RALINA

By lliiaa12_

15.1K 2.9K 387

Bagaimana jika Kalina, gadis yang baru saja memulai hijrahnya, tiba-tiba dijodohkan dengan Raif, seorang terk... More

Awal
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16

Bab 10

841 176 22
By lliiaa12_

"Assalamualaikum." Kalina yang baru saja masuk ke kamar mengucap salam. Bisa ia lihat, Raif yang sedang membaca buku di atas ranjang langsung menoleh, tersenyum kearahnya dan membalas salam Kalina kemudian. "Maaf lama, Mas." Ia kembali berucap karena ia baru saja kembali setelah tadi Raaida memintanya untuk ditemani.

"Nggak apa-apa," ucap Raif, ekor matanya mengikuti Kalina yang berjalan mendekatinya, dan kini, istrinya itu sudah mendudukan diri di sampingnya, membuat laki-laki itu langsung menutup buku bacaannya dan menyimpannya sebelum mengubah posisi agar mereka semakin dekat.

"Mas ini ngapain liatin aku terus?" tanya Kalina mengerutkan kening canggung, karena memang sedari tadi Raif tidak memutuskan pandangan menatapnya.

Raif terkekeh. "Mau ngobrol dulu?" tanyanya menawarkan. "Masih jam sembilan, kamu belum mau tidur, kan? Mas mau jelasin yang tadi siang, mau minta maaf juga karena tiba-tiba pergi tadi."

Bukan, bukan karena marah atau Raif tipe laki-laki yang meninggalkan Kalina begitu saja dalam keadaan seperti itu, tadi siang, Raif datang ke kamar memang karena mau menyiapkan diri karena di ajak abinya pergi, jadi, mereka belum punya waktu untuk mengobrolkan hal tadi siang.

Tanpa menunggu Kalina membalas—karena memang istrinya itu tidak membalas—Raif langsung berbicara, "Besok, jangan liat berita kayak gitu lagi, ya, Kal? Mas larang kamu karena emang itu bakal buat kamu sedih liatnya, sekarang, banyak banget orang yang menilai tanpa berpikir dulu."

"Bukan kamu aja, bahkan Umi sama Abi udah Mas larang juga, Mas lakuin ini cuma karena Mas nggak mau kalian ikut terbebani dan ngerasa sedih karena Mas." Raif melanjutkan ucapannya sembari menatap Kalina dalam. "Kalau boleh pilih Mas ngulang dan nggak milih jalan ini, Mas pasti bakal pilih, karena ya, jadi kayak sekarang bukan dapet baiknya aja, tapi ada buruknya juga." Laki-laki itu menghela napas lalu mengelus lengan Kalina dan menggenggamnya pelan.

"Walaupun kamu bilang kamu nggak apa-apa dan nggak masalahin itu, Mas nggak bisa Kal, Mas tau itu tetep buat kamu sedih dan kepikiran, dan itu yang Mas nggak mau, kamu ngerti, kan?" Raif tersenyum. "Mas tau kamu pasti penasaran, tapi hal kayak gitu lebih baik nggak kita liat, kan?"

"Iya, Mas." Kalina mengangguk. "Tapi, Mas, aku boleh nanya nggak?"

"Apa?"

"Mas Raif kenapa nggak pernah aktif lagi? Padahal aku dulu suka loh liat video Masnya," tanya Kalina, gadis itu melepaskan genggaman Raif dan meneggakan tubuhnya, seakan sudah siap mendengar jawaban suaminya itu.

"Mas nggak mau bohong dengan bilang Mas berhenti buat video bukan karena berita Mas gagal menikah, Mas memang rehat setelah kejadian itu, butuh waktu banyak dan ya, karena mungkin pandangan orang-orang ke Mas juga udah berbeda," jelas Raif menjawab. "Tapi Mas bisa sebarin kebaikan dengan cara lain, kan?"

"Mas bukannya berhenti, mungkin rehat sejenak? Mas nggak bisa pastiin juga," kata Raif lagi. "Dan soal kemarin, sebenernya Mas juga seharusnya nggak posting foto kemarin, ya? Tapi setelah di pikir-pikir, itu harus, karena kamu tau sendiri, kan? Suamimu ini bisa aja dikenal sama orang random dijalan, takutnya ... waktu Mas nanti jalan sama kamu, malah nimbulin hal nggak nggak lagi."

Kalina mengangguk mengerti, membuat Raif tersenyum dan mengelus surai halus istrinya. "Makasih, ya, Kal?"

Tidak membalas ucapan sang suami, Kalina malah bergerak memeluk tubuh tegap didepannya itu, entah keberanian dari mana, karena saat sudah berada di dalam pelukan Raif, keduanya sama-sama terkaget. Tetapi itu tidak menjadikan pelukan mereka lepas, malah—walaupun harus menetralkan debarannya—Raif membalas pelukan itu, pelukan yang mungkin setelah ini adalah favorit barunya.

🌷🌷🌷

"Udah siap?" Raif masuk ke dalam kamar, melihat Kalina tengah berdiri di depan kaca yang menempel di lemari. Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh, mereka akan pergi sekarang.

"Udah, Mas." Kalina mengangguk, ia membalikan tubuhnya lalu tersenyum ke arah Raif. "Tas yang kemarin udah Mas simpen di mobil?" Lanjutnya bertanya yang dibalas anggukan oleh suaminya itu.

Raif memperlihatkan Kalina sebentar, lalu kakinya melangkah mendekati istrinya hingga mereka saling berhadapan dekat sekarang. Tak lama, tangan Raif terulur mengambil ujung jilbab istrinya yang disampirkan di bahu. "Gini lebih bagus."

Kalina menunduk menatap tangan Raif yang kini tengah merapikan ujung jilbabnya, lalu tersenyum menatap suaminya sembari berucap, "Maaf, Mas. Belum biasa."

Raif mengangguk. "Makanya, mulai sekarang biasain, oke?" balasnya, lalu tanpa ragu merengkul Kalina setelah istrinya mengambil tas selempang, mereka kini keluar dari kamar Raif.

Setelah berpamitan dengan Ayu, karena Raaida berada di sekolah dan Amar sudah pergi bekerja, Kalina dan Raif kini sudah berada di mobil, mereka sudah siap, di hari kedua pernikahan mereka, mereka akan benar-benar tinggal di rumah yang sudah Raif siapkan.

"Kita jadinya langsung ke toko perabotan, kan, Mas?" Benar, tidak langsung pergi ke rumah mereka, Raif dan Kalina akan mampir terlebih dahulu ke toko perabotan, seperti apa yang Kalina ucapkan baru saja. Memang, sebelum menikah, mereka sudah menyiapkan semuanya, tetapi memang belum seratus persen, jadi Raif dan Kalina harus ke toko perabotan untuk membeli beberapa hal.

Raif mengangguk. "Iya, mau mampir ke toko atau tempat lain dulu?" tanyanya yang langsung dibalas gelengan oleh sang istri.

Tak butuh waktu lama, Raif kini sudah memarkirkan mobilnya di sebuah pusat perbelanjaan, ia dan Kalina segera turun dan berjalan ke arah toko perabotan yang mereka tuju.

"Sini." Raif mengamit tangan Kalina, membuat gadis itu mendongak menatap Raif, sekon kemudian ia tersenyum.

Pasangan itu sampai di tujuan mereka, karena Kalina dan Raif sudah menyusun daftar yang akan dibeli tadi malam, mereka langsung memilih-milih tanpa harus berpikir lagi, mungkin hanya model perabotan saja yang mereka pertimbangkan.

"Mas bentar," bisik Kalina pada Raif yang tengah mendengarkan pagawai yang menjelaskan spesifikasi barang yang tadi ditanyai, gadis itu melepaskan gamitan suaminya.

Raif pikir, Kalina akan pergi untuk melihat-lihat, karena setelah ia selesai dengan urusannya, laki-laki itu masih melihat Kalina di tempat yang sama. "Loh, Mas kira kamu mau ke lihat-lihat yang lain makannya lepasin tangan Mas," ucapnya. "Maaf, nggak nyaman, ya?"

Kalina langsung menggeleng. "Bukan gitu, Mas, tapi ...." Gadis itu langsung menatap sekitar, lalu berjinjit, membisikkan sesuatu pada Raif.

Setelah itu, Raif juga nampak mengedarkan pandangannya, laki-laki itu menghela napas dan menatap Kalina dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Kalina mengangguk pelan. "Mau Mas tegur?"

"Harus, Kal." Raif berkata mantap, lalu berjalan ke arah kanan, mendekati dua orang remaja perempuan yang terlihat sedang menyibukkan diri dengan melihat-lihat alat yang dipajang untuk dijual.

Kalina mengikuti suaminya dengan degup jantung berdebar, jika kalian bertanya ada apa saat ini, maka jawabannya adalah Kalina menyadari jika sedari tadi, dua orang remaja yang kini sudah berada di dekat Raif, mereka terlihat terus mengikuti mereka, dan Kalina juga menyadari jika dua orang itu mengambil gambarnya dengan Raif melalui ponsel, Kalina adalah orang yang sangat peka terhadap sekitar, karenanya, Kalina merasa kurang nyaman.

Bukan asal mengklaim, sedari awal, Kalina sudah menyadari jika mereka memang memperhatikannya dan Raif, maka dari itu, Kalina memberi tahu Raif.

"Permisi, maaf ...." Ucapan Raif tentu saja membuat kedua remaja itu tersentak walaupun sudah menyadari jika Raif memang sudah berada di dekat mereka. "Tadi istri saya liat kalian fotoin kita berdua, apa benar?" Raif bertanya hati-hati kemudian, sangat hati-hati.

Kedua remaja itu terlihat gelapan. "Eh, maaf, Kak ... tadi, kita e-emang fotoin Kakak," gugup salah satunya. "B-bukan apa-apa, karena jarang-jarang kan ketemu sama K-kak Raif, apalagi ... emm, istrinya?"

Raif menghela napas. "Boleh saya minta tolong hapus aja fotonya? Maaf banget kalau nyinggung kalian, saya nggak nyaman dan tindakan kalian memang nggak bisa dibenarkan," pinta Raif lembut, tanpa ada nada emosi apapun.

"A-ah iya, Kak. Maaf banget, ya." Satu remaja itu berucap, lalu terlihat remaja lain yang menatap layar ponselnya, ya, menghapus foto yang mereka ambil tadi.

Raif mengangguk. "Iya, enggak apa-apa, lain kali, jangan gitu lagi, ya? Makasih ...."  Lalu, laki-laki itu menunduk dan membalikkan badannya, tersenyum ke arah Kalina dan mengangguk dan mengajak istrinya itu dengan kembali menggamit tangannya.

Mereka kembali berjalan, namun langkah Kalina memang lebih pendek, jadi ia berada di belakang Raif. Belum jauh berjalan, Kalina dan Raif kembali menghentikan langkah mereka karena mendengar—

"Tuh, kan! Pantesan enggak jadi sama Husna, itu Raif emang dari dulunya emang punya cewek lain!"

Bersambung

Mohon maaf bila ada kesalahan🙏🏻
Terima kasih sudah membaca part ini, jangan lupa tekan tombol vote jika kamu suka♡

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 504K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
25.8K 136 12
Naya Intana Sofia, seorang wanita muda berusia 21 tahun, terjebak dalam pernikahan dengan seorang ceo terkenal dan tampan, Devano Aldebaran. Gadis it...
76.4K 3.9K 24
Ayana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di seki...
6.9M 962K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...