RALINA

By lliiaa12_

15.1K 2.9K 387

Bagaimana jika Kalina, gadis yang baru saja memulai hijrahnya, tiba-tiba dijodohkan dengan Raif, seorang terk... More

Awal
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16

Bab 11

732 148 13
By lliiaa12_

"Assalamualaikum," salam Raif, membuat Kalina yang sedang fokus membereskan baju didepan lemari menoleh, gadis itu menjawab salam, lalu melihat sang suami mendekatinya lalu ikut duduk disampingnya, ah ya, ia tengah duduk di lantai.

"Udah beres semua, Mas?" tanya Kalina, ia kembali fokus membereskan baju.

Raif mengangguk. "Udah, belanja kebutuhan dapur besok aja, ya? Nggak apa-apa, kan?" jawab Raif, tangannya kini bergerak membantu Kalina membereskan baju. "Besok Mas kayaknya mau ke kantor sebentar, sekitar siangan, kalau kamu mau ikut nggak apa-apa, kamu mulai ke kafe seminggu lagi, kan?"

Kalina mengangguk. "Iya, Mas."

Hari sudah larut, sekitar jam sepuluh malam, mereka akhirnya menyelesaikan semuanya. Hari ini, Raif dan Kalina benar-benar disibukkan dengan urusan rumah baru mereka sedari pagi tadi.

Kini, Kalina dan Raif sudah berdiri dari duduk mereka. Kalina segera berpamit untuk membersihkan dirinya, sedang Raif, laki-laki itu turun ke bawah, ia berniat membuat teh untuknya juga sang istri.

Raif kini sudah berada di dapur, dapur bernuansa putih dengan aksen kayu yang Kalina pilih sebelum mereka menikah, sungguh indah di pandang, terlihat masih kosong, tetapi Raif mempunyai beberapa stok teh karena memang beberapa kali ia tempati rumah ini.

Tangan Raif telaten menyiapkan teh menandakan ia sering melakukan hal sama, tetapi kali ini, ia menyiapkan dua cangkir yang kini sudah tersaji teh hangat di dalamnya. Laki-laki itu segera mengambil kedua tehnya dengan kedua tangan, lalu berjalan menuju kamar kembali.

"Kal?" Raif masuk ke dalam kamar, senyumannya terbit saat melihat Kalina yang duduk di depan bercermin di meja riasnya, laki-laki itu melangkah mendekati sang istri, meletakkan teh di meja rias yang masih kosong itu lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Kalina, ia membisikkan, "Allahumma kama hassanta khalqi fahassin khuluqi."

Kalina terdiam, tidak, kenapa jantungnya berdebar tiba-tiba? Gadis itu menahan napasnya, tetapi detik kemudian ia membalas senyuman suaminya. "Loh? Mas Raif bikin teh dimana?" tanyanya kemudian saat melihat teh yang Raif letakkan tadi.

"Dapur lah," jawab Raif menatap Kalina. "Tehnya emang udah ada, Mas beberapa kali tidur disini karena rumah kan agak jauh dari kantor." Lanjutnya yang membuat Kalina mengangguk.

"Kirain aku Mas kemana tadi," ucap Kalina, ia membawa salah satu cangkir teh dan berdiri, diikuti Raif dan akhirnya mereka pun duduk di sofa yang berada di dekat jendela kamar mereka yang di desain besar—kini sudah tertutup gorden—, sofa itu tepat berada di depan jendela.

"Makasih tehnya, Mas." Kalina masih tersenyum, menatap Raif yang sudah duduk disampingnya lalu meminum teh yang suaminya itu siapkan.

Raif hanya membalas senyuman itu sambil mengangguk, lalu meminum tehnya juga, laki-laki itu lalu menyimpan cangkirnya di meja yang ada di samping, lalu menatap Kalina lekat, gadis itu kini terdiam menatap lurus sembari menggenggam cangkir dengan kedua tangannya. "Aku masih nggak nyangka, Mas," lirihnya menghela napas.

Raif menggeser duduknya, ia mendekatkan dirinya dengan Kalina. "Kenapa?" Seperti biasa, suara lembutnya terdengar bertanya, tangannya kini bergerak menelisik halus rambut Kalina, seakan tidak tahu jika ia berbuat seperti itu, jantung istrinya langsung berdegup lebih kencang.

"Ya, jadi kayak gini, Mas," jawab Kalina, matanya dan Raif kini saling bertemu. "Aku masih nggak nyangka kalau hari-hari aku sekarang, dan seterusnya ... aku bukan lagi Kalina yang bisa terus manja sama Ayah dan selalu ngandelin Mas Adnan."

"Bareng Mas sekarang, beneran sedeket ini, aku masih nggak nyangka aja, Mas," lirih Kalina, lalu menyimpan cangkir teh yang masih ditangannya. "Pokoknya gitu deh."

Raif terkekeh, tangannya yang tadi memainkan rambut Kalina, kini bergerak menggamit jarinya erat. Matanya masih menatap cantik Kalina lekat, lalu lagi-lagi menyunggingkan senyum yang manis. "Skenario Allah yang bakalan terus Mas syukuri, Kal," ucap Raif.

Kalina mengangguk, lalu memalingkan wajahnya karena menyadari jika tatapan Raif benar-benar tidak lepas menatapnya sedari tadi. Membuat Raif lagi-lagi terkekeh, lalu mengusap lembut punggung tangan sang istri yang masih bertaut dengan jarinya.

Walau hanya begitu, Kalina malah semakin salah tingkah, gadis itu segera melepaskan tangannya dari Raif dan memegang pipinya yang mungkin memerah. "Kayak gini juga belum terbiasa aku, Mas," katanya cepat yang membuat Raif tergelak.

"Maaf maaf," kekeh Raif. "Mas soalnya baru dapet kesempatan liatin bebas perempuan cantik, masa mau di sia-siain sih, Kal?" Tidak, apakah Raif kembali merayu sekarang?

Kalina mendengkus. "Nggak akan habis kok, Mas. Ini aku setiap hari bakalan sama Mas terus, kok," katanya. "Kalau gini caranya, nggak baik buat kesehatan jantung aku, Mas." Lanjutnya berterus terang.

"Tapi Mas beneran, Kal. Kamu cantik." Baiklah, Raif belum mau berhenti saat ini.

Kalina segera menggeleng, wajahnya ia buat serius lalu punggung tangannya bergerak menyentuh kening Raif. "Alhamdulillah, aman. Ternyata Mas emang kayak gini, bukan sakit," candanya sembari terkekeh.

"Enggak apa-apa, dapet pahala kok ini kita," balas Raif tersenyum, laki-laki itu lalu kembali mendekatkan diri pada Kalina, tetapi kali ini, terlihat ia bisikkan sesuatu pada istrinya itu. "Itu apalagi." Lanjutnya setelah itu.

Kalina terdiam, tetapi detik kemudian ia tersenyum dan menatap Raif dengan tatapan yang sulit di artikan, begitu juga Raif, untuk beberapa detik, keduanya saling menatap dan tersenyum, hingga Raif bergerak mengecup kening istrinya dan kembali berbisik, "Salat sunah dulu, ya?"

Sudah, mari selesaikan pembahasan malam ini, tinggalkan mereka dengan bisikkan Raif yang entah apa bunyinya. Biar hanya mereka yang tahu hal apa yang setelah ini terjadi.

🌷🌷🌷

Kalina mengerjapkan matanya, seperti dua hari sebelumnya, yang ia lihat pertama kali adalah Raif, sang suami. Perempuan itu tersenyum, sembari mengumpulkan kesadarannya yang belum seratus persen, Kalina melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul empat pagi, sebentar lagi azan subuh akan berkumandang.

Terdiam sejenak, Kalina kini menyadari jika tangan Raif tengah memeluknya, tersenyum, tidak langsung membangunkan Raif, ia malah menatap wajah suaminya itu, terlihat sangat tenang saat tertidur.

Ah, apakah Kalina pernah menjelaskan bagaimana Raif dimatanya? Jika belum, maka Kalina akan bilang jika Raif adalah pria tampan, jika di lihat-lihat wajah Raif sangat mirip dengan ayah mertuanya, bak pinang di belah dua, dengan kulit kuning langsat yang Kalina yakini adalah turunan sang ibu mertua, alis yang tidak terlalu tebal tapi pas dan hidung yang agak mancung, ah, sulit Kalina jelaskan lagi, intinya suaminya ini tampan.

Tangan Kalina kini bergerak menyentuh pipi mulus Raif, terlihat laki-laki itu tidak terusik, membuat ia makin tersenyum dan malah mengusap lembut pipi mulus milik Raif, sembari terus menganggumi ciptaan Allah didepannya ini dalam hati.

"Nggak akan habis kok, ini Mas setiap hari bakal terus sama kamu kok."

Tanpa disangka, Raif membuka suara, ia sukses membuat Kalina terkaget, perempuan itu segera melepaskan tangan yang berada di pipi Raif lalu menghela napas saat suaminya itu membuka mata sembari tersenyum. "Kaget, Mas. Astagfirullah," ucapnya menggeleng, lalu mencubit pelan tangan Raif yang melingkar di tubuhnya.

"Lagian kamu liatin Mas gitu banget, nggak akan habis kok, kamu juga kemarin bilang gitu, kan?" balas Raif, rupanya laki-laki itu juga sudah terbangun bersamaan dengan Kalina tadi.

Raif melepaskan pelukannya, lalu tangannya bergerak merapikan anak rambut sang istri yang menutupi sedikit wajah cantik Kalina itu. "Cantik," lirihnya, dan akan selalu sukses membuat istrinya salah tingkah.

"Mending Mas Raif bangun, ambil wudu, bentar lagi azan tuh," ucap Kalina mengalihkan pembicaraan. "Mas mau salat di masjid?"

"Hari ini Mas mau salat disini aja, salat subuh bareng istri," jawab Raif lalu mengecup kening Kalina dan mendudukan diri, sama halnya Kalina yang juga ikut mendudukan dirinya setelah Raif. "Pertama kalinya."

Kalina tersenyum, lalu mengangguk setelahnya. Perempuan itu lalu melihat Raif yang turun dari ranjang, tetapi bukan ke kamar mandi untuk berwudu seperti pikirannya, Raif malah berjalan memutar mendekati sisi ranjang Kalina, laki-laki itu tersenyum lalu mengusap rambut istrinya lembut. "Mas bakal berusaha selalu ada buat kamu, jadi suami yang kamu harapkan dan kasih yang terbaik, Kal."

Bersambung

Mohon maaf bila ada kesalahan🙏🏻
Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa tekan tombol vote jika kamu suka♡

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 491K 60
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
96.4K 9.9K 31
Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna inginkan? Husna hanya ingin tenang, me...
170K 16.2K 52
Spin-off Takdirku Kamu 1 & 2 | Romance - Islami Shabira Deiren Umzey, dia berhasil memenangkan pria yang dicintainya meski dengan intrik perjodohan...
2.9M 257K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...