TAMARA; Ugly and Selfish [Sel...

By Annsfra04

1.7K 313 104

egois Tamara skynay gadis jelek dengan sifat egoisnya yang mendarah daging, karena sifat egoisnya juga dia ma... More

00. prolog
01. Tamara Skynay
02. permintaan Tamara
03. tentang pertunangan
04. semuanya di mulai
05. pertemuan
06. berbagi kekasih?
07. singkat cerita
08. di jemput?
09. terngiang-ngiang
10. Karma memalukan
11. Brengsek atau Cerdik?
12. Syarat Lain
13. kembali seperti semula
14. Ikat rambut pink berpita šŸŽ€
15. Fakta Nugraha
16. Pertunangan šŸ’
17. Pendamba Kupu-kupu
18. Mendekati Lagi
19. Tamari Nomer Satu
20. Bahagia?
22. Masa depan?
23. Kelulusan
24. Tamari hamil
25. Mundur?
26. Penyakit Tamara
27. Bukan lagi cinta sebelah pihak
28. Fares, Mari bahagian bersama
29. Pertahankan aku, ya?
30. Pergi
31. Kenyataan
32. words of support
33. angin kerinduan
34. Kenyataan dan 1300 lembar kerinduan
35. Rumah (keberhasilan)
36. kembali pada yang asal
37. Dinner Ayah dan Anak
38. Bertemu dengan Rindu
39. Fakta Dari Ghana
40. Ayo Perbaikan Semuanya
41. Diana dan Kesalahannya
42. Bunga Anyelir
43. Bunga Lily
44. Terimakasih Mamah
45. Tamara [End]
Cerita Baru

21. Ujian Sekolah pertama

19 6 2
By Annsfra04

Ternyata kebahagiaan itu tidak terbagi dengan rata. ada salah satu yang tersakiti.

......

"Sebelum Kita melaksanakan ujian alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa sesuai kepercayaan masing-masing dimulai." Ruangan 05 itu hening, semuanya menunduk berdoa didalam hati sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

"Berdoa selesai." Instruksi pengawas. Tegang, itulah yang mereka rasakan sekarang. Waktunya ujian, hari ini adalah hari pertama ujian. Mereka sudah memaksimalkan diri belajar dari semalam untuk menghadapi ujian hari ini. Bahkan dari jauh-jauh hari. Mereka berdoa semoga apa yang mereka pelajari ada dalam soal sekarang.

Komputer menyala didepan mereka. Soal-soal ada di dalamnya, diberikan kunci sandi untuk membunya maka soal-soal akan keluar.

"jangan tengok kiri tengok kanan. Ketahuan menyontek, silahkan keluar."

"Siap, pak!"

Ujian sudah dimulai, sandi diberikan. Pertama mereka harus mengisi data diri terlebih dahulu disusul dengan mengisi nomer ujian. Setelahnya mereka akan dibawa kelaman yang berisikan soal-soal. Ujian mengunakan komputer sedikit memusingkannya dan banyak sekali kesalahan, entah itu komputer yang harus fokus, mengejar waktu. Ada juga kendala saat tiba-tiba komputer itu mati. Tidak boleh gegabah, harus dengan hati-hati membaca soalnya.

Seperti murid lain, Tamara yang duduk di bangku tengah-tengah sama deg-degannya. Tapi dia mencoba fokus. Berfikir positif pasti dirinya bisa melewati soal-soal yang banyak ini. Dari semalam bahkan jauh-jauh hari sudah belajar, ya, pasti bisa. Pasti bisa.

"Absen tetap berjalan."

"Ya, pak."

Ketat pengawasan ujian. Pengawas mondar-mandir kesana kemari melihat-lihat, banyak mata yang mengintip, menyontek. Mendapat teguran menunduk takut. Kamera cctv terpajang disudut ruangan, di ruangannya yang menjaga cctv merekapun melihat, mengawasi. Sungguh, ujian kali ini sangat ketat.

"Jangan terburu-buru, baca dengan teliti, pikirkan jawabannya matang matang."

"Itu yang dipojok tidak boleh mengobrol apalagi meminta jawaban!"

"Siap, maaf, pak."

"Jangan mudah memberikan jawaban pada orang lain. Saat seperti ini kalian harus pelit. Pentingkan diri sendiri, mereka yang diberikan contekan jika sukses tidak akan mengajak kamu yang belum tentu sukses."

Contohnya;

Ada dua anak bersahabat. Kita bilang saja A dan B. Mereka sudah bersahabat sangat lama, apa-apa bersama. Suatu saat salah satu dari dua orang itu di tanya.

Begini.

Yang ditanya A, "jika kamu sukses sedangkan teman mu-B tidak sukses apakah kamu mau menemani temanmu yang tidak sukses? Atau kamu mau memberikan kesuksesan itu pada temanmu?"

A menjawab, "tidak."

"Kenapa tidak bukankah B adalah sahabat mu?"

A pun berkata, "memang aku sahabatnya. Tapi jika mengenai masa depan aku tidak bisa membantunya."

Suatu saat nanti tidak akan ada yang menolongmu saat dirimu tidak sukses. Teman bahkan sahabat pun akan acuh padamu, mereka lebih peduli kesuksesannya.

Bicaranya gini, "tidak ada yang mau bertaruh kesuksesannya untuk orang lain."

.....

"Gila sih ujian pertama bikin kepala gue mau pecah. Selesai ujian kayaknya gue bisa-bisa geger otak deh!" Dengan heboh Adista memegang kepalanya, rambutnya yang tadinya rapi sekarang berantakan bahkan jepitannya hilang entah kemana.

Tamara tertawa kecil dia mangut mangut saja. Memang benar yang dikatakan Adista, ujian pertama sangat memusingkan apalagi ujian kedua ketiga. Ujian dilaksanakan empat hari.

"Gimana kalau kita dinginin otak sambil makan seblak?" Tamara memberi saran dengan menaikkan alisnya. "Gue teraktir!"

"Boleh juga. Tapi..."

"Kenapa?"

"Gue harus belajar. Persiapan buat besok. Meskipun dari lama udah belajar tapi gue takut, takut gak bisa dan takut dapet nilai jelek. Lo tahu kan? Gue pengejar beasiswa?" Wajah Adista menyendu. Dia mengerucutkan bibirnya, "maaf ya gak bisa, gapapa kan?"

"Kalau Lo tanpa belajar juga udah pinter, Ta, lah gue? Gue harus di asah dulu otaknya baru bisa. Maaf ya, jangan sekarang deh nyeblaknya nanti aja kalau udah selesai ujian, gimana?"

Tamara mengangguk, "boleh."

"Lo marah gak, maaf, ya?"

Tamara tersenyum kecil, "gapapa, yaudah ayo kita pulang belajar yang giat supaya kita dapet nilai yang bagus dan bisa masuk universitas impian. pulangnya bareng gue aja, tuh supirnya udah nungguin."

"Gapapa kan nganterin gue?"

"Gapapa, sekalian."

....

"Yah, beberapa hari kedepan aku gak bisa belajar bisnis dulu. Mau fokus belajar buat ujian."

"Iya, belajar yang serius."

"Gapapa, kan?"

"Gapapa, sayang. Fokus aja belajar jangan pikirin perusahaan. Universitas impian menunggumu."

"Ayah setuju aku masuk universitas itu?"

"Setuju, sangat setuju."

"Bukankah ayah punya universitas terbaik untuk aku?"

"Hahaha, Tamara, fokus aja belajar, nak. Ayah gak mau membebani kamu dengan keinginannya ayah yang lainnya cukup perusahaan aja yang menjadi beban kamu."

"Makasih, ayah."

"Ayah yang harusnya berterimakasih sama kamu."

"Hehehe, iya, sama sama."

"Dasar. Ayah tutup, ya? Banyak berkas yang harus ayah tandatangan."

"Iya, ayah, semangat."

"Kamu juga, nak. Ayah tutup, ya?"

Tut!

Telepon itu terputus, Tamara menyimpan ponselnya. Tamara sudah izin untuk tidak kekantor beberapa hari kedepan, mau fokus ujian. Dan untungnya ayahnya tidak masalah. Ayahnya sudah mulai berubah, syukurlah.

Ting!

Rafael
Nanti malam ajarin gue belajar lagi

Me
Dimana?

Rafael
Video call aja

.....

Kabar bahagia, Rafael sudah mulai dekat dengan Tamara.

Dari mulai beberapa hari menjelang ujian sampai sekarang hari ketiga ujian. Cowok itu mulai menerima Tamara, cinta tidak. Namun bisa menerima Tamara. Tidak marah lagi kalau Tamara mendekat. Tamara dan Rafael juga sering belajar bareng, kadang di rumah Rafael, kafe, atupun malam sambil video call.

Tamara sering tersenyum sekarang. Bahagia mulai singgap pada dirinya. Entah akan lama atau hanya sementara. Tidak masalah, Tamara tetap bahagian dia bersyukur pada Tuhan. Setidaknya bahagia itu dia rasakan.

Angin menerpa wajahnya, bibir tipis itu melengkung memandang, matanya berbinar melihat objek didepannya. Tuhan, sangat indah sekali. Kacamatanya dia buka, bebas memandang, bisa sepuasnya.

"Ya Tuhan aku bahagia, jika ingin mengambil nyawaku sekarang aku ikhlas. Karena sungguh saat ini aku sedang bahagia." Tamara bergumam dalam hati.

"Hey, jangan ngelamun. Ajarin gue bab ini." Rafael menggoyangkan telapak tangannya didepan wajah Tamara yang melamun dengan mata berbinar melihat kearahnya. "Tamara?!"

"Eh." Terkisep Tamara sadar. Dia linglung, seketika pipinya memerah. "Kenapa, El?"

"Ngapain Lo ngelamun?"

"Memandang ciptaan Tuhan yang amat indah jadi kebablasan sampai ngelamun." Tamara menyengir menampakkan giginya yang putih rapi.

"Ck, kebiasaan."

"El, jadi pemandangan indah gue selalu, ya?"

.
.
.

"Berapa hari lagi ujiannya, El?"

"Satu, mah."

"Gimana kamu sama Tamara?"

"Mulai deket."

"Mamah seneng dengernya. Baik-baik selalu ya, kamu."

"Mamah setuju kalau kita punya menantu seperti Tamara?" Tiba-tiba Jordy ikut dalam percakapan.

"Kenapa nggak, pah?"

"Hmm. Dia jelek, mah. Kayaknya gak pantes buat anak kita. Keturunan kita di masa depan akan gagal nantinya. Potensi jadi menantu idaman papah nol persen dia."

"Hanya karena dia jelek, pah?" Salsa menipiskan bibirnya. Dia melirik anaknya yang sedang makan sambil sesekali melirik dirinya.

Jordy mengangguk.

"Kalau papah lupa, mamah juga jelek." Bibir Salsa semakin tipis. Wanita paruh baya itu menunduk. "Jangan memandang manusia dari rupanya saja, pah. Hatinya juga perlu."

Rafael mengusap tangan mamahnya yang berada di atas meja, Rafael elus lembut. "Mah..."

"Rafael. Dia menyembunyikan kecantikan dari orang-orang. Tidak membantah saat di olok-olok meski dia tidak salah. Tekanan hidupnya berat. Jangan kamu tambah luka dirinya, ya?"

"Mah..."

"Yang Tamara rasakan sekarang, dulu pernah mamah rasakan. Dan itu rasanya sakit."

.....

Dikediaman keluarga Sky pun kini sedang melaksanakan makan malam. Hening hanya terdengar suara alat makan yang beradu. Hingga beberapa menit kemudian makan malam itu sudah selesai.

"Tari muka kamu pucat." Ujar Tamara saat melihat wajah adiknya pucat. Sepertinya sakit.

"Gak usah sok peduli." Tamari malah mendesis tidak suka juga mendelik.

"Ya, maaf."

"Udah berhari-hari Tari suka muntah muntah. Selera makannya turun bahkan lihat, berat badannya juga turun. Tari, kita kerumah sakit ya, nak?"

"Aku gak mau, mah, aku sehat kok. Cuman kayaknya masuk angin aja soalnya perut aku juga kembung, gak enak." Tamari memberikan senyum menyakinkan pada mamahnya, "kayaknya juga aku kecapekan."

Diana mengusap punggung anaknya, dia belai lembut. Kasih sayang Diana untuk Tamari terlihat sangat jelas. "Kita kekamar yaa? Kamu harus istirahat."

"Malam ini mau tidur sama mamah, boleh?"

"Boleh dong, mamah peluk sepanjang malam."

"Aaaa.. mamah, makasih. Aku sayang mamah."

"Mamah lebih sayang kamu." Anak dan ibu itu beranjak pergi menuju ke kamar. Malam semakin menyapa.

Tamara memandang sendu ibu dan adiknya itu. Keduanya menaiki tangga dengan sambil merangkul dan bercanda gurau. Tamara menggigit bibirnya, melihat itu matanya memanas dan tidak sengaja mata kanannya mengalirkan air. Mata tahu bahwa hati Tamara sakit ingin merasakan apa yang adiknya rasakan.

Adam terdiam, tangannya terulur mengusap kepala Tamara. Tamara menengadah dan Adam tersenyum, "ada ayah."

"Hisk..." Tamara menangis.

"Pengen bobo sama mamah kaya Tamari, hiks... Pengen dipeluk mamah." Pelukan mamahnya jarang Tamara rasakan. Waktu itu, hanya waktu itu saat mamahnya ada masalah dengan ayahnya. Tamara tersenyum kecut, air matanya terus tumpah tanpa bisa di cegah. Tuhan, ini menyakitkan.

Adam merasakan apa yang dirasakan anaknya. Adam membawa anaknya pada pelukan. Dia peluk erat Tamara dengan kecupan bertubi-tubi dia berikan pada puncak kepala anaknya. Bergejolak dada Tamara. Dia meraung-raung didada ayanya, menumpahkan tangisannya, menumpahkan segala sakit yang dia rasakan.

"Ayah, mamah gak adil...."

"Aku pengen jadi Tamari.. hiks."

"Pengen bobo dipeluk mamah, pengen dicium mamah, pengen disuapin sama mamah... Hiks.. ayah....." Sesegukan sampai suara serak. Tamara memberontak.

"Hati aku sakit ayah..."

"Kenapa hanya Tamari?"

"Kenapa aku dibiarkan?"

"Ayah, aku anak mamah, kan? Aku anak ayah kan....?"

"Sayang, kamu anak kami." Adam memejamkan matanya. Dia semakin eratkan pelukannya pada Tamara. Racauan anaknya membuat dada Adam sesak. Benar, selama ini dirinya tidak rata memberikan kebahagiaan pada anak-anaknya.

Ternyata ada salah satu yang tersakiti.

"Bobo sama ayah, ya? Ayah peluk sepanjang malam."

"Mau mamah....."

Tubuh ringkih Tamara Adam angkat, Adam menimang nimang Tamara seperti anak kecil. Dia kecup kening panas anaknya. Adam ikutan berkaca-kaca. Kasihan sekali pada anaknya. Tenggorokannya tercekat, sakit, dan dadanya seperti terhimpit batu besar.

"Ayah... Aku capek... Pengen bobo."

"Iya, bobo, ayah peluk sepanjang malam."

"Tidak ayah. Aku mau mati..."

"Nak..."

"Bobo selamanya yaa ayah.."

.....

SATU KATA UNTUK PART INI?

VOTE!

KOMEN!

SHARE CERITA INI KETEMEN, KERABAT, KELUARGA KALIAAANNN!!

FOLLOW IGKU @annsfra04 dan @wp.annsfra04
FOLLOW JUGA Annsfra04

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

929K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
764K 56K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
836K 30.7K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
2.5M 143K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...