Orphanage, Norenmin.

By bebehaerje

81.5K 12.9K 2.9K

Ketiganya tak pernah tau bahwa panti asuhan akan membentuk ikatan yang begitu erat. ↠Huang Renjun ↠Lee Jeno ↠... More

bertengkar ✧
cokelat ✧
diskusi ✧
ulang tahun ✧
Bercerita ✧

Kunjungan ✧

1.9K 316 67
By bebehaerje

Disclaimer : Ini bukan cerita bxb ya. Awalnya ini emang bxb seperti yang aku bilang di chapter sebelumnya, tapi gak jadi. Jadi ini pure cerita tentang friendship, dan aku juga udah berhenti nulis bxb.

Udah, gitu aja. Happy reading!

.
.
.

"Tadi malem aku dihubungin sama Pak Zhoumi, Bu. Katanya beliau sama Bu Liyin mau dateng minggu depan." Hyesun sedikit membulatkan matanya, "Serius? Aku juga baru dapet telepon dari Pak Donghae, katanya beliau juga mau kesini. Tapi hari ini sih."

"Kira-kira ada apa ya, Bu? Mau kasih donasi lagi? Padahal bulan ini mereka 'kan udah kasih." Mendengar itu Hyesun melengkungkan bibirnya, "Takut mereka tiba-tiba mau adopsi.."

Johnny rengkuh raga istrinya, "Emangnya kenapa, hm? Kamu kok kayak takut gitu."

"Aku selalu kayak gitu kalau ada orang yang mau adopsi anakku." Johnny hela napasnya, "Kenapa takut, sayang? Harusnya kamu seneng mereka bakalan punya orang tua yang layak."

"Emangnya aku gak layak, ya?"

"Bukan gitu, sayang. Tapi kalau mereka dapet orang tua baru, fokus orang tuanya bakalan ke mereka aja. Kalau sama kita 'kan belum tentu keperhatiin full meskipun aku percaya kamu pasti bisa rawat mereka dengan baik. Ngerti 'kan maksud aku?" Hyesun mengangguk, "Aku pengen mereka dapet orang tua yang baik, yang sayang sama mereka, yang bisa didik mereka dan sekolah yang tinggi."

"Kita berdoa ya, sayang." Johnny bawa raga sang istri dalam dekapan hangatnya.

"Kamu jangan sedih kalau suatu saat nanti mereka mau adopsi salah satu anak kita," Hyesun mendongak, "Sedih sedikit gak apa-apa 'kan?" Johhny tertawa kecil, "Boleh, sayang. Tapi jangan lama-lama."


"Kak! Min-ie mau mam!" Si kecil menarik ujung kaos yang digunakan kakaknya, "Tumben langsung minta kakak?"

Jaemin mengerucutkan ranumnya, "Ibu agi mandiin Nno. Ayooo Min-ie lapel, ish!" Xiaojun tertawa, "Hm, sekarang menunya sayur brokoli. Mau yang banyak?"

Mendengar itu, Jaemin bulatkan matanya, "Nda mau mam blokoli, nda syuka!"

"Yaudah kalau gitu jangan makan."

"Ih! Min-ie lapel tau!" Anak kecil itu memekik, "Tadi katanya gak mau makan brokoli? Kalau gak mau makan brokoli berarti jangan makan." Diberitahu seperti itu, Jaemin mengerucutkan ranumnya.

"Mau mam kayak Nno!" Alis Xiaojun naik, bercanda, "Nda tau! Tapi tadi Nno mam!"

"Jeno 'kan pinter, mau makan brokoli, gak kayak kamu." Selepas Xiaojun berkata seperti itu, Jaemin menangis hingga sang Ibu panti menghampiri.

"Jun, adiknya jangan dijailin terus dong!" Xiaojun tertawa, "Min-ie nakal sih, gak mau makan sayur."

"Min-ie mawu mam sayul tapi nda mawu blokoli! Min-ie nda nakal!"

Hyesun hanya menggelengkan kepalanya lalu menggendong Jaemin, "Kakakmu jahil banget, sih." Jaemin mengangguk kuat, "Jun nakal!" Sedang yang dibicarakan hanya tertawa, ia senang sekali menjahili Jaemin karena anak itu anak merengut kesal, membuatnya gemas.

"Min-ie makannya sama Nono, ya? Tapi harus makan sendiri." Jaemin anggukan kepalanya, "Tapi nda mam blokoli ndapapa?"

Hyesun tersenyum, "Gak apa-apa, sayang. Ada sawi putih sama tahu, mau?" Anggukan kuat dengan cengiran lebarnya Jaemin tunjukan, "Mmawuuu!"

Hyesun hampiri Hendery yang sedang perhatikan adik kecilnya makan, "Hendery, Ibu titip Jaemin, ya. Dia belum makan, tadi mau makan malah dijahili Xiaojun."

Hendery tertawa kecil, "Sini Min-ie kita makan," Jaemin turun dari gendongan Hyesun, "Nno mam apa?"

"Blokoli," Jeno menjawab sembari tersenyum, buat Hyesun memekik gemas karena mata anak itu tenggelam.

Jaemin mencebikan bibirnya, "Min-ie nda mawu blokoli."

"Mam tu aja! Deli, Min-ie mawu mam tapi nda mawu blokoli katana." Tunjuk Jeno pada tumis sawi putih dan tahu.

"Min-ie mau ini?" Senyum mengembang di rupa Jaemin, "Mawuuu!"

"Sebentar ya, Kak Dery siapin dulu."

"Otaaay!" Hyesun mengusak surai Jeno dan Jaemin secara bergantian.

"Dery, nanti kalau anak-anak udah selesai makan tolong ambil kue di tempat biasa ya." Hendery mengangguk, "Pak Donghae jadi kesini, Bu?"

"Jadi, Ibu pesen kue agak banyak, katanya Pak Donghae kesini mau sama anaknya juga." Hendery hanya mengangguk mengerti.

"Yaudah, Ibu titip Jaemin sama Jeno, ya. Ibu mau bangunin Renjun dulu."

"Lagi rewel ya, Bu? Tumben jam segini belum bangun." Hyesun mengangguk lemah, "Dari semalem badannya anget, nangis terus dia."

"Tadi malem Njun tidur di kamar ibu?" Hyesun mengangguk, "Iya, tadi malem nangisnya bikin khawatir banget jadi bapak bawa dia ke kamar."

"Pantesan Jeno bilang Njun gak ada di kamar, kirain udah bangun." Hyesun hanya menggelengkan kepalanya.

Jarum jam bergerak dengan cepat, orang yang ditunggu sudah tiba. Senyum merekah Hyesun tunjukan kala yang dipanggil Pak Donghae dan istri serta anaknya masuki panti asuhan yang ia bangun bersama sang suami.

"Mari duduk, Pak, Bu." Yang dipesilahkan menurut.

"Minhyung, kamu main aja sama adik-adik di dalem." Anak kecil bermata bulat itu memiringkan kepalanya lucu, "Adik?"

"Iya, adik. Mami 'kan udah bilang semalem kalau Minhyung bakalan ketemu adik." Anak berusia 6 tahun itu melebarkan senyumnya. "Minhyung seneng?"

Minhyung mengangguk, "Seneng banget!" Tiffany—istri dari Donghae ikut tersenyum lebar, "Yaudah sana, temuin adiknya Minhyung."

"Ayay, Mami!" Angguknya dengan riang, buat orang yang berada disana tertawa gemas. "Langsung ke dalem aja ya, Minhyung. Berani gak?" Lagi, Minhyung angguki pertanyaan Hyesun.

"Berani dong!" Lantas kaki mungil itu berlari perlahan ke tempat yang ditunjukan oleh Hyesun.

Selepas Minhyung pergi, atmosfer ruang tamu tiba-tiba berubah. Entah bagaimana perasaan Hyesun rasakan sedikit kejanggalan apalagi saat Tiffany ucapkan kata adik pada Minhyung. Dalam hati Hyesun meratap, apakah kini waktunya ia melepas salah satu kesayangannya?

"Bu, uang untuk panti sudah saya kirim ke rekening Pak Johnny, kalau untuk barang-barangnya saya baru bisa kirim sekitar tiga hari lagi. Tidak apa-apa?" Ujaran sekaligus tanya dari Donghae buyarkan lamunan singkat Hyesun.

"A-ah iya tidak apa-apa, saya malah harus berterima kasih karena Pak Donghae dan Ibu berikan banyak kontribusi untuk panti ini."

"Kita punya kelebihan rezeki, gak ada salahnya saling berbagi 'kan?" Hyesun mengangguk mengiyakan ucapan Donghae.

"Tapi kedatangan kami ke sini selain memberikan informasi ini masih ada maksud lain.." Ucapan Tiffany sedikit menggantung, "Kami ingin mengadopsi salah satu anak disini."

Deg.

Seharusnya Hyesun tidak perlu merasa terluka. Seharusnya Hyesun tidak perlu merasa berat untuk melepaskan. Karena, ini ada setting takdirnya. Ia harus melepaskan apa yang ia miliki satu persatu.

"S-siapa?" Ditanya begitu, senyum Tiffany kian melebar. "Saya sudah kenalan sama anak-anak disini bulan kemarin, saya juga sudah diskusikan dengan suami saya, tapi saya gak tau anak saya pengennya siapa. Untuk sejauh ini, tanpa suara dari Minhyung, kami mau adopsi Jeno."

Jeno, ya. Salah satu dari bagian JJR.

Hati dan pikiran Hyesun semakin berkecamuk, dapati kenyataan bahwa salah satu dari tiga anak kembarnya akan berpisah. Hyesun tak dapat bayangkan bagaimana reaksi ketiganya.

"Tapi belum tentu sih, kita perlu tanya Minhyung dulu."

Boleh kah ia berharap jangan anak pemilik mata bulan sabit itu yang diadopsi?

Di tempat yang lain, Minhyung sibuk mendekatkan diri dengan adik-adiknya. Tapi anak itu kesal, adik-adiknya tampak enggan berdekatan dengan dirinya. Ranumnya mengerucut, matanya berkaca, hendak menangis jika saja tidak ada seorang anak yang mendekatinya.

"Kakak napa sendili?" Tanya anak itu, netra menatap ingin tau. Minhyung hanya gelengkan kepalanya.

"Nda ada temen ya? Ikut Nno temu temen Nno, yuk!"

"Nno?" Anak itu mengangguk antusias, "Iyaa! Nno, nama Nno hihihi mau ikut kakak?"

"Mau.." Lantas Jeno menggandeng tangan Minhyung, "Yuk! Ntal Kakak temu-temu sama Min-ie sama Njun!"

"Temen kamu?"

"Kata Ibu kita sodala."

"Oh gitu.."

"Tapi Njun gi akit.. jadi Min-ie temenin Njun. Nno juda mawu temenin Njun, Kakak mawu ikut? Eh ndapapa liyat temen Nno yang akit?" Kepala anak tiga tahun itu miring sedikit ke sebelah kanan, dan masih menatap Minhyung depan tatapan lucunya.

Minhyung mengangguk, "Gakpapa.. aku gak ada temen." Selanjutnya Jeno menggandeng tangan Minhyung dan membawa 'kakak'nya ke kamar ibu dengan Renjun dan Jaemin di dalamnya.

Ketika ada anak yang sakit, Johnny maupun Hyesun memang sering memboyong anaknya untuk tidur bersama mereka, agar lebih terpantau. Dan yang sering tidur di kamar mereka adalah Renjun, si mungil berusia tiga tahun itu miliki imun yang sedikit buruk.

"Min-ie, Njun, Nno bawa kaka balu!"

Dua anak kecil menatap Jeno yang baru saja masuk bersama orang yang tak mereka kenali, "Syapah?"

"Kaka Nno!"

Ranum kecil Jaemin mengerucut, binarnya sedikit dilapisi kaca. "Kakanya Nno? Min-ie ndak punya kaka."

"Eh— aku kakakmu juga kok!" Minhyung panik, anak kecil di hadapannya hampir menangis.

"Benel?" Minhyung mengangguk. "Ih! Kita punya kaka balu! Syeneng!"

"Huum! Njun seneng juda?" Yang ditanya hanya mengerjapkan matanya, "Njun ndak syenang?"

"Ih.. neng.. koo."

"Kalo syeneng ayo teliak yey!! Ayo Nno juga ikuut!"

"YEY!!"

Minhyung hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu ketiga anak manusia dihadapannya. Kalau begini, Minhyung jadi ingin punya tiga adik.

.
.
.

t b c

Hai! Ternyata udah setahun lebih cerita ini gak aku sentuh. Lama juga wkwk

Aku mau coba konsisten nulis cerita ini lagi tapi gak tau deh kedepannya gimana hehehehe semoga masih ada yang baca ini yaa ❤




Continue Reading

You'll Also Like

169K 26.5K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
75K 11.2K 26
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
70.4K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
390K 31.5K 63
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"