mysavior

By finecinnamon

308K 29.3K 3.3K

Karina meninggalkan Wira, kekasihnya yang setia namun tak bergelimang harta. Perempuan berdarah Bali itu memi... More

Chapter 1. Losing Feeling
Chapter 2. Evan Sanders
Chapter 3. My Walking ATM
Chapter 4. Please, be My Girlfriend
Chapter 5. Hot Wine Kiss
Chapter 6. My Beautiful Goddess
Chapter 7. Fiancé (18+)
Chapter 8. Jangan Selingkuh
Chapter 9. The Sanders Brothers (18+)
Chapter 11. Julian Anak Haram
Chapter 12. Office Affair
Chapter 13. Before Wedding
Chapter 14. Puncak Komedi (21+)
Chapter 16. Perfect Honeymoon
Chapter 16. Married, what's Next?
Chapter 17. Brave Warrior
Chapter 18. First Day at Work
Chapter 19. My Husband's Girlfriend
Chapter 20. Loveless Marriage (18+)
Chapter 21. Double Heart-Break
Chapter 22. You're Lying to Me?
Chapter 23. First Fight
Chapter 24. Please, Forgive Me (18+)
Chapter 25. You Don't Love Her
Chapter 26. Abused
Chapter 27. Tell Me Your Secret
Chapter 28. You can't Save Me
Chapter 29. Is it Okay to feel Happy?
Chapter 30. Her Power as Girlfriend
Chapter 31. My Power as Wife
Chapter 32. I Know You Love Her More
Chapter 33. He Left Me Alone
Chapter 34. Kebab Date Night
Chapter 35. Make Him Jealous
Chapter 36. It's Your Fault, Mia
Chapter 37. Who's The Boss Now?
Chapter 38. Baikan
Chapter 39. The Deepest Kiss
Chapter 40. Lovecation (21+)
Chapter 41. Hujan dan Kekecewaan
Chapter 42. Heart is Hurt
Chapter 43. Another B*tch
Chapter 44. That Cheating Jerk is Mine
Chapter 45. Asisten Tidak Berguna
Chapter 46. Starting The War
Chapter 47. Your Husband Love Me
Chapter 48. Letting Her Win (18+)
Chapter 49. Gempar
Chapter 50. No More Affair
Chapter 51. Terbongkar Sejak Lama
Chapter 52. Let's End This Marriage
Chapter 53. Jangan Berpisah
Chapter 54. Penyusup
Chapter 55. Forced to Obey
Chapter 56. Cambuk (18+)
Chapter 57. You Hurt Because of Me
Chapter 58. The Truth
Chapter 60. Suami atau Mantan?
Chapter 60. You're still Mine (21+)
Chapter 61. Starting a Family
Chapter 62. Can I Be a Mother?
Chapter 63. Surprises
Chapter 64. Freedom
Chapter 65. Hadiah Terindah (END)
mysavior season 2! (mylover)

Chapter 10. Calon Kakak Ipar

3.9K 364 19
By finecinnamon

Hari Jumat yang cerah di kantor, jam kerja Karina sebentar lagi selesai, kini waktunya ia mendatangi atasannya dan memberikan surat yang sudah beberapa hari ia buat.

Karina mengetuk pintu, sebelum akhirnya diizinkan masuk ke dalam. Ia melihat seorang perempuan dewasa yang merupakan atasannya.

"Sore bos, sorry ganggu," ucap Karina sembari berjalan ke depan meja.

"No problem sweetie, ada apa?"

Karina tersenyum. Perempuan di hadapannya ini sudah berperan besar dalam perjalanan karirnya. Ialah yang selama ini percaya pada kinerja dan kemampuan Karina dalam memberikan kontribusinya ke perusahaan, serta membantu Karina naik terus dari jabatannya sebelumnya, bahkan sampai dirinya berada di posisi sekarang.

"I have a present for you," ucap Karina, memberikan sebuah paperbag pada atasannya.

"A G*cci bag?? what's going on??" ucap perempuan tersebut, tersentak melihat tas berstuliskan merk designer ternama itu.

Karina tersenyum. Ia melihat bosnya yang meskipun tercengang, namun tetap menerima kado darinya dengan antusias.

"Ada apa Karina?? kenapa lo tiba-tiba ngasih gua G*cci?? sogokan dalam rangka apa ini??" tanya perempuan tersebut dengan wajah bingung.

Karina kembali tetawa geli. Ia akhirnya mengeluarkan kertas yang ia pegang di belakang tubuhnya sedari tadi.

"Bos, gua resign ya."

"WHAT?!"

***

Setelah hampir satu jam berada di ruangan atasannya, kini Karina akhirnya keluar.

Karina menghela nafasnya kasar. Bosnya benar-benar tidak terima ketika ia mengatakan bahwa dirinya akan keluar dari pekerjaan. Bosnya sampai hampir melempar tas pemberian Karina sangking kesalnya.

Karina kini tersenyum geli. Sejujurnya, ia juga merasa berat harus keluar dari kantornya saat ini. Meskipun beban kerjanya sangat berat, namun Karina cukup menikmati bekerja disini.

Selain karena gajinya yang begitu besar, tapi juga karena bos perempuannya yang selalu mendukungnya dikala bos laki-laki nya sering menjatuhkan kemampuan Karina sebagai pemimpin.

"Perusahaannya Rian Sanders bakal beruntung banget punya lo sebagai karyawan disana, lo bakal jadi menantu pula! double job!"

Karina kembali tersenyum mengingat ucapan bosnya tadi. Kini iapun bersiap untuk pergi.

Beberapa hari yang lalu, Karina sudah mendatangi kantor perusahaan calon mertuanya dan dikenalkan pada tempat ia akan bekerja nanti setelah menikah dengan Evan.

Sekarang, ia akan datang dengan tujuan pacaran dengan tunangannya.

***

Setelah dijemput oleh supir Evan di kantor, kini Karina sudah kembali datang ke kantor perusahaan milik Rian Sanders. Karina langsung bergegas menuju ke ruangan calon suaminya. Ia masuk sebab ia tahu sedang tidak ada orang di dalam.

Di atas meja kerja Evan, Karina melihat sebuah bouquet bunga tulip yang begitu segar. Karinapun segera mengambilnya sebab ia tahu bunga itu miliknya.

Dengan senyuman kecil di bibir, Karina duduk di sofa. Evan mengatakan dirinya ada rapat sore ini, itulah kenapa ruangan ini kosong.

"Eh, Karina?"

Tiba-tiba, seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan Evan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Karina refleks berdiri, melihat calon atasnnya di kantor ini.

"Yohanes," sapanya.

"Evan belum selesai rapat ya?" tanya Yohanes sembari berjalan masuk.

"Kayanya sih belum, lo gak ikut rapat emang?"

Yohanes menggeleng. Ia tiba-tiba duduk di samping Karina dan bersandar di sofa.

"Enggak, gua baru banget balik dari luar kota," jawabnya.

Karina memperhatikan sesaat, menyadari Yohanes yang terlihat kelelahan. Iapun kembali duduk di samping Yohanes, namun tidak terlalu dekat.

Karina kini menatap sekeliling dan menyadari ruangan milik Evan memang berukuran lebih kecil dibanding ruangan Yohanes yang saat itu Karina datangi. Mungkin karena Yohanes akan mendapatkan posisi tertinggi disini, seperti ayahnya.

Kini Karina memperhatikan lagi Yohanes yang bersandar dan memejamkan matanya.

Jika Yohanes yang merupakan calon bos saja terlihat kelelahan seperti ini, bagaimana dirinya nanti?

Karina jadi merasa bahwa tekanan pekerjaan disini akan terasa lebih besar dibanding di kantornya yang lama.

"Tenang aja, Karina."

Tiba-tiba Yohanes berucap, membuat Karina mengerjap.

"Lo gak bakal tersiksa selama kerja buat gua," ucap Yohanes.

Karina membulatkan kedua matanya. Ia tersentak sebab Yohanes berucap seperti ia bisa membaca pikiran Karina.

Laki-laki itu kini sudah membuka kedua matanya, dan tersenyum manis pada Karina.

"Sekretaris sama asisten gua juga mengakui kalo gua ini leader yang baik, gua gak pernah overwork karyawan-karywan yang kerja buat gua."

"Kalo lo butuh break, juga gak akan gua persulit."

Karina yang mendengar itu terdiam sesaat. Ia melihat Yohan yang tersenyum dengan tulus padanya, seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Kini Karinapun tersenyum miring. "Gua udah biasa overwork, lembur hampir setiap hari, lo pikir seorang perempuan di dunia kerja kaya gua, bisa dapet posisi gua sekarang kalo bukan karena kerja keras?"

Yohanes seketika tersenyum geli. Perempuan ini selalu saja bisa menjawab pertanyaannya dan membuatnya skakmat.

"Bener sih, apalagi dunia kerja buat perempuan itu jauh lebih banyak tantangannya, dibanding laki-laki," tutur Yohan.

Karina yang mendengar itu mengerjap sesaat, tak menyangka Yohanes akan mengakui hal tersebut dengan gamblang. Suatu fakta yang masih sulit diterima banyak orang.

"Gua bakal pastiin lo gak ngerasain itu selama kerja sama gua nanti, Karina," tutur Yohan lagi, sambil menatap Karina dengan tatapan yang lembut.

Karina perlahan menyunggingkan senyuman sungguhannya. Ia mengangguk pada calon atasannya.

"Thanks, Yohan," ucap Karina, begitu mengapresiasi sikap Yohanes terhadapnya.

Sementara Yohanes kini justru terdiam. Kedua matanya sedikit membulat, menahan debaran jantungnya ketika menatap Karina yang untuk pertama kali, tersenyum tulus padanya.

Padahal biasanya, perempuan ini hanya membalasnya dengan senyuman miring, ataupun ucapan yang terkesan 'savage.'

Yohanes tak menyangka Karina juga memiliki sisi yang seperti ini.

Sementara di depan pintu, ada seorang karyawan perempuan yang hendak masuk ke dalam ruangan, namun tak jadi setelah mengintip Karina dan Yohanes yang sedang berbincang.

***

Setelah hampir setengah jam berada di ruangan, kini seseorang yang Karina tunggu akhirnya datang.

Evan masuk ke dalam ruang kerjanya, dan melihat Karina yang berada di sofa.

Kedua mata Evan membulat. Saat ini Karina sedang berselonjor di atas sofa panjang. Rok kerjanya yang berwarna hitam tersingkap ke atas, hingga menunjukkan kedua pahanya yang putih dan mulus.

"Udahan rapatnya?" tanya Karina, yang sedari tadi memainkan ponselnya untuk meghilangkan rasa penat.

Evan tak kuasa tersenyum dan langsung mendekat ke arah Karina. Ia tiba-tiba berlutut di lantai dan mendekatkan wajahnya ke arah paha Karina, kemudian mengecupnya berkali-kali, membuat Karina tersenyum geli.

"Ngapain sih?" tanya Karina, sambil menarik rambut Evan agar berhenti menciumi pahanya.

"Sayang, aku pusing banget habis rapat, tapi ngeliat kamu disini langsung bikin aku seger lagi," sahut Evan.

Karina tertawa geli mendengarnya. Iapun kini memegang kedua pipi Evan dan menatap wajah tunangannya dengan seksama.

Karina mendekat dan memberikan kecupan singkat di bibir Evan.

"I love a hardworking man like you," ucap Karina, memuji Evan dan kerja kerasnya, membuat laki-laki itu semakin senang dan bersemangat.

Evan langsung mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Karina. Keduanya berciuman dan saling menyentuh dulu selama beberapa menit, sebelum akhirnya sekretaris Evan mengetuk pintu dan membawa berkas kerjaan Evan yang belum selesai.

***

Saat ini, Evan dan Karina masih berada di dalam ruangan. Setelah Dian mengganggu mereka yang sedang asyik berciuman, Karina langsung menolak untuk melanjutkan kegiatan tak senonoh itu dan mengatakan dirinya lapar.

Evan sempat mengajak Karina keluar untuk membeli cemilan sore di cafe, namun Karina menolak dan mengatakan dirinya sedang lelah dan ingin berduaan disini saja bersama Evan.

Akhirnya, Evanpun meminta OB untuk membelikan makanan serta minuman untuk mereka berdua.

Kini keduanya sudah duduk bersampingan di sofa ruang kerja, dan makan bersama.

Karina sesekali menyuapi Evan agar laki-laki itu tidak ngambek karena dirinya tak mau melanjutkan kegiatan mereka tadi.

"Ngomong-ngomong, adik kamu kemana Van?" tanya Karina, mengingat dirinya sudah cukup sering berinteraksi dengan kakak dari Evan, namun tak pernah bertemu dengan adiknya.

"Aku juga gak tau dia dimana, kabur-kaburan mulu anaknya," ucap Evan.

Karina yang sedang mengunyah croissant kini mengernyit. Ia mengingat bahwa Evan hampir tidak pernah membicarakan soal adiknya pada Karina. Kenapa? batinnya.

"Siapa namanya? aku sampe lupa," ucap Karina.

"Coba tebak," sahut Evan.

Karina mengernyit berpikir. "Nama keluarga kamu semuanya pake akhiran -an, Rian, Yohan, Evan, belum lagi si Bulan," tutur Karina mengingat nama-nama anggota keluarga Evan.

"Berarti adik kamu namanya akhiran -an juga?"

Evan mengangguk dan tersenyum, sementara Karina terdiam berpikir dan berusaha mengingat.

"Megan?"

Evan tertawa geli mendengarnya. "Adik aku kan cowok, sayang," sahutnya.

"Oh iyaya," sahut Karina, benar-benar lupa pada nama adik Evan sangking laki-laki ini tak pernah membicarakannya.

Tok tok!

Suara pintu kembali terdengar. Evan menghela nafasnya kasar.

"Dian bukan? kalo Dian gak usah masuk," ucap Evan, menyadari sekretarisnya yang hendak membawa pekerjaan lagi untuknya.

"Iya pak, ada berkas lagi nih," jawab Dian di balik pintu.

Karina tersenyum mendengarnya. "Udah sih gakpapa, sambil lanjutin aja kerjaanmu, kan aku ada disini," tuturnya.

Evan memejamkan matanya. Sangat sulit baginya bisa berduaan dengan calon istri tanpa dihantui pekerjaan.

"Yaudah," ucapnya. Evan akhirnya mengizinkan Dian masuk ke dalam ruangan, kemudian laki-laki itu berjalan ke arah meja kerjanya.

Sementara Karina kini tersenyum. Ia melanjutkan makannya sambil memperhatikan Evan yang entah kenapa, terlihat begitu tampan ketika sedang serius bekerja.

Karina jadi teringat lagi pada ucapan Evan tadi sebelum mereka makan. la mengatakan bahwa besok malam, Sophia sang ibu mengundang Karina dan keluarga untuk makan malam di rumah.

Sophia ingin membicarakan tentang pesta pernikahan Evan dan Karina yang akan digelar dua bulan lagi.

Memikirkan soal pernikahan, entah kenapa membuat Karina teringat pada asisten Evan, yaitu Mia.

Sedari tadi Karina disini, ia belum melihat keberadaan perempuan itu. Kemana ia pergi?

Karina berpikir, mungkinkah Mia menghindar darinya? atau Mia sedang hancur perasaannya, karena Evan telah memutus hubungan mereka?

Karina sudah meminta Evan menyudahi, jika ia memang masih memiliki hubungan dengan perempuan lain.

Meskipun laki-laki itu mengelaknya, namun entah kenapa insting Karina mengatakan bahwa mereka memang memiliki hubungan istimewa.

Maka dari itu, Karina berharap bahwa Evan benar-benar menepati janjinya. Sebab meskipun belum ada cinta di dalam diri Karina terhadapnya, Karina sungguh-sungguh ingin berusaha mencintai Evan setelah pria itu resmi menjadi suaminya.

***

Keesokan harinya.

Malam ini di dalam mobil, Karina sedang menyetir. Ia membawa ibu dan adiknya ke kediaman keluarga Sanders.

Pagi tadi Sophia sudah mengirim pesan pada Karina, mengundangnya makan malam, meskipun sesungguhnya Karina juga sudah mengetahuinya sejak kemarin.

"Nanti jangan banyak tingkah Kayla, diem aja," ucap Karina pada adiknya yang duduk di belakang.

"Siapa juga yang banyak tingkah?" sahut Kayla dengan kesal.

"Kalo ada yang nanya lo udah punya cowok apa belom, jawab belom," tutur Karina.

"Kenapa emang? gua kan udah punya cowok."

"Mungkin aja tante Sophia mau ngenalin lo sama anak temennya, siapapun itu, udah pasti dia anak orang kaya yang masa depannya cerah, jadi lo harus pura-pura seolah lo gak punya cowok."

"Gak, gua bukan cewek matre kaya lo," sahut Kayla, melipat kedua tangannya dengan kesal.

Sementara Isvara yang mendengar itu hanya menghela nafasnya pelan, berharap kedua puterinya ini tidak ribut ketika di kediaman calon besannya nanti.

Tak lama, mobil yang Karina bawa akhirnya sampai di depan gerbang kediaman keluarga Sanders.

Penjaga langsung membukakan gerbang. Setelah itu merekapun turun dari mobil.

Karina dan keluarganya sudah mengenakan pakaian yang simple namun rapih, demi menghargai keluarga Sanders yang mengundang mereka kesini.

"Malam, tante."

Karina menengok. Ia melihat tunangannya yang berjalan mendekat dan membawa bouquet bunga mawar merah di tangannya.

Evan mencium tangan Isvara dan menyambut hangat calon mertuanya.

"Malam, Evan," sahut Isvara dengan senang.

Kini Evan mendekat ke arah Karina. Ia juga meminta tangan Karina untuk dikecup lembut.

Karina tersenyum geli dan menerima bouquet bunga dari tangan Evan. Baru saja Karina hendak berucap, Evan langsung memotongnya.

"Jangan protes, inikan bunga mawar, kalo yang kemaren bunga tulip, beda," ucap Evan, sudah tahu kekasihnya akan protes mengenai bouquet ini.

Karina tersenyum geli dan menjepit dagu Evan dengan gemas, sementara Evan kini tertawa dan melihat ke arah ibu dan adik dari Karina.

"Tante, Kayla, ayo masuk," ajak Evan, kemudian merekapun berjalan masuk dan langsung menuju ke ruang makan dimana keluarga Evan sudah menunggu.

***

Sambutan hangat sudah didapatkan oleh Karina dan keluarganya. Kini mereka duduk bersampingan di meja makan, dan sudah mulai berbincang dengan anggota keluarga Evan.

"Maaf ya Isvara, suami saya lagi keluar kota, dadakan banget tadi berangkatnya, padahal saya udah bilang kalian mau dateng," ucap Sophia.

"Gakpapa mbak, saya udah seneng diundang kesini," jawab Isvara.

Karina yang mendengar itu tersenyum. Ia senang ibu dan ibu mertuanya memiliki hubungan yang cukup baik.

Kini pandangan Karina tertuju ke arah Evan yang duduk di depannya. Evan tersenyum padanya, dan langsung dibalas senyuman juga oleh Karina.

Karina sesaat melihat ke arah sepasang suami istri yang duduk di samping Evan. Itu adalah Yohanes dan istrinya yang bernama Laura.

Laura sedari tadi terlihat mengobrol dengan Bulan, tante dari Evan. Keduanya asyik sendiri dengan dunia mereka, tak ada yang mendengarkan ketika Karina dan keluarganya berbicara.

Karina melihat Laura yang melirik ke arahnya dengan tatapan tajam, kemudian perempuan itu kembali melanjutkan obrolan dengan Bulan.

Ada apa? Karina tak pernah merasa berbuat salah pada perempuan itu, lalu kenapa ia memberikan tatapan tajam pada Karina?

Mungkinkah Laura sudah dipengaruhi oleh Bulan, yang sejak awal tak suka pada Karina?

"Yaudah, ayo kita makan."

Sophia berucap setelah semua makanan di meja sudah selesai dihidangkan. Kedua pihak keluarga itu mulai makan, sambil sesekali berbincang ringan.

***

Setelah makan malam itu selesai, Sophia mulai membahas soal pesta pernikahan bersama Karina dan Isvara.

Perempuan paruh baya itu menjabarkan segala rencana yang ada di dalam pikirannya mengenai pernikahan putera keduanya tersebut, dan Isvara hampir selalu menyetujuinya.

Evan juga sesekali memberi saran, yang disetujui oleh Karina dan keluarganya.

Beberapa ART yang sudah selesai merapikan bekas makan malam tadi, kini mulai mengeluarkan dessert dan minuman di atas meja.

Karina melihat adiknya yang pandangannya tertuju ke beberapa potong cheesecake di tengah meja.

"Kalo mau, ngomong, jangan diem aja," ucap Karina pada Kayla.

"Tadi kan lo yang nyuruh gua diem aja," sahut Kayla.

"Ya gak diem gitu juga maksud gua," ucap Karina kesal.

"Heh, jangan ribut disini," ucap Isvara, sebelum kedua puterinya tersebut menciptakan keributan.

Sementara Sophia tersenyum geli melihatnya. Ia berdiri dan mengambil satu piring cheesecake itu untuk memberikannya pada Kayla.

"Nih, boleh makan sepuasanya ya cantik," ucap Sophia.

"Makasih tante," jawab Kayla dengan senyuman senang.

Kini Sophia memperhatikan Karina dan Kayla yang duduk bersampingan.

"Wah, anaknya Evan nanti bakal cantik banget deh kalo mirip sama Karina, gennya udah turun menurun soalnya," ucap Sophia, melihat betapa menawannya Karina dan Kayla saat ini.

"Saya juga udah pernah liat fotonya Kimberly, sama cantiknya sama mereka, cuma dia lebih bule ya mukanya?" ucap Sophia pada Isvara.

Isvara tersenyum senang dan mengangguk. "Kimberly lebih mirip ke ayahnya, makanya dia yang paling bule diantara mereka bertiga, kalo saya kan lokal punya."

Sophia mengangguk dan terkekeh geli bersama Isvara. "Lokal berkualitas ya," sahut Sophia.

Sementara Karina sedari tadi melihat ke arah Laura dan Bulan yang terus menatap sinis padanya, membuatnya tak selera makan.

"Karina, tadi tante bikin chia pudding loh kesukaan kamu, bibi kayanya lupa ngeluarinnya, masih ada di kulkas," ucap Sophia.

Karina seketika berbinar mendengarnya. "Aku ambil ya tante," ucapnya berdiri dari kursi.

"Oke."

Kini Karinapun berjalan ke arah dapur, dimana kulkas yang dimaksud Sophia berada.

Karina membuka dan melihat beberapa gelas chia seeds puding yang atasnya tertutup rapat. Karinapun mengambilnya. Ia berjalan ke arah meja dapur dan mengambil sendok kecil.

Karina menyendokkan puding tersebut dan mencobanya. Rasanya benar-benar enak. Sophia memang ahli dalam urusan membuat cemilan sehat seperti ini. Karina sangat mengaguminya dalam hal tersebut.

"Enak ya, disambut hangat sama calon mertua?"

Tiba-tiba, Karina mendengar suara itu. Ia menengok dan melihat seorang perempuan muda yang berjalan mendekatinya.

Perempuan itu adalah Laura, istri dari Yohanes.

Laura berjalan melewati Karina yang berada di dekat meja dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng dari dalamnya.

Karina mengangguk-angguk sambil menikmati puding buatan calon mertuanya.

"Enak," sahut Karina. "Ya walaupun gak disambut hangat sama calon kakak ipar."

Ucapan itu langsung membuat Laura yang sedang membuka minuman kalengnya kini tersenyum. Ia menengok ke arah Karina dan meletakkan minumannya di atas meja.

"Gua? atau Yohanes?" tanya Laura, sambil berjalan mendekat ke arah Karina.

"Lo lah, Yohanes mah dari awal udah nyambut gua dengan hangat," sahut Karina, membalas tatapan Laura yang sudah berdiri di hadapannya.

"Ah.. ternyata lo sadar?" ucap Laura, sambil melipat kedua tangannya di depan.

Sementara Karina mengernyit. "Sadar apa?"

Laura kini tak lagi tersenyum. Ia menunjukkan wajahnya yang sesungguhnya pada Karina, dengan kedua mata yang melotot penuh kebencian.

"Lo sadar dari awal, kalo suami gua selalu bersikap baik sama lo, tapi lo malah ngambil kesempatan itu dengan ngegodain dia?"

Karina seketika membelalak. "What the f*ck are you talking about??" ucapnya.

"Jangan lo kira gua gak tau ya, Karina," ucap Laura. "Lo sama suami gua udah sering berduaan kan di kantor??"

Kedua mata Karina membulat. Ternyata sedari tadi perempuan ini tak menyambutnya dengan hangat, karena ia mengira Karina dekat dengan Yohanes?

"Ngapain lo sering main ke kantor suami gua??" tanya Laura dengan kedua mata yang melotot.

"Gua ke kantor buat pacaran sama Evan, itu kantor bukan punya suami lo doang, tapi punya calon suami gua juga."

"Basi lo, cewek gatel matre kaya lo pasti bakal ambil kesempatan paling besar yang bisa diambil, lo pasti sadar kalo Yohanes jauh lebih menjanjikan daripada Evan, makanya lo deketin dia sekarang, ya kan?"

Karina semakin tercengang. Perempuan ini berucap tanpa rem. Segala tuduhan ia berikan meskipun Karina tak melakukan apapun yang ia sebutkan.

"Mau ngeles apa lagi lo?"

Kini Laura tiba-tiba mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan foto pada Karina.

Karina begitu tersentak. Ia melihat foto dirinya dan Yohanes yang sedang berbincang berduaan di dalam ruang kerja Evan. Di foto itu, Karina juga terlihat sedang tersenyum pada Yohanes.

"Awas ya lo, gua bakal ngawasin lo terus mulai sekarang, hati-hati sama sikap yang lo ambil, atau gua bakal bilang sama semua anggota keluarga ini kalo lo lagi berusaha ngedeketin suami gua."

Setelah berucap, Laurapun berjalan pergi meninggalkan Karina di dapur.

Karina menatap kepergian Laura sambil memegang gelas pudingnya dengan kencang, menahan emosi.

Sial. Karina bahkan belum menyelesaikan teka-teki hubungan gelap antara Evan dengan asistennya di kantor, kenapa sekarang sudah bertambah masalah lagi menuju pernikahannya?

Karina sangat tidak ingin menambah musuh di dalam rumah yang akan ia tinggali nantinya bersama Evan, namun sepertinya sudah terlanjur sekarang.

"Bangs*t," gumam Karina kesal, menyumpahi siapapun yang sudah mengompori Laura, dan menciptakan skenario bahwa Karina menggoda calon kakak iparnya sendiri di kantor.

-bersambung


Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 26.9K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
478K 34.4K 36
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
1.2M 58.9K 68
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...