{JGN DIBACA LAGI, UDAH AKAN D...

By Eech31

619K 74.7K 6.5K

Pangeran kedua yang sedang patah hati mengajak Jaemin bertunangan Baca aja udah, gak bakal di unpub kalo blm... More

prolog
01
02
03
04
05
06
07 (penjelasan)
08
09
10 (lanjut masa setelah Jeno balik ke masa lalu)
Istilah dalam cerita
11
12
13
14
15
16
17
Tentang karakter
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27 (short update)
28
29
30 (end of season 1)
Ringkasan season 1
33 (Jaemin's POV)
34
36
38
39
40
41 (little short)
42
43
44
45
47
48
49
50 (untold story)
51
52 (end of season 2)
54
55
56
58
59
60
61
62 (lanjutan flashback Jaemin kabur)
63
64 (short update)
65
Permintaan Maaf dan Klarifikasi
Ada yang tau akun ini?
Mengenai Deactive
Hari terakhir sebelum unpublish

68 A Taeyong's past (1)

4.7K 717 63
By Eech31

Taeyong's side

Berasal dari keluarga Armeny yang cukup kuat di kalangan bangsawan, kans Taeyong menjadi Reve sangatlah besar. Sejak kecil, Taeyong dididik sebaik-baiknya oleh keluarganya agar bisa menjadi Reve yang baik. Karena merasa takdirnya sudah ditentukan, maka Taeyong menjalani seluruh pendidikannya sebaik mungkin. Hingga tiba suatu ketika lamaran resmi dari Kekaisaran datang padanya. Namanya akan segera tercatat sebagai ansent pertama yang menjadi Permaisuri. Ini sengaja dilakukan oleh Kaisar agar orang-orang tak lagi memandang sebelah mata pada seorang ansent.

Waktu pun berjalan. Di usianya yang kelima belas, Taeyong secara resmi bertunangan dengan Kai dan akan tinggal di istana untuk memperoleh pendidikan yang lebih, karena gelar Reve sudah disematkan padanya secara resmi saat pertunangan. Permaisuri saat itu adalah orang pertama yang menyambutnya di istana. Taeyong ditempatkan di istana khusus Reve, tepat bersebelahan dengan istana Permaisuri. Dan di sanalah untuk pertama kalinya Taeyong bertemu dengan Jaehyun, adik Kai yang lebih muda dua tahun darinya.

Usianya masih tiga belas tahun, tapi Taeyong bisa melihat dengan jelas ketampanan anak itu. Sikapnya cukup acuh dan ia terlihat seperti pemberontak kecil. Bahkan Jaehyun tak menghadiri pesta pertunangannya dengan Kai dulu. Taeyong ingat bahwa mereka adalah saudara tiri dan ibu Jaehyun sudah meninggal saat melahirkannya dulu, sementara Permaisuri yang sekarang adalah ibu Kai. Posisi Permaisuri harusnya milik ibu Jaehyun, tapi entah kenapa malah diganti dengan ibu Kai. Padahal saat itu ibu Jaehyun adalah seorang Reve. Hingga pada akhirnya Kai, sebagai anak pertama sekaligus anak Permaisuri, diangkat menjadi putra mahkota.

Saat itu ia melihat Jaehyun sedang terluka dan berusaha membalut lukanya sendiri dengan perban. Itu hal yang sangat sulit karena lukanya berada di lengan. Taeyong yang awalnya agak takut untuk menyapa Jaehyun, memberanikan diri mendekati Pangeran itu. "P-perlu bantuan?" tanya Taeyong dengan nada kelewat gugup.

Tangan Jaehyun terhenti dan ia mendongak pada Taeyong. Matanya yang sekelam malam membuat Taeyong agak takut. Tatapannya sangat dingin. "Siapa kau?"

"Eh, n-namaku Taeyong Armeny. Aku tidak sengaja melihatmu kesulitan, jadi kupikir kau butuh bantuan," jawab Taeyong. Ia ingat Jaehyun memang tak datang ke pertunangannya, sementara ia bisa mengetahui wajah Pangeran itu dari lukisan Kekaisaran.

"Taeyong Armeny?" gumam Jaehyun, sedikit berpikir. "Kau tunangan Kai?"

Taeyong mengangguk kikuk, bahkan Jaehyun memanggil kakaknya dengan nama langsung.

"Kau hanya seorang Reve tapi berani bicara informal padaku? Kalau hanya sekedar Reve, posisimu akan mudah tergeser dan digantikan oleh orang lain. Ibuku sudah pernah mengalaminya, jadi jangan terlalu bangga pada dirimu sendiri. Dan karena kau bersikap kurang ajar padaku, maka aku akan menghukummu," desis Jaehyun dengan raut datar.

Taeyong refleks membungkuk. "Maafkan saya, Yang Mulia Pangeran."

"Hukumanmu adalah memasang perban ke lenganku. Ingat, aku bukan minta bantuan tapi ini hukuman karena kau bersikap kurang ajar," kata Jaehyun lagi.

Taeyong tertegun sejenak, tapi ia kembali ketakutan saat menatap wajah Jaehyun yang galak itu. Ia langsung menunduk, ragu untuk mendekat

"Tunggu apalagi?! Cepat kemari!"

"Eh, baik, Pangeran," angguk Taeyong, buru-buru menghampiri Jaehyun dan membantunya memakai perban.

Pertemuan pertama mungkin kurang mengenakkan bagi Taeyong, tapi itu cukup membekas karena ia baru menyadari bahwa Jaehyun hanyalah anak yang kesepian. Setelah pertemuan itu, anehnya ia menjadi cukup sering bertemu dengan Jaehyun. Dan walaupun tak terkesan akrab, Jaehyun sudah tak terlalu galak lagi terhadapnya. Mereka sudah bisa berbincang secara informal. Taeyong menganggap Jaehyun seperti adik kecilnya sendiri. Dan Taeyong juga sering memberikan hadiah-hadiah kecil untuk Jaehyun, untuk menghibur anak yang kesepian itu.

Hingga suatu hari, ia tak menyangka bahwa Jaehyun malah memiliki perasaan lain terhadapnya. Taeyong tak sengaja mendapati bahwa Jaehyun menyimpan lukisan wajahnya di kamar pribadinya. Saat itu Taeyong ingin memberikan kejutan karena Jaehyun tidak pernah merayakan ulang tahunnya karena teringat ibunya. Rencananya Taeyong berusaha agar Jaehyun tak terlalu membenci dirinya sendiri. Taeyong terperangah tak percaya saat melihat lukisan wajahnya berada di sisi Jaehyun saat ia tertidur. Buru-buru Taeyong pergi dari sana sambil menetralkan debaran kuat di jantungnya.

Hubungan Taeyong dengan Kai bukannya tak baik, hanya saja mereka cukup kaku dan tidak sering memiliki waktu bersama. Tapi itu tidak mengherankan karena hubungan ini hanyalah berdasarkan perjodohan antar bangsawan. Dimana keuntungan dari perjodohan ini lebih diutamakan daripada perasaan diantara mereka berdua. Apalagi gelar Permaisuri lebih seperti sebuah tanggung jawab untuk diberikan kepada orang yang memang pantas. Kai boleh saja menikahi orang yang ia sukai, berapapun, tapi Permaisuri hanya satu orang saja.

"Akhir-akhir ini kau menghindariku. Ada apa?" tanya Jaehyun, suatu ketika, saat keduanya baru pulang dari acara Kekaisaran.

"Eh, mungkin hanya perasaanmu saja. Akhir-akhir ini memang sangat sibuk. Guru membuatku bekerja sangat keras," jawab Taeyong, beralasan.

Jaehyun manggut-manggut. "Oh begitu. Jangan terlalu lelah, kau akan sangat merepotkan kalau sakit."

Taeyong hanya tersenyum dan mengangguk. Dadanya kembali berdebar karena ia tahu itu bentuk dari perhatian Jaehyun. Meski begitu, ia berusaha keras meredam gemuruh di dadanya. Bagaimanapun ini bukan hal yang benar dan Jaehyun pasti akan segera melupakannya saat menemukan orang lain yang lebih baik daripadanya. Tapi Taeyong tak sadar bahwa dirinya sendiri juga memiliki perasaan berbeda terhadap Jaehyun.

Hal itu baru Taeyong sadari saat bertemu dengan Doyoung yang dikatakan oleh Kaisar akan dijodohkan dengan Jaehyun. Dia anak yang manis dan lucu, persis seperti kelinci. Masalahnya Jaehyun juga terlihat nyaman-nyaman saja dengan anak itu. Biasanya Jaehyun kurang suka terhadap orang baru, tapi yang ini ia tetap merespon Doyoung dengan baik. Baru Taeyong ketahui bahwa sebenarnya mereka sudah mengenal sejak kecil. Pantas saja Jaehyun tak keberatan dengan keberadaan Doyoung.

Ada rasa sesak di dadanya saat melihat mereka bersama. Betapa munafiknya Taeyong ketika mengharapkan Jaehyun melupakannya saat menemukan orang baru. Sementara ia sendiri merasa resah akan kehadiran Doyoung. Apalagi anak itu sangat supel dan ceria, jauh berbeda dengan dirinya yang agak kaku karena harus terbiasa dengan tata krama istana. Tapi sekali lagi, Taeyong tak bisa menunjukkan perasaan yang seperti itu pada mereka. Hingga suatu saat,

"Bagaimana rasanya menjadi calon Permaisuri?" tanya Doyoung yang tiba-tiba iseng menghampirinya.

Taeyong yang sedang membaca buku di taman, refleks merasa terganggu. "Biasa saja. Aku sedang belajar," jawab Taeyong dengan raut datar. Ia tak suka dengan sikap sok akrab Doyoung.

Doyoung tentu saja tak menyerah. "Wajahmu sangat cantik, ya? Tapi kau dingin sekali. Coba kalau kau suka tersenyum, pasti manis."

Untuk kali ini Taeyong tidak tahu harus menjawab apa, jadi ia memilih diam saja.

"Doyoung! Apa yang kau lakukan disini?!"

Taeyong tersentak. Itu suara Jaehyun. Yang mencari Doyoung.

"Aku sedang memperhatikan kakak cantik ini," jawab Doyoung dengan suara yang dibuat lucu.

Jaehyun langsung mencubit pipi Doyoung. "Jangan jadi kelinci nakal. Temani aku latihan saja," katanya.

Melihat interaksi mereka, Taeyong agak cemberut. Jaehyun bahkan tak pernah meminta ditemani latihan padanya.

"Maafkan orang ini. Aku berjanji untuk membuatnya tidak mengganggumu lagi. Selamat belajar," kata Jaehyun pada Taeyong dan ia langsung menarik paksa tangan Doyoung yang masih keras kepala.

Taeyong menghela nafas. Ingat-ingatlah, Taeyong. Dia adalah calon adik iparmu. Jangan bodoh! Pekik Taeyong dalam hati.

Dan sejak saat itu, Taeyong berusaha keras menghindari Jaehyun. Ia juga menyimpan rapat-rapat rahasia hatinya. Tentu saja bukan hal yang pantas bagi Taeyong untuk memiliki perasaan pada calon adik iparnya sendiri. Walaupun ia dan Kai juga tak memiliki perasaan satu sama lain, tapi Taeyong berusaha keras menghormati hubungan mereka. Terutama karena akhir-akhir ini ia dengar pendukung Jaehyun menguat. Taeyong memiliki firasat bahwa dua kubu ini akan segera bergesekkan.

Jaehyun adalah sosok yang luar biasa kuat dan memiliki wibawa tersendiri. Ditambah wajahnya yang sangat rupawan, membuatnya terkenal di kalangan rakyat biasa. Kisah ibunya juga menjadi daya tarik lainnya. Orang-orang tahu bahwa ibu Jaehyun adalah Reve dulunya. Dan baru Taeyong ketahui alasan ibu Jaehyun batal menjadi Permaisuri adalah karena kesehatannya dikabarkan memburuk. Ibu Jaehyun nekat memiliki anak saat tubuhnya lemah, dan akibatnya dia mati saat melahirkan.

Pernikahan Taeyong dan Kai sudah di depan mata. Akhir-akhir ini dua keluarga sedang berdiskusi mengenai hal apa saja yang perlu disiapkan untuk pesta pernikahan. Taeyong pasrah saja. Ia memang akan menjalani kehidupan yang seperti ini, jadi ia sudah mempersiapkan diri sejak lama. Berita mengenai rencana pernikahan ini juga santer terdengar seantero negeri. Putra mahkota akan segera melepas masa lajangnya dan itu artinya ia akan melangkah ke depan untuk menguatkan posisinya.

"Apa kau yakin akan segera menikah dengannya?" tanya Jaehyun yang tiba-tiba muncu di tamanbistana Reve hari itu.

Taeyong menaikkan sebelah alis. "Itu adalah hal yang direncanakan sejak lama," jawab Taeyong, agak bingung dengan pertanyaan Jaehyun.

"Dia sudah memiliki kekasih. Apa kau yakin akan baik-baik saja?"

Taeyong menghela nafas. "Kekasih atau apapun itu adalah hal yang berbeda. Aku memiliki tanggung jawab sebagai calon Permaisuri dan sudah kewajibanku untuk melaksanakan pernikahan ini. Kalaupun dia akan menikah lagi itu urusannya. Gelar Permaisuri tetap milikku."

Raut wajah Jaehyun mengeras. "Lalu bagaimana denganmu sendiri? Apa kau bahagia dengan pernikahan seperti ini? Aku sudah pernah bilang kalau ibuku yang sudah bergelar Reve batal menjadi Permaisuri. Gelar semacam itu mudah digeser."

"Pergilah, Jaehyun. Biarlah itu menjadi urusanku," usir Taeyong, lalu berbalik masuk ke istananya.

"Aku mencintaimu, Taeyong. Aku sangat mencintaimu!" pekik Jaehyun, menghentikan langkah kaki Taeyong.

Taeyong menggigit bibir, memastikan sekeliling takut kalau ada yang mendengar ucapan Jaehyun. Lalu ia kembali berbalik menghadap Jaehyun. "Jangan bicara omong kosong. Aku calon kakak iparmu, Jaehyun," desisnya.

"Kau bodoh, Taeyong. Tidak bisakah kau menunggu sampai aku mengumpulkan semua kekuatanku untuk mendapatkan tahta?"

"Sekali lagi kukatakan jangan bicara sembarangan, Jaehyun! Lupakan perasaan sesaatmu padaku dan tolong jangan membuat pertumpahan darah terjadi di istana ini," kata Taeyong.

Jaehyun tertawa sarkastik. "Pertumpahan darah? Hal ini hanyalah tradisi dari kekaisaran. Siapa yang lebih kuat, dialah yang berhak atas tahta. Kau sendiri yang membiarkan dirimu terseret dalam arus istana, jadi kau harus paham bahwa hal semacam ini memang akan terjadi. Aku harap kau memilih pihak yang benar, Taeyong."

Setelah berkata seperti itu, Jaehyun pergi meninggalkan Taeyong. Dalam hati Taeyong ada semacam kebimbangan. Dan fakta bahwa Jaehyun mengungkapkan perasaannya sekarang tak ayal membuat dadanya berdebar-debar. Taeyong segera menggeleng. Ini bukan hal yang benar. Ia tak boleh goyah. Pernikahannya sudah di depan mata dan ia tak bisa mundur lagi. Apalagi mereka juga sudah bertunangan untuk waktu yang lama. Taeyong hanya bisa berharap semoga Jaehyun tak melakukan hal yang akan merugikan mereka semua ke depannya.

Lalu pernikahan pun terjadi. Tak terlalu ada hambatan, kecuali Jaehyun yang menatapnya dengan amarah dan putus asa. Tanpa perlu merasa menyembunyikannya, Jaehyun memasang ekspresi kecewanya pada Taeyong. Sementara Taeyong hanya diam sambil berusaha berkonsentrasi pada Kaisar dan tamu undangan yang silih berganti menghampiri untuk memberi ucapan selamat. Taeyong tahu beberapa diantaranya memang sengaja mendekatinya karena statusnya sebagai Reve.

Di hari itu juga Taeyong melihat kekasih Kai secara langsung. Dia adalah Nona muda dari keluarga Rubby, yang Taeyong ketahui bukan keluarga bangsawan kelas atas. Entah bagaimana gadis itu bisa mengenal dan berhubungan dengan putra mahkota. Sepertinya Taeyong memang tak terlalu mengenal Kai. Bahkan ia tak tahu pergaulan Kai seperti apa di luar sana. Taeyong mendesah, berpikir bahwa Jennie mungkin akan segera menjadi madunya saat Kai berhasil menjadi Kaisar nantinya.

Saat malam tiba, Taeyong sudah disiapkan oleh para pelayan untuk melakukan malam penyatuan dengan Kai di istana Kai. Istana itu sudah dikosongkan karena tak ingin mereka merasa terganggu. Hati Taeyong rasanya kebas. Ia tahu ini akan terjadi dan hanya pasrah dengan keadaan. Lalu ia disuruh menunggu di sebuah kamar yang sudah disiapkan pihak istana. Anehnya, Kai tak kunjung datang malam itu. Dengan perasaan getir dan kalut, Taeyong berusaha tetap berpikir positif. Tapi kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya. Taeyong yang curiga, langsung membukanya.

"Y-ang Mulia, maafkan saya."

Itu pengawal pribadi Kai, yang menatapnya dengan gugup dan prihatin. "Kenapa?" tanya Taeyong.

"Pangeran tidak bisa datang malam ini. Anda boleh langsung tidur," cicitnya.

Taeyong mengerjap kaku. Firasat buruknya benar rupanya. "Apa Kai yang menyuruhmu datang kemari?"

Pengawal itu terdiam dengan raut tak enak.

"Katakan saja," titah Taeyong.

"Saya melakukan ini atas inisiatif sendiri karena takut anda kebingungan," kata pengawal itu takut-takut.

"Baiklah, terimakasih atas kejujuranmu," gumam Taeyong. Itu artinya Kai sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan seorang pengawal pribadi ini sampai merasa prihatin padanya. Mungkin ia sebisa mungkin mengingatkan Kai, tapi tak digubris. "Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku saja."

"Tunggu, Yang Mulia!"

"Kenapa?"

"Jika anda kembali sekarang, akan muncul rumor," lirih sang pengawal, takut-takut.

Taeyong mendengus. Ia pikir si pengawal ini bersimpati padanya, rupanya ia juga sangat peduli pada Kai. "Ini adalah kesalahan Putra Mahkota sendiri. Kenapa aku harus ikut repot?"

Seketika pengawal itu berlutut. "Ampuni saya, Yang Mulia Reve. Saya berjanji akan membujuk Pangeran lagi nanti, tapi untuk saat ini saya mohon pada anda untuk menjaga nama baik Pangeran dulu. Jika anda benar-benar ingin kembali, saya berjanji akan mengantar anda saat suasana istana sudah sepi."

Taeyong menghela napas berat. "Baiklah," tutupnya, seraya menutup pintu dengan sedikit emosi. Ini bukan Taeyong yang biasanya, tapi kali ini ia benar-benar marah dan kecewa. Bukan karena ia mengharapkan malam pertama bersama Kai, tapi ia kesal karena Kai tak melakukan tanggung jawab seperti yang ia lakukan. Ia tahu Kai enggan menyentuhnya.

Bahkan saat tunangan, Kai tak juga melakukannya. Padahal tak ada larangan jika ingin melakukan hubungan intim bersama tunangan sendiri. Dalam hukum istana, tunangan artinya setengah menikah. Sementara menikah adalah pemberian tanggung jawab sepenuhnya kepada kedua mempelai, artinya mereka akan diberikan tugas resmi sesuai dengan kedudukan mereka saat itu. Biasanya hanya para bangsawan yang melakukan pertunangan. Rakyat biasa akan langsung menikah.

Cukup lama Taeyong menunggu di kamar yang membuatnya merasa menyedihkan. Suasana kamar ini seolah mengejeknya, membuat Taeyong merasa sangat tidak nyaman. Dadanya terasa sesak oleh amarah, kecewa dan tersinggung. Dengan kata lain Kai sudah merendahkan harga dirinya. Suara ketukan di pintu membuat Taeyong refleks bangun dan membuka pintu. Pengawal yang tadi datang sambil membawakan jubah panjang untuknya. Taeyong mengambil dan langsung memakainya. Lagipula ini memang cukup dingin.

Suasana istana sudah benar-benar sepi. Pengawal Kai memilihkan jalan yang paling sedikit penjagaannya, jadi jalan mereka menuju istana Reve lebih mudah. Para pelayan Taeyong juga sudah tidur sejak tadi, jadi Taeyong bisa masuk ke kamarnya dengan aman. Sebelum masuk, ia sempat bertanya, "Jadi Pangeran sekarang sedang menghabiskan waktu bersama pacarnya, bukan?"

Pengawal itu terdiam dengan raut gugup. "Eh, itu..."

"Tak apa. Aku mengerti," kata Taeyong, menghela nafas.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Dan maafkan saya juga karena lancang menanyakan ini, apa anda sudah memiliki alasan untuk kembalinya anda ke kamar lebih cepat daripada seharusnya?" tanya Pengawal itu, takut-takut.

"Akan aku katakan bahwa aku terlalu malu karena kami sudah melakukannya, jadi aku buru-buru kembali ke kamar saat terbangun," kata Taeyong.

"Eh, apa anda yakin?" tanya sang pengawal, sangsi.

"Kemungkinan para pelayanku akan datang ke kamar yang itu saat hari sudah siang. Aku sudah memberantakkan kamar itu agar terlihat seperti kami habis melakukannya. Jangan cemas, aku tidak akan membiarkan pelayan membantuku mandi. Aku bisa memakai alasan yang sama pada mereka. Lalu, katakan pada Pangeran, jika tidak ingin reputasinya buruk maka ikuti saja cara yang sudah kita berikan untuknya," dengus Taeyong. Ia tahu akan lebih masuk akal jika ia berada di kamar itu, tapi Taeyong sangat muak berada disana.

Pengawal itu mengangguk. "Saya mengerti, Yang Mulia. Terimakasih banyak atas pengertian anda. Sebisa mungkin saya juga akan membantu rencana ini."

Taeyong segera menutup pintu kamarnya begitu pengawal itu pergi. Ia menyandarkan tubuhnya ke pintu dan merosot. Dadanya terasa sangat sesak karena harga dirinya tercabik. Sejak kecil ia dididik untuk menjadi Permaisuri, itu membuatnya merasa lebih daripada orang lain. Tapi malam ini ia dikalahkan oleh selingkuhan suaminya, yang notabene hanyalah bangsawan tingkat rendah. Taeyong membuka jubah yang ia pakai dan menghempaskannya. Putra Mahkota sialan!

Gedebuk!

Taeyong tersentak. Suara itu bukan berasal darinya, melainkan dari luar kamar. Tepatnya di kamar sebelahnya yang katanya tak terpakai lagi. Karena bingung dan penasaran, Taeyong nekat keluar untuk memeriksa apa yang ada di kamar itu. Ketika membuka pintu, Taeyong tertegun sesaat karena kamar ini biasanya terkunci. Di dalam sana, sesosok tubuh tergeletak di lantai. Sepertinya terjatuh dari sofa. Taeyong refleks mengibas-ngibaskan tangan saat mencium bau alkohol yang kuat.

Penasaran, ia menghampiri orang yang sepertinya teler karena mabuk itu. Jaehyun! Pangeran yang sejak tadi siang bersikap dingin padanya. Taeyong menghela nafas, tak menyangka bahwa Jaehyun malah akan mabuk-mabukan disini. Tunggu, apa yang Jaehyun lakukan disini? Tatapan Taeyong tak sengaja beralih pada lukisan mencolok yang terletak di atas kasur. Sosok cantik yang tersenyum lebar dengan raut anggun penuh kehangatan. Baru Taeyong sadari bahwa itu adalah ibu Jaehyun. Rupanya paras tampan Pangeran ini adalah keturunan dari ibunya. Pantas saja Jaehyun bisa membuka ruangan ini dan menghabiskan waktu disini.

"Eumhh."

"Ah, Jaehyun?" tanya Taeyong, buru-buru berlutut untuk melihat keadaan Jaehyun. "Kau jatuh. Apa baik-baik saja?"

"Aku bermimpi?" sengau Jaehyun dengan suara yang kentara sekali masih mabuk.

"Kau jatuh. Jangan tidur di lantai, nanti kau sakit," kata Taeyong, berusaha membantu Jaehyun untuk bangkit.

Jaehyun melenguh, tapi ia menuruti arahan Taeyong untuk pindah lagi ke sofa. Tanpa diduga ia malah terkekeh sendiri. "Aku kebanyakan minum," gumamnya.

"Tidurlah lagi," dengus Taeyong, merasa tak nyaman dengan bau alkohol dari mulut Jaehyun.

"Taeyong, kau bahkan datang dalam mimpiku," kekeh Jaehyun, langsung memeluk Taeyong.

Taeyong terlalu terkejut hingga lambat bereaksi. "H-hei, ini bukan mimpi," katanya sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Jaehyun yang sangat kencang.

"Aku tidak menyangka bahwa aku akan benar-benar jatuh cinta padamu. Melihatmu menikah dengan bajingan itu, aku merasa sangat kesakitan," kata Jaehyun, masih tetap memeluk Taeyong.

"Jaehyun!"

"Aku sangat mencintaimu Taeyong, aku sungguh ingin memilikimu," lirih Jaehyun.

"Kau masih mabuk," desis Taeyong, tapi mau tak mau hatinya berdebar juga mendengar ucapan Jaehyun. Dari yang tadinya ia merasa harga dirinya dijatuhkan, kini kembali melayang tinggi. Oh, tidak! Taeyong tidak boleh terbuai.

"Dia hanya akan membuatmu menderita. Aku tidak mau kau terluka,"

Mata Taeyong berkaca-kaca. Itu benar. Di malam pertama pernikahan mereka saja Kai sudah meninggalkannya seperti ini. Walaupun ia juga tak mencintai Kai, tapi harga dirinya tetap terluka karena Kai menunjukkan dengan sangat jelas bahwa ia tak menginginkan Taeyong. Miris sekali. Sementara disini ada Jaehyun yang begitu mendambanya. Ia bisa merasakan perasaan tulus Jaehyun dari kata-katanya.

"Taeyong-ku," lirih Jaehyun, melepaskan tubuh Taeyong dan langsung mencium bibirnya.

Bodohnya, Taeyong benar-benar terlena dengan perlakuan Jaehyun padanya. Hingga ia tanpa sadar membalas ciuman Pangeran itu. Tapi Taeyong segera tersadar saat Jaehyun mendorongnya jatuh ke sofa. Tidak! Ini tidak benar! Taeyong berusaha menolak tubuh Jaehyun yang hendak menindihnya. "Hentikan, Jaehyun!"

"Jangan menolakku di mimpiku sendiri, Taeyong. Cukup di kenyataan saja," desis Jaehyun, langsung menyambar bibir Taeyong lagi dan mencumbunya.

Taeyong tersentak. Jaehyun menganggap ini mimpi? Oh, sial! Ia lupa sedang berhadapan dengan Jaehyun yang masih mabuk. Taeyong kembali berusaha mendorong Jaehyun, tapi badannya yang bongsor itu sangat berat. Ditambah Jaehyun yang langsung menahan tangannya ke atas kepala. Cumbuan demi cumbuan mengikis akal sehat Taeyong, tubuhnya mulai tak patuh dan malah menikmati perbuatan Jaehyun. Malam ini terjadilah adegan yang akan segera disesali oleh Taeyong.

TBC

Btw ini karena terlalu panjang aku bagi dua ya dan ini aku ambil yg penting2 aja biar agak singkat. Soalnya kalo mau detail, lebih panjang lagi. Nanti kita gak maju2. Yg penting alurnya masuk

Aku nemu bbrp plot hole kecil di ch2 awal. Mungkin ada yg bakal aku ubah kalimatnya. Tapi itu gak mempengaruhi alur kok.

Utk penerbitan buku, kemungkinan minimal 3 bulan setelah awtp ending ya guys. Versi limited, keknya aku bikin terbatas aja, soalnya harganya juga bakal mahal. Aku blm bisa meraba pasar, jadi aku gak berani banyak

Kalopun ga kebagian, kalian bisa beli yg reguler aja ya. Ceritanya sama kok, cuma experience-nya aja yg beda :)

Continue Reading

You'll Also Like

46.4K 8.7K 30
✒노민 [Completed] Space air 230 baru saja mendarat di bumi tahun ini, para astronot berhasil membawa material dari Mars yang akan di teliti di bumi, na...
532K 87.6K 30
✒ 노민 [ Completed ] Mereka nyata bukan hanya karangan fiksi, mereka diciptakan atau tercipta dengan sendirinya, hidup diluar nalar dan keluar dari huk...
433K 44.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
218K 29.5K 40
Tanpa suara diam membisu. Aku gak butuh alat dengar, butuhnya kamu. "baca isi hati aku bisa gak kamu?" "aku bukan cenayang hey!" ⚠b×b Menuangkan...