📩 Surat untuk readers:
Aku berpesan-pesan ria dulu ya, sengaja di atas suratnya biar bisa dibaca duluan hehe
Hai readers, sorry banget buat penantian panjangnya. Padahal cerita ini udah mau ke bagian puncak. Susah banget nyari situasi yang enak buat menjiwai cerita.
Dan beberapa bulan lalu aku nyoba baca cerita AADAKKI dari awal sekalian rapihin, ternyata perubahan sampai bab terakhir lumayan ya, bisa keliatan cara penulisan aku yang berubah lebih baku lagi ke sini-sini.
Awalnya cerita ini mau aku buat ga terlalu baku bahasanya karena iseng2 aja wkwk, tapi aku malah ga konsisten, makannya kalau kalian nemu kalimat yang aneh, nah, itu bekas-bekasnya. Tapi berubahan ke sini adalah perubahan baik yang aku syukuri, semua berkat bantuan temen2 pembaca juga.
Pembaca juga makin bertambah alhamdulillah, makasih banyak ❤
Maafin ga bisa baca komennya satu per satu, biasanya aku paling baca komen di bab yang baru diposting aja. Jadi kalau mau ngobrol boleh banget komen di bab paling terbaru atau di percakapan aku yaa
Love you all ❤
Salam hangat,
Sisi Shalla
____________________
"Anda siap, Putri,"
"Terima kasih, Lily,"
Lily hanya merapikan pakaianku dan memakaikanku mantel, kemudian kami langsung berangkat ke tempat batu kekuatan. Peri ikut bersama kami. Dia memakai tudung yang menutupi telinganya.
"Papa, bagaimana Papa bisa kenal dengan Peri?" tanyaku berbisik pada Kaisar yang menggendongku.
"Aku pernah menyelamatkannya," jawab Kaisar.
"Papa, Peri berbicara dengan sangat aneh," ucapku.
"Uvro memang seperti itu, aku pun terkadang tidak bisa memahaminya,"
"Papa, apa Papa tidak penasaran dengan ucapannya?" tanyaku lebih jauh.
Kaisar terdiam. "Ada yang sebaiknya tidak kita ketahui dan kita tidak tanyakan."
Aku merasa perkataan Kaisar benar. Tetapi aku tetap penasaran dengan Peri Uvro. Apa maksud perkataannya sebelumnya?
"Dan dia tidak akan menjawab jika dia tidak ingin," lanjut Kaisar.
"Putri, lihatlah sudah banyak orang yang menunggu Anda," ucap Lily dengan bersemangat.
Aku pun melihat ke arah depan. Ada beberapa orang berkumpul di sana.
"Mereka rakyat kita yang tinggal di dekat Hutan Putih. Mereka pasti ingin melihatmu," ucap Juan yang tiba-tiba berdiri di sampingku.
"Apa kau siap?" tanya Kaisar.
Kaisar kemudian menuntunku menuju batu kekuatan. Batu itu ada di bawah pohon besar. Batu itu tidak bisa dihancurkan dan tidak memiliki fungsi apapun selain menunjukkan kekuatan yang dimiliki seseorang. Setidaknya itu yang aku ingat. Batu kekuatan, akhirnya aku bertemu dengannya.
"Taruh tanganmu di atas batu," ucap Kaisar.
Aku mengikuti sesuai dengan arahan Kaisar. Gaunku terbawa angin besar yang entah muncul darimana, cahaya putih memancar dari batu pada saat bersamaan. Hampir-hampir cahaya itu tidak terlihat jika bukan karena pohon besar yang dengan setia berada di belakang batu kekuatan.
"Woaaah!!" suara orang-orang berteriak.
Tanganku terasa dingin. Di pergelangan tanganku muncul tanda membentuk gelang berwarna biru bercahaya. Bentuknya seperti tali, tetapi terdapat bentuk lain di sekitarnya.
"Cobalah kekuatanmu," ucap Kaisar.
Aku menggerakan tanganku ke arah pohon-pohon. Angin berhembus mengikuti keinginanku. Kedua sudut bibirku tertarik ke atas.
"Papa, aku bisa mengendalikan angin," ucapku pada Kaisar. Meski aku sudah menduganya, tapi tentu baru sekarang aku benar-benar yakin akan kekuatanku sendiri.
"Kalau begitu aku akan memberikan nama padamu," ucap Kaisar yang kemudian berlutut di hadapanku.
"Anakku, berkah yang sangat ku sayangi. Namamu diberikan oleh Permaisuri dari bunga di hutan ini. Bunga yang hanya mekar di hutan salju abadi. Semoga menjadikanmu berumur panjang dan kuat sepertinya. Nama tengahmu akan menjadi Aure. Zinnia Aure Zoren. Semoga angin yang kau hembuskan memberikan kebaikan, melindungimu dan orang yang ingin kau lindungi, dan menuntunmu kepada apa yang kau inginkan," ucap Kaisar sambil mencium punggung tangan kiriku.
Mendengar ucapan Kaisar, hatiku terasa penuh. Membayangkan aku memiliki kekuatan merupakan hal yang luar biasa. Apa yang bisa aku lakukan dengan kekuatan ini? Apakah aku bisa benar-benar melindungi orang yang aku sayangi dengannya?
"Zinnia, selamat! Kau sudah mengetahui apa kekuatanmu," ucap Syina. Dia mengelus kepalaku dan aku hanya tersenyum.
"Zinnia, sekarang waktunya kau melakukan sumpah," ucap Kaisar.
Jantungku berdebar. Juan menghampiriku dan mengeluarkan jarum.
"Kau sudah ingat apa kataku bukan?" tanya Juan. Aku mengangguk.
Juan menusuk jari telunjukku dengan jarum itu. Setetes darah muncul. Darah itu aku oleskan ke telapak tanganku. Kemudian aku mengulurkan tanganku, memperlihatkan telapak tanganku pada Kaisar. Tanda diduga, Kaisar menggenggam tanganku yang terulur dengan erat.
Bukankah tangan kami tidak seharusnya bersentuhan?
"Ehem ehem. Sumpahku atas namaku. Sumpahku atas darah yang mengalir di tubuhku dan darah yang diberikan untukmu. Ikatan ini tidak akan lepas sampai kapanpun. Aku, Zinnia Aure Zoren, bersumpah tidak bisa menyakiti Kaisar. Ketika itu terjadi, maka keburukan menimpaku sesuai penghianatan yang kulakukan," ucapku sambil membaca tulisan yang dipegang Eric di sebelah Kaisar. Tentu saja aku tidak akan ingat ucapan itu dengan sangat jelas.
Kaisar kemudian berbicara dengan sesuatu yang tidak aku pahami. Tanganku terasa panas, dan panas itu menjalar dari telapak tangan ke dadaku. Setelahnya, Kaisar melepaskan tanganku.
"Selamat telah melakukan Upacara Pengikat Kekuatan," ucap Kaisar tersenyum.
"Kau ingin menyapa rakyat kita?" lanjutnya sambil melihat orang-orang yang sudah berkumpul sejak tadi.
Orang-orang memberikan selamat padaku. Bunga bahkan makanan, mereka banyak memberiku hadiah. Tapi satu yang membuatku mengalihkan perhatian. Uvro, yang berdiri tepat di depan batu kekuatan.
Peri sedang apa?
Aku menghampirinya setelah mengucapkan terima kasih.
"Peri," panggilku. Uvro melirik ke arahku.
Setelahnya kami tidak berbicara apapun.
"Peri, bolehkan saya bertanya sesuatu?" tanyaku memecah keheningan.
"Kau ingin bertanya apa? Zoren junior empat?" tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada.
"Terima kasih, sebelumnya saya juga berterima kasih untuk berkat yang Anda berikan. Saya hanya penasaran, berkah apa yang Anda berikan pada saya?"
"Berkah agar tubuhmu sehat," jawabnya.
"Peri.. apakah tubuhku sakit?" tanyaku berhati-hati.
Peri menatapku lalu kemudian tertawa. "Bagus sekali, kau pandai memancing humorku," ucap Uvro.
Aku hanya menatapnya kebingungan. Sebenarnya bagaimana aku harus bersikap di hadapan Peri Uvro?
"Kalau begitu.. apa itu berhubungan dengan Anda yang tidak suka melihat anak-anak hancur di depan Anda? Apa saya akan hancur jika tidak menerima berkat Anda?" tanyaku.
"Zoren junior empat, kau sangat cerewet untuk anak seukuranmu, dan berbicaralah dengan gaya seusiamu, bukan seperti orang dewasa," ucap Uvro dengan santai.
Dia tahu. Tidak mengherankan firasatku benar.
"Peri, saya mohon jawablah pertanyaan saya," ucapku sambil memberikan setangkai bunga dari hadiah yang tadi aku dapatkan. Wajah memelas, saatnya kau bekerja!
Peri Uvro sedikit tersentak melihatku. Dia terlihat ragu-ragu.
"Berhenti menatapku begitu. Tidak menerima berkatku hanya akan menghancurkanmu lebih cepat. Kau tidak serapuh itu," ucap Uvro.
Aku masih tidak terlalu paham. Tetapi aku tidak bisa memaksanya memberitahuku banyak hal.
"Peri, Anda sangat baik. Saya sangat senang menerima berkat Anda. Karena itu, maukah Anda bertemu dengan saya lagi di lain waktu?" tanyaku masih memelas.
"Kau ingin memujaku?" tanyanya tersenyum dengan mata ketertarikan.
"Tidak, saya ingin berteman dengan Anda," tersenyumlah dengan lebar Zinnia.
Uvro terlihat malas. "Aku tidak suka anak-anak," ucap Uvro padaku sambil melihat ke atas pohon.
"Apa pohon ini spesial?" tanyaku.
"Tentu saja, pohon menjaga batu, peri menjaga pohon. Hanya sekali aku pernah gagal menjaganya. Aku dan pohon ini satu," ucap Uvro.
Uvro terdiam, tersenyum, kemudian berjingkrak menghadapkan badannya padaku. Dia agak membungkuk.
"Aku tidak ingin berteman denganmu. Jadi kau berteman dengan pohon ini saja, jangan mengangguku," ucapnya kemudian pergi.
Aku hanya menganga melihat kepergian Uvro.
"Berteman dengan pohon? bagaimana mungkin," ucapku sambil menggelengkan kepala.
Aku melihat ke arah atas.
"Eh, apa itu?"
Entah kenapa aku melihat pohon ini tiba-tiba menumbuhkan pucuk daun hijau. Apa ini wajar?
Aku memasuki tenda kekaisaran yang dibangun di dekat wilayah Batu Kekuatan. Tercium wangi makanan yang lezat.
"Kak Eric, kak Juan!" panggilku sambil berlari ke arah mereka yang sedang makan.
"Ada apa?" tanya mereka serentak.
"Apakah pohon di belakang Batu Kekuatan memang bisa menumbuhkan daun tiba-tiba?" tanyaku.
"Mengapa kau bertanya hal itu?" ucap Eric.
"Aku melihatnya Kak, setelah aku berbicara dengan Peri," ucapku.
"Itu aneh," ucap Syina yang baru datang.
"Aku tidak pernah melihatnya seperti itu," lanjutnya.
"Aku pernah melihatnya mengeluarkan api," ucap Juan.
"Api?" tanya semua.
"Ketika aku baru baru selesai melakukan upacara."
"Apa ada hal yang terjadi saat itu, Kak?" tanya Syina.
"Aku pingsan setelah mengetahui kekuatanku. Seperti yang kalian ketahui, kekuatanku unik. Pengubah bentuk khusus. Hal itu sering terjadi pada pemilik kekuatan unik,"
"Jadi setelah kakak bangun dari pingsan, pohon itu mengeluarkan api?" tanya Syina kembali.
"Percikan. Hanya itu yang ku ingat. Karena saat itu perhatianku fokus pada Uvro yang mengangetkanku ketika aku bangun. Aku menyesal telah memukulnya karena sepertinya dia membantuku," ucap Juan dengan santai.
Aku hanya tersenyum kikuk. Apa itu memang kejadian yang wajar setelah upacara? menarik sekali. Karena Peri Uvro penjaga pohon itu, mungkin aku bisa mendapatkan informasi darinya. Tapi terlalu banyak pertanyaanku, bagaimana caranya agar Peri mau menjawabku?
.
Seisi istana sedang sibuk karena acara yang sangat mendadak bagi semuanya, atau mungkin mendadak bagiku saja.
"Kak Juan akan bertunangan??" tanyaku tak percaya pada Lily.
"Mengapa tiba-tiba?" tanyaku lagi.
Ini baru saja sekitar seminggu semenjak Upacara Pengikat Kekuatanku.
"Kak Juan akan bertunangan dengan siapa?"
"Saya dengar Pangeran akan bertunangan dengan putri Kekaisaran Holimon," jawab Lily.
"Holimon?"
Kekaisaran Holimon. Tempat asal Aiden, orang yang waktu itu bertarung dengan kak Juan. Entah kenapa aku jadi ingat perkataan Peri Uvro.
"Apakah kekasiaran itu ada di wilayah timur?" tanyaku.
"Benar Putri, bagaimana Anda tahu?" tanya Lily.
Rupanya sejak saat itu sepertinya rencana pertunangan kak Juan sudah ada. Tapi mengapa kak Juan tidak cerita apapun? Menyebalkan sekali.
"Aku ingin bertemu kak Juan."
.
"Kakak," gumamku dari belakang pintu yang sedikit terbuka. Kak Juan sedang berbicara dengan Kaisar.
Aku masih kesal karena berita mendadak ini. Ku harap aku bisa menjahilinya.
"Semoga kekuatanku bekerja,"
Aku sudah melatihnya sendiri beberapa kali. Dua hari setelah upacara, aku mengundang Alka untuk mengajariku beberapa trik sebelum pelajaranku dengan guru kekuatan dimulai. Alka mengajariku cara dia menjatuhkan daun-daun dari pohon waktu itu.
Aku menggerakan tanganku. Angin mengacak-acak rambut Juan. Juan terkaget kemudian memegang rambutnya. Aku pun menahan tawa melihat penampilannya.
Pintu di depanku terbuka sendiri. Rupanya Gil yang membukanya. Tangan kanan Kaisar itu tersenyum padaku. Aku tersenyum balik padanya dan seketika itu pula aku melihat banyak orang yang sedang berada di ruangan itu.
Aku kira hanya ada Kaisar dan Juan! Bagaimana ini?
Membelalakan mata, aku malu dengan diriku sendiri.
"Ups,"
____________________________________________________________
Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik ⭐ ya ^^
Makasih buat votenya ❤
[Diupload oleh Sisi Shalla 19-02-2023]