RALINA

Por lliiaa12_

15.1K 2.9K 387

Bagaimana jika Kalina, gadis yang baru saja memulai hijrahnya, tiba-tiba dijodohkan dengan Raif, seorang terk... Más

Awal
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16

Bab 12

692 146 17
Por lliiaa12_

"Makasih ya, Mas. Assalamualaikum." Kalina yang baru saja berbicara terlihat menjauhkan ponsel dari telinga, perempuan itu baru saja memutuskan panggilan dari Raif yang memang sedang berada di luar rumah untuk suatu urusan, karena Kalina menitipkan beberapa belanjaan pada suaminya itu, jadi tadi Raif meneleponnya.

Tiga hari sudah berlalu sejak ia dan Raif tinggal berdua di rumah ini, selama itu mereka benar-benar disibukkan oleh urusan rumah baru mereka. Hari masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, Kalina baru saja membersihkan rumah setelah mengecek pekerjaannya tadi, karena kafe buku dan rumahnya sekarang memang agak jauh, jadi Kalina memutuskan hanya seminggu dua kali ia kesana, atas saran Raif bahkan ayah dan kakaknya juga, lagi pula, Kalina mempunyai orang terpecaya yaitu Indah untuk mengurus kafe peninggalan ibunya itu.

Belum seminggu sejak Kalina dan Raif sah menjadi suami istri, kini keduanya sedang menikmati waktu berdua mereka untuk lebih saling mengenal, maupun Raif dan Kalina benar-benar memanfaatkan itu untuk menjadi lebih dekat, walaupun beberapa kali mereka masih merasa canggung, tetapi keduanya mulai nyaman satu sama lain.

Kalina semakin kesini jadi mengerti jika Raif adalah orang yang cerah, tidak kaku seperti pikirannya pertama kali mereka bertemu, Raif mempunyai sifat yang hampir sama dengan kakaknya, Adnan. Raif adalah orang yang perhatian, bisa membawa suasana bagus, walaupun sedikit menyebalkan jika sudah merayu Kalina. Ah, Kalina tidak mengerti kenapa Raif seperti itu, tetapi satu hal yang pasti, walaupun begitu, Kalina menyukainya.

Kadang, Kalina masih tidak percaya jika kini ia adalah istri dari seorang Raif Althaf Hasan, benar-benar tidak menyangka jika laki-laki terkenal itu adalah orang yang setiap hari bersamanya sekarang. Kalina senang, sangat senang.

Kalina juga jadi banyak belajar, Raif benar-benar membimbingnya dengan baik selama kurang dari seminggu ini, pembicaraan laki-laki itu yang kadang menjadi ilmu baru yang Kalina ketahui, bahkan Kalina kini sudah tidak ragu bertanya tentang apapun pada Raif.

Dan seterusnya, Kalina akan begitu, ia akan selalu belajar apapun jika itu adalah hal baik untuknya, Raif juga begitu. Keduanya sedang menata jalan pernikahan mereka seperti apa yang diharapkan, baik dan di ridhai Allah.

Kalina kini melangkahkan kakinya ke ruang tengah, perempuan itu memilih menunggu suaminya disana, karena saat mereka melakukan sambungan telepon tadi, Raif sudah akan pulang. Setelah mendudukan diri di sofa, Kalina kembali menyalakan ponselnya, membuka aplikasi pesan dan tersenyum saat melihat ternyata ada pesan masuk dari Adnan beberapa menit lalu.

Kakaknya itu tidak pernah absen menanyakan kabar Kalina, beberapa kali menelepon setelah meminta izin, dan menanyakan jika adiknya itu baik-baik saja. Hal kecil seperti itu benar-benar membuat Kalina bahagia, sungguh.

Tidak lama Kalina memainkan ponselnya, perempuan itu langsung berdiri saat mendengar suara mesin mobil dari luar, kakinya cepat melangkah ke arah jendela dekat pintu, kembali menerbitkan senyum saat melihat Raif diluar, suaminya itu baru saja memasukkan mobilnya setelah membuka pagar rumah mereka.

Kalina menunggu ditempatnya, sampai Raif berjalan membuka pintu rumah mereka. Langsung melihat Kalina, laki-laki itu tentu saja langsung tersenyum. "Assalamualaikum." Salamnya langsung menutup pintu karena melihat sang istri yang menyambutnya tidak mengenakan jilbab.

Kalina menjawab salam itu, masih dengan senyuman, ia langsung mengambil paper bag yang Raif sodorkan, berisi belanjaan Kalina yang tadi Raif beli. "Makasih, Mas." Lalu kini, tangannya bergerak menyalami punggung tangan Raif tanpa menghilangkan senyuman itu.

Raif mengangguk, membalas Kalina dengan mencium tangan istrinya juga, lalu mereka berjalan dengan Raif yang merangkul sang istri dengan bebas. "Ck, kebiasaan liatinnya gitu banget, Mas," ucap Kalina karena lagi-lagi Raif menatapnya begitu dalam.

Raif dengan mata teduh saat menatapnya, sangat dalam. Membuat Kalina nyaman tetapi salah tingkah sekaligus, tatapan indah dari mata coklat terang yang akhir-akhir ini tidak pernah absen bertemu dengan matanya, lagi-lagi sukses membuat pipi Kalina memerah.

"Masya Allah." Bisa Kalina dengar Raif bergumam, lalu terkekeh dan melepaskan rangkulannya, laki-laki itu kini malah menjawil pipi Kalina gemas. "Ya Allah, akhirnya kesampain juga, gemes banget Mas." Lanjutnya Raif yang sukses membuat Kalina membulatkan matanya, apa-apan ini? Jantung Kalina tidak baik-baik saja!

"M-mas!" Kalina segera menghindar kala Raif akan mengulang perbuatannya, perempuan itu terkekeh lalu membalas dengan menggandeng tangan Raif. "Udah gini aja, diem tangannya." Lanjutnya menahan kedua tangan Raif dan kembali melangkahkan kakinya.

"Ya udah, ini kamu mau ajak Mas kemana?" tanya Raif karena ia harus mengikuti langkah Kalina.

"Dapur, Mas," jawab Kalina. "Aku mau masak."

Raif menghentikan langkah, otomatis langkah Kalina juga terhenti, mengerutkan kening, Kalina melihat Raif dan bertanya, "Kenapa, Mas?"

Raif tersenyum. "Hari ini, Mas yang masak." Lalu, ia melepaskan gandengan Kalina ditangannya, kembali merangkul leher sang istri dan melanjutkan langkahnya menuju dapur. "Mas jago masak kok, ayo temenin."

Kalina tersenyum, indah sekali. Ya Allah, semoga terus kayak gini, aku bahagia.

🌷🌷🌷

"Paket!" Kalina yang sedang membaca buku disofa kamar menoleh, perempuan itu segera menutup bukunya lalu berjalan ke arah jendela, melihat jika ada seorang kurir diluar yang meletakkan paket di dekat pagar yang tertutup. Ah, rupanya barang yang ia beli secara daring sudah sampai.

Mengambil jilbab instannya, Kalina segera keluar dari kamarnya dan Raif, mata perempuan itu mengedar, mencari keberadaan suaminya yang tadi pamit membuat teh. "Mas Raif!" panggilnya, tetapi saat ke dapur, ia tidak melihat keberadaan Raif. "Kemana coba?" gumamnya menggeleng, tetapi lebih memilih melangkah menuju pintu untuk mengambil paketnya sembari mengenakan jilbab instan itu.

Kalina membuka pintu, segera melangkah untuk mengambil paketnya di dekat gerbang, setelah mendapatkan paketnya, Kalina berniat segera masuk, tetapi urung karena ada suara yang didengarnya. "Eh, tetangga baru!" Suara itu langsung membuat Kalina menoleh, rupanya seorang perempuan dari rumah samping Kalina yang sedang lewat. "Baru pindah?" Perempuan itu bertanya sembari melihat Kalina dengan teliti, benar-benar dari kaki hingga kepala.

Kalina melepaskan tangannya yang tadinya akan menutup pagar, ia segera mengangguk. "E-eh, iya, Mbak," jawabnya sembari tersenyum menatap perempuan berambut hitam didepannya itu.

Sebenarnya, Kalina adalah orang yang canggung jika bertemu dengan orang baru, jadi, ia bingung ketika perempuan yang sepertinya sudah berkepala tiga itu mempehatikannya dengan teliti sekali lagi setelah ia menjawab tadi. "Saya Kalina, Mbak, salam kenal." Akhirnya, Kalina memperkenalkan diri dengan ramah. "Mbaknya yang di samping, ya? Kemarin waktu saya sama suami kesana nggak ada orang soalnya." Benar, kemarin Kalina dan Raif memang berkeliling untuk menyapa sekaligus mengenal tetangga-tetangga dilingkungan ini, tetapi rumah disampingnya memang kosong kemarin.

"Oh iya, saya baru aja pulang kampung, saya Nia," ucap perempuan itu. "Padahal tadi saya dari pagi, ya, sampenya, kirain mau nyapa, eh ... harus saya duluan ternyata." Walaupun terdengar ramah, Kalina tahu jika perempuan bernama Nia itu tengah menyindirnya.

Kalina tersenyum canggung. "E-eh iya, Mbak. Maaf, tadi saya kira Mbaknya belum ada, emm, saya juga tadi nggak keluar, maaf, Mbak," katanya menunduk pelan lalu menatapnya lagi. "Mari, Mbak. Mau mampir dulu?"

"Baru nikah, ya? Kamu kayaknya masih muda banget." Bukannya membalas Kalina, Nia malah bertanya. "Kamu berapa tahun?"

Kalina mengangguk. "Iya, Mbak, lima hari lalu," jawabnya. "Saya dua puluh satu, Mbak."

"Oalah, beneran masih muda ternyata, berarti nikah sambil kuliah, ya? Apa enggak kuliah? Sayang banget padahal masih muda, ya, udah nikah aja," ucapnya masih memperhatikan Kalina.

"Alhamdulillah udah lulus kuliah, Mbak. Alhamdulillah juga bisa langsung menikah, dari pada ditunda." Jika boleh jujur, Kalina merasa kurang nyaman dengan tatapan intens Nia sekarang.

"Emm, gitu toh." Nia mengangguk-angguk. "Selamat atas pernikahannya, ya. Enggak gampang loh padahal, saya yang udah kepala tiga ini aja baru nikah tiga tahun ngerasa berat banget apalagi kamu ya—"

"Kal?"

Belum Nia menyelesaikan ucapannya, keduanya menoleh kala mendengar Raif yang memanggil Kalina, laki-laki itu keluar dari rumah dan melihat Kalina yang tengah bersama Nia. "Oalah, lagi ngobrol, Mas kira—"

"Eh tunggu, Raif?" Kalina dan Raif langsung menoleh ke arah Nia yang memasang raut wajah terkejut melihat Raif. Raif yang melihat itu, mengerutkan keningnya bingung, kenapa?

"Lah, ternyata beneran nikahnya bukan sama Husna, saya baru aja liat berita kamu, rame banget udah mau seminggu ini!"

Bersambung

Mohon maaf bila ada kesalahan🙏🏻
Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa tekan tombol vote jika kamu suka♡

Seguir leyendo

También te gustarán

377K 16.6K 70
Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir dari keluarga berada dan Alzena dari ke...
216K 15.4K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
6.9M 962K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
59.9K 2.7K 29
"Wanita itu suci, bagaikan sajadah. Karna, diatas wanita lah lelaki akan beribadah." Fatimah mengerutkan keningnya. "Maksudnya? Perempuan dijadikan s...