Assalamualaikum semuanya 💙
Gimana kabarnya hari ini?
Bismillahirrahmanirrahim hari ini Bunnes mau update ygy 😌
Plagiat di mohon agar segera minggat 🙏
~SELAMAT MEMBACA~
Udara malam hari membuat suhu tubuh Aurora meninggi, dirinya menggigil karena seharian ini tertimpa banyak masalah. Dari fisik dan pikirannya yang membuatnya drop, Dina yang tengah mengkompres Aurora terlihat panik karena melihat Aurora dengan wajah yang sangat pucat pasi. Gadis tersebut memejamkan matanya sembari suara deheman yang keluar dari lisan Aurora.
"Mbak, mbak Aurora nggak papa?" Tanya Dina terus-menerus mengkompres kening Aurora dengan air hangat, jika biasanya gadis tersebut pecicilan dan tidak bisa diam namun untuk kali ini berbeda. Seharian ini Dina bisa melihat Aurora dalam masalah.
"Lo nggak liat gue sa_kit?" Kesal Aurora menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut yang tebal.
"Kita ke ndalem ya? Biar di rawat sama Bu nyai Najmi." Ajak Dina mencoba membangunkan Aurora.
Aurora membuka selimutnya, wajah pucat pasi nya tidak ia hiraukan sama sekali.
"Nggak Din, gue kalau ke sana malah di hukum lagi nanti sama Gus Arkham. Gue nggak mau, belum setor hafalan." Elak Aurora lirih.
Dina merasa iba, suara yang sangat parau membuat Dina bertambah khawatir dengan kondisi Aurora saat ini. "Di ponpes ini sudah peraturan mbak, kalau ada yang sakit akan di rawat di ndalem. Dan untuk hukuman, Insya Allah Gus Arkham nggak akan nagih kalau tau kondisi mbak Aurora kayak gini."
Aurora masih terdiam karena mendengar penuturan dari Dina barusan, badannya terasa sangat remuk. Bahkan suara dari Aurora sulit untuk keluar, Dina meraih gelas yang berisikan teh hangat dan menyodorkan di hadapan Aurora.
"Minum mbak, setelah itu Dina anterin ke ndalem." Pinta Dina dengan senyuman.
Aurora menerima pemberian teh tersebut, dirinya menyeruput teh hangat yang di buatkan oleh Dina. "Kamu beneran kan Din, Gus Arkham nggak akan nagih hafalan nya?"
Dina yang mendengar itu sontak menggelengkan kepalanya kecil, raut wajah Aurora terlihat jelas menandakan kekhwatiran. Dari sini Dina bisa melihat sisi baik dari Aurora yang tomboi dan pecicilan.
"Beneran mbak, kapan Dina bohong?"
"Nggak pernah bohong sih Din, kan lo alim nggak kayak gue." Balas Aurora kembali menyeruput teh hangat tersebut.
"Mbak Aurora tuh baik, cuma caranya yang beda."
Di ndalem terlihat keluarga Kyai Abdullah tengah berkumpul di ruang keluarga, terdapat Alif, Arsyad, Syifa, dan Arkhan begitupun dengan Bu nyai Najmi. Arkham yang melihat keluarganya tengah berkumpul tersenyum simpul, ia melangkahkan kakinya untuk mendekati semua orang.
"Ekhem, assalamualaikum rame nih." Celetuk Arkham melihat semua orang.
"Waalaikumsalam."
Arkham mencium punggung tangan Bu nyai Najmi dengan takzim, dirinya duduk di samping kakak iparnya.
"Bicarain apa nih." Tanya Arkham melihat Altaf yang tengah di gendong oleh Alif.
"Si Altaf mirip siapa Kham?" Tanya Alif melihat ke arah adiknya.
"Mirip Arkham sama mas Arkhan lah, masa mirip mas Arsyad yang tidak tamvan." Jawab Arkham tersenyum mengejek ke arah kakak ipar nya.
"Altaf anaknya mas loh, ya kali niru muka-muka adik nya mas yang sangat-sangat tidak tamvan seperti mas." Balas Arsyad bangga.
"Hilih, kegantengannya Altaf tuh dari Om nya. Iya nggak Taf." Arkham menaik turunkan alisnya di hadapan keponakan barunya.
Semua orang hanya mampu menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa Altaf mempunyai Om seperti Arkham. Syifa menyerahkan kepada alif karena Altaf yang sudah mulai rewel dari pangkuannya.
"Oh iya Kham gimana sidang nya?" Tanya Syifa kepada adik suaminya itu.
"Siapa yang cerai nduk?" Tanya Bu nyai Najmi.
"Bukan itu Ummi, maksud Syifa sidang santriwati yang bawa handphone ke pondok pesantren ini." Jelas Syifa dan semua orang yang mendengarnya menjadi paham.
"Maksudnya ada yang berani membawa handphone kesini sayang?" Tanya Arkhan dan di balas anggukan oleh Syifa. "Iya mas kasusnya udah di proses sama Arkham." Balas Syifa.
Arkhan melihat ke arah adiknya yang hanya berkisar lima menit itu. "Lalu gimana? Udah kamu urus Kham?" Tanya Arkhan.
"Tenang aja mas, udah kok handphone nya aku sita terus mereka berempat aku hukum." Balas Arkham santai.
"Berempat? Memangnya siapa aja?" Tanya Arkhan.
"Santriwati senior mas, sama sepupunya mbak Syifa. Aurora, gara-gara baca buku novel." Lanjut Arkham.
"Bagus kalau gitu, di pondok pesantren harus disiplin." Ujar Arkhan lega.
"Memangnya kenapa mas di pondok pesantren nggak boleh bawa hp? Bukannya itu suatu keperluan juga ya? Misalnya kita kan perlu tuh butuh waktu pembelajaran di kelas, kayak materi gitu." Syifa Melontarkan pertanyaan nya membuat suaminya hanya mampu tersenyum tipis.
"Pondok pesantren memang sudah memberikan peraturan tidak diperbolehkan membawa handphone sayang, kalau sampai pelanggaran itu di lakukan maka santri maupun santriwati harus menanggung resikonya. Ada waktu tertentu di perbolehkan membawa handphone, seperti menjelang acara tertentu seperti kemarin. Mereka di perbolehkan membawa handphone atau menggunakan handphone untuk menghubungi orang tua, dan setelah acara itu selesai mereka wajib memberikan handphone itu ke pengurus atau ke orang tuanya masing-masing."
"Untuk kelas atau materi pondok pesantren ini sudah memberikan batasan nya, zaman sekarang banyak sekali zina mata hanya menguntungkan handphone. Bahkan santri maupun santriwati banyak yang melakukan pacaran, padahal mereka sudah tau hukum pacaran itu dosa tetapi mereka tidak menghiraukannya atau malah ajaran yang selama ini di peroleh di pondok pesantren hanya terlintas sepintas di pikiran nya. Saat ini mereka hanya baper dengan ketikkan, dengan kata-kata yang keluar dari keyboard. Sungguh akhir zaman sangatlah berat jika kita tidak mempunyai iman yang kuat."
"Betul tuh yang dikatakan sama mas Arkhan, jadi kalau aku punya orang yang ku Kagumi langsung sat set ajalah. Langsung khitbah." Timpal Arkham membuat yang berada di ruangan itu terkekeh ringan.
Dina yang tengah memapah tubuh Aurora memberhentikan langkah kakinya karena mendengar suara kekehan dari ruang ndalem. Dina dan Aurora saling pandang, karena takut mengganggu momen di antara keluarga ndalem.
"Udah lah pulang aja yuk, gue nggak papa." Pinta Aurora menggeleng kecil.
"Ndak bisa mbak, wajah mbak Aurora udah kayak mayat hidup." Balas Dina tidak menyetujui permintaan dari Aurora.
"Gue nggak papa---"
Bruk!
Dina ikut tersungkur di teras ndalem karena Aurora yang tiba-tiba pingsan, wajah Aurora terlihat sangat pucat pasi. Tanpa berlama-lama Dina membantu membenarkan hijab milik Aurora dan berancang-ancang untuk berteriak.
"Bu nyai Najmi!! TOLONG!"
Arsyad dan Arkham yang tengah terkekeh memberhentikan gelak tawanya karena mendengar seseorang berteriak, semua orang saling pandang terkecuali Bu nyai Najmi yang sudah melenggang pergi ke arah teras rumah.
"Ada apa itu?" Tanya Arsyad dan Alif serempak.
"Kita lihat."
Semua orang keluar dari rumah untuk melihat apa yang terjadi, mata semua orang terkejut bukan main saat melihat Aurora tengah terpuruk di lantai tepat di pangkuan Dina.
"Astaghfirullah, ini kenapa Aurora?" Tanya Bu nyai Najmi melihat kondisi Aurora yang pucat pasi.
"Pingsan Bu nyai, mbak Aurora memang udah sakit." Balas Dina.
"Ya udah bawa masuk ke ndalem." Timpal Syifa turut khawatir dengan kondisi sepupunya, tidak biasa Aurora seperti ini. Gadis tersebut jarang sekali pingsan, atau bahkan tidak pernah pingsan namun Syifa tidak menyangka jika sepupunya yang tomboi itu kini terbaring lemah tak berdaya.
Arkham pun terkejut bukan main, jika biasanya ia melihat Aurora kuat akan segala hal namun gadis tersebut terlihat lemah dengan wajah pucat nya.
"Kenapa bengong Kham! Bantu gendong nduk Aurora masuk ke dalam." Pinta Bu nyai Najmi.
"I-iya Ummi." Balas Arkham dan segera mengangkat beban Aurora.
Bersambung...
Nungguin Bunnes update ya🥰
Jangan lupa untuk baca eps selanjutnya
Vote?
Komentar?
Next?
Wassalamu'alaikum 💙💙💙💙