia masuk ke dunia mimpi ini.

"Hah, baiklah aku menyerah. Aku sudah mengacaukan semuanya."

"Bertanggung jawablah dan selesaikan kisah mu!"

"Lalu bagaimana dengan mu? Setelah selesai. Apa yang akan terjadi pada mu?"

"Emh... entahlah. Itu bukan ranah ku menentukan."

"Hah, sepertinya aku harus bertahan di dunia novel lagi," dengus Restia. Ia pun membulatkan tekat dan perlahan kesadarannya mulai kembali.









Bingung gak?

Komen sini kalo bingung.

Vote yak

Continue Reading

You'll Also Like

161K 9.3K 41
4 Bercerita tentang seorang remaja bernama Raga yang dari kecil hidup tanpa sosok Ayah, hanya Ibunya lah yang selalu menemani. Sampai suatu hari ada...
3.7M 360K 45
‍‍Kekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan. Semuanya dimiliki oleh Natha. Akan tetapi, sayangnya ada saja orang yang membencinya dan nekat membunuhnya. A...
1.6M 164K 54
Cinta pertama membutakan mata dan hati Daisy. Menghantarkannya pada jurang penderitaan dan penyesalan. Berharap bisa kembali ke masa lalu dan memperb...
4.6K 462 30
Menyakitkan kehilangan orang yang kita cintai. Dan lebih menyakitkan mengetahui penyebabnya...